Sign up for PayPal and start accepting credit card payments instantly.

Pemanfaatan ampas tapioka untuk produksi pululan secara fermentasi



(RUT III), 1994-1997. MISMAN, RUBIYANTO; DARWIN, A. AZIZ; HARTOTO, LIESBETINI; PURNOMOWATI Purwokerto: Fakultas Biologi UNSOED 131 1 Kajiann produksi pululan oleh Aureobasidium pullulans isolat lokal dengan menggunakan substrat onggok. HARTOTO, LIESBETINI; SUMARTI, TITI CHANDRA; BOWAKH, LINDA M.; MISMAN, RUBIYANTI Abstrak: Aerobasidium pullulans requires nutrients suchs as carbon, nitrogen, mineral, vitamin to grow and syntheseze pullulan. Efficient of tapioca industry can be used as the carbon source by first converting it enzymatical to glucose syrup. The indigenous strain or A. pullulans cultivated in media containing 50 g/l of carbon source at 27 derajat C produced the highest yield of polysaccharide (6,72 g/l), while the CBS-CY-PP-14 strain (as reference)yielded 6,45 g/l of polysaccharide. The results obtained from this experiment were used to derive the mathematical model of growth, product formation, and substrate utilization based on Klimeks and Ollis (1980). (Pengarang)

2 Pullulan production by several local isolates of Aureobasidiium pullulans. MISMAN, RUBIYANTO; HARATOTO, LIESBETINI; SUNARTI, TITI CHANDRA International Workshop on Green Polymers, IPB, Bogor, 4-8 Nov. 1996 Abstrak: Synthesis of extracellular polysaccharides by four local isolates of Aureobasidium pullulans, were compared in the modified media by Taguchi et al. (1973), using tapioca waste hydrolizate as a sole carbon source, resulted from enzymatic hydrolysis method. Strain AjB1 of A. pullulans cultivated in shake flask gave the highest pullulan yield of 11.43 g/L and yp/s of 0.248. While pullulan production in 2L Bioreaktor Biostat M represented the yield of 4.87 g/L and Yp/s of 0.076. (Pengarang) Pemetaan genom sapi bali: strategi awal dan upaya memanfaatkan repetitive sequences sebagai penciri DNA (RUT VI), 1998-200. MULADNO; TAPPA, BAHARUDIN; NOOR, RONNY RACHMAN Bogor: Pusat Penelitian Bioteknologi IPB 133 1 Analisis 12 lokus mikrosatelit pada genom sapi bali. WIRAYA, ARIS; MULADNO; TAPPA, BAHARUDDIN Prosiding Seminar Hasil Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi III, Cibinong, 7-9 Mar. 2000 Abstrak: Polimorfisme 12 penanda mikrosatelit (BM 2113, CSSM 66, ETH 3, ETH 10, ETH 152, ETH 225, HEL 1, HEL 5, ILSTS, INRA 023, INRA 032 dan INRA 035)telah dipelajari pada sapi bali (Bos sandaicus). Sampel DNA yang diekstraksi dari 25 ekor sapi digunakan sebagai materi utama. Amplifikasi PCR dilakukan menggunakan 12 pasang primer pengapit mikrosatelit. Produk PCR dipisahkan dengan elektroforesis gel poliakrilamid 6 persen. Metode pewarnaan perak digunakan untuk mendeteksi alel setiap lokus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 12 lokus mikrosatelit yang dianalisis, rata-rata alel yang diperoleh 1,83 buah, dengan jumlah alel tertinggi 3 dan terendah 1. Variasi genotipe yang rendah pada populasi sapi bali menunjukkan bahwa bangsa sapi bali masih memiliki kemurnian tinggi. (Pengarang)

1

2 Potensi mikrosatelit sebagai penanda bangsa sapi. BENYAMIN, B.; MULADNO; NOOR, RONNY RACHMAN; FARAJALAH, A.; HEDAH, D. Prosiding Seminar Hasil Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi III, Cibinong, 7-9 Mar. 2000 Abstrak: Salah satu karakteristik utama mikrosatelit adalah hypervariable yang jumlah alelnya dapat mencapai lebih dari 18 buah per lokus. Ini menunjukkan adanya kemungkinan bahwa alel suatu mikrosatelit pada suatu bangsa sapi berbeda dengan alel pada bangsa sapi lainnya. Untuk mengetahui potensi mikrosatelit sebagai penanda bangsa sapi, delapan pasang primer digunakan untuk menganalisis empat bangsa sapi yang terdiri atas sapi bali (10 ekor), simmental, limousin dan brangus (masing-masing 3 ekor). DNA sekuen delapan primer tersebut diperoleh berdasarkan informasi dari international cattle diversity project dan sampel DNA sapi diisolasi dari sperma. Hasil analisis terbatas pada bangsa sapi yang berada di BIB Singosari, Malang, menunjukkan bahwa ada kemungkinan terdapat alel spesifik untuk bangsa sapi bali dari mikrosatelit HEL9 dan sapi brangus dari mikrosatelit ILSTS005. Dari seluruh mikrosatelit yang dianalisis, diketahui bahwa jumlah alel berkisar 1 sampai 3 dengan rataan 1,78 pada sapi bali, 1,56 pada sapi simmental dan 1,22 pada sapi brangus dan limousin. Untuk lebih meyakinkan hasil yang telah diperoleh, perlu dianalisis kestabilan penurunan alel pada keturunannya. (Pengarang)

3 Uji kemurnian sapi bali melalui protein, DNA mikrosatelit, dan struktur bulu. MULADNO; NOOR, RONNY RACHMAN; PANGESTU, R.B.; HEDAH, D.; HERLIANTIN Abstrak: Upaya mempertahankan kemurnian sapi bali terus dilakukan untuk melestarikan keanekaragaman plasma nutfah, disamping memanfaatkannya sebagai ternak penghasil daging yang potensial di Indonesia. Ketepatan uji kemurnian dan atau keturunan sapi ball yang potensial menjadi penting artinya dalam konteks tersebut. Melalui perbedaan alel yang terdapat pada protein (Hemoglobin), DNA mikrosatelit serta perbedaan struktur bulu rambut, uji kemurnian sapi bali dilakukan dalam skala terbatas. Secara keseluruhan, semen beku dari ekor sapi (delapan sapi bali, tiga simental, dua brangus dan tiga limousin), sampel darah dari delapan ekor sapi bali dan tujuh ekor sapi Madura digunakan dalam penelitian. Selain hemoglobin, delapan pasang primer pengapit mikrosatelit digunakan sebagai penciri dalam uji kemurnian tersebut. Hasil penelitian menunjukkan adanya kespesifikan hemoglobin dan alel DNA mikrosatelit pada sapi bali, yang OLEH KARENA ITU sangat mungkin digunakan sebagai alat pendeteksi kemurnian sapi bali. Selain itu, walaupun agak sulit dijustifikasi, terdapat pula perbedaan struktur bulu rambut sapi bali ngan struktur rambut bangsa sapi lainnya. Namun demikian, konsistensi hasil penelitian ini perlu diuji lagi di lapangan khususnya dalam hal penurunan alel tersebut dari tetua ke progeninya. (Pengarang)

4 Variasi genetik berdasarkan 16 lokus mikrosatelit pada populasi sapi bali dan madura. WINAYA, ARIS; MULADNO; TAPPA, BAHARUDDIN Abstrak: Mikrosatelit sebagai penanda genetik molekuler, tersebar secara melimpah pada genom dan memiliki polimorfisme tinggi serta mudah diamplifikasi menggunakan PCR. Sebanyak 16 lokus mikrosatelit (BM 2112, CSSM 66, ETH 3, ETH 10, ETH 152, ETH 185, ETH 225, HEL 1, HEL 5, HEL 9, ILSTS, INRA 023, INRA 032, INRA 035, INRA 037 dan HAUT 24)telah digunakan untuk mendeteksi variasi genetik pada populasi sapi bali dan madura. Penggunaan teknik PCR dengan 16 pasang primer pengapit lokus mikrosatelit dilakukan untuk amplifikasi sampel DNA yang diekstraksi dari darah sapi bali dan madura

2

(masing-masing berasal dari habitat asalnya). Vertikal elektroforesis dengan 6 persen gel poliakrilamida digunakan untuk pemisahan produk PCR. Deteksi alel pada masing-masing lokus digunakan teknik pewarnaan perak (silver staining). Variasi genetik ditetapkan berdasarkan variasi alel pada setiap lokus. Hasil studi menunjukkan bahwa jumlah alel rata-rata dari 16 lokus adalah 1,94 pada sapi bali dan 2,12 pada sapi madura, sedangkan jumlah alel tertinggi adalah 4 dan 5 buah masing-masing pada sapi bali dan sapi madura. Alel terendah 1 buah terdapat pada kedua populasi. Variasi alel yang rendah pada masing-masing populasi menunjukkan bahwa variasi genetik sapi bali dan madura rendah sehingga diduga tingkat introduksi gen dari populasi lain rendah. Hal ini dapat pula sebagai indikasi awal bahwa kemurnian genetik kedua populasi sapi masih terjaga. (Pengarang)

pengembangan model matematik untuk perancangan sistem pengendalian dan optimasi proses fermentasi yang menghasilkan biopigmen dengan bakteri Alcaligenes sp pada reaktor curah umpan (RUT V), 1997-1999. HARDJITO, LINAWATI Bogor: Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan IPB 137 8 Antimicrobial spectrum of biopigment produced by Serratia marcescens isolated from Indonesian freshwater environment. HARDJITO, LINAWATI 12 Biopigment production in fed-batch cultures of Serratia marcescens biovar A2/A6. HARDJITO, LINAWATI 9 Growth kinetics and prodigiosin formation of Serratia marcescens biovar A2/6 in media containing lactic acid and beef extract. HARDJITO, LINAWATI 5 Identifikasi bakteri penghasil biopigment. HARDJITO, LINAWATI 4 Influence of carbon and nitrogen sources on the formation of biopigment in batch culture of Serratia marcescens. HARDJITO, LINAWATI; DESNIAR; RITA, A. Proceeding 14th Australian Biotechnology Conference, Australian Biotechnology Association, Adelaide, 19-23 Apr. 1998 Abstrak: A producer biopigment, Serratia marcescens biogroup A2/A6 was isolated from Indonesian freshwater environment. The bacterium was used to study the regulaton of biopigment formation by nutrient especially carbon and nitrogen sources. Glucose was found to inhibit the formation of biopigment. The best carbon and nitrogen source for the production of biopigment were lactic acid and beef extract, respectively. The ratio of the carbon source (lactic acid)to nitrogen source (beef extract)is important factor affecting the growth of Serratia marcescens biogroup A2/A6 and the formation of biopigmente. The C/N ratio of 3.0 resulted from lactic acid 6.0 g/L and beef extract 2.0 g/L or lactic acid 9.0 g/Land beef extract 3.0 g/L gave the maximum final cell and biopigment concentration. (Pengarang) 11 The influence of metals on the growth and pigment formation in a batch culture of Serratia marcescens biovar A2/6. HARDJITO, LINAWATI; RITA, AHYU 6 Isolasi dan karakterisasi awal biopigmen: pigmen dan bahan aktif yang dihasilkan oleh Serratia marcescens. HARDJITO, LINAWATI

3

1 A model for biopigment formation by Serratia marcescens Biovar A2/6 in batch cultures containing lactic acid and beef extract. HARDJITO, LINAWATI; BLEY, TH. Acta Biotechnol, 20 (1)2000: 75-81 Abstrak: Serratia marcescens biovar A2/A6 is able to produce a red pigment as a secondary metabolite which has antimicrobial activity. This paper describes its growth and biopigment formation in batch cultures, in media containing different concentrations of lactic acid and beef extract as carbon and nitrogen sources, respectively. An unstructured model has also been developed to describe its growth, lactic acid uptake and biopigment formation. The comparison of simulated and experimental data shows that the proposed model predicts reasonably well the system behaviour over a range of conditions. (Pengarang) 10 A model for prodigiosin production by Serratia marcescens in a batch culture. HARDJITO, LINAWATI 13 Modeling of biopigment production in fed-batch culture of Serratia marcescens biovar A2/6. HARDJITO, LINAWATI; BLEY, THOMAS 2 Optimization of production of pigment by Serratia marcescens. HARDJITO, LINAWATI; HUQ, ANWAR Antonie van Leeuwenhoek, 2000 (submitted) Abstrak: Serratia marcescens biovar A2/A6, isolated from an Indonesian freshwater source, was identified employing extensive morphological, biochemical, and genetic characterization. Formation of pigment by this strain was found to be strongly influenced by environmental conditions. Based on results of physiological and biochemical studies, the optimum conditions for growth and pigment formation were incubation at 30 derajat C in a netural to slightly alkaline medium containing lactic acid and beef extract. (Pengarang) 7 Pengaruh faktor fisiko kimia dan nutrien terhadap pertumbuhan bakteri dan pembentukan biopigmen. HARDJITO, LINAWATI 3 Production and characterization of biopigment produced by Serratia marcescens isolated from Indonesian freshwater environment. HARDJITO, LINAWATI; MATTE, M.H.; MATTE, G.; SHAMAHAT, M.; HUQ, ANWAR; COLWELL, RITA R. Proceedings of Asia Pacific Biochemical Engineering Conference, Biochemical Engineering: marching toward the Century of Biotechnology, 2, Beijing, 20-23 Okt. 1997 Abstrak: A bacterium producing pigment isolated from Indonesian freshwater environment was idenetified as Serratia marcencens by morphological, biochemical and genetic characterization. The formation of the pigment was strongly affected by environmental conditions. At growth temperature of 37 derajat C, the bacterium was not able to produce pigmenet. In additions, the pigment was produced at pH between 5 to 9. Placket and Burman design was used to determine the effect of carbon and nitrogen sources on the growth of the bacterium and the pigment formation. The results showed that lactic acid, yeast extract and beef extract affect the bacterial growth and the pigment formation significatly. Preliminary characterization indicated that the crude ethanol extracts of the pigment inhibit the growth of Staphylococcus aureus and vibrio cholerae 01. Furthermore, the extract shows toxicity against HeLa cell line at concentration of 20 µg/mL. (Pengarang)

4

Stimulasi produksi biomasa mikroalga dengan desain fotobioreaktor tubular (RUT VI). CHRISMADHA, TJANDRA Bogor: Pusat Penelitian dan Pengembangan Limnologi LIPI 150 1 Kajian unjuk kerja fotobioreaktor tubular berdasarkan parameter koefisien transfer massa (KLa). SUTAPA, IGNASIUS; CHRISMADHA, TJANDRA Prosiding Seminar Hasil Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi III, Cibinong, 7-9 Mar. 2000 Abstrak: Salah satu teknologi yang sedang dikembangkan akhir-akhir untuk memproduksi mikroalga secara masal adalah menggunakan sistem kultur tertutup yaitu fotobioreaktor tubular. Beberapa keuntungan dan teknologi ini antara lain tahan terhadap kontaminasi dan evaporasi, operasional lebih mudah serta dapat dibangun di mana saja. Peningkatan produktivitas kultur dengan disain fotoreatkor tubular ini telah banyak dilaporkan yang berkaitan dengan efek intermiten cahaya akibat gerak turbulen pada kolom tubular yang sempat. Akan tetapi seberapa jauh efek intermiten cahaya ini berpengaruh pada proses fotosintesis sel-sel alga belum diketahui secara pasti. Fotosintesis di dalam kultur alga sangat erat hubungannya dengan proses transfer massa yang terjadi dalam sistem tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk menggunakan parameter koefisien transfer massa (KLa)untuk mengkaji unjuk kerja fotobioreaktor tubular dalam memproduksi mikroalga serta hubungannya dengan parameter-parameter kultur dan desain yang terkait. Hasil penelitian menunjukkan bahwa KLa dapat ditentukan berdasarkan perubahan pH kultur dengan simpangan baku 12 persen. Hal ini sangat menjanjikan berhubung nilai pH kultur sangat berhubungan dengan konsentrasi CO2 dalam media yang dapat digunakan untuk menentukan laju fotosintesis mikroalga. Nilai koefisien transfer massa ini sangat dipengaruhi antara lain oleh konsentrsi mikroalga, umur kultur, sistem penyekat, intensitas cahaya serta frekuensi intermiten cahaya. Parameter yang terakhir ini sangat diperlukan dalam optimalisasi maupun konstruksi akhir dari fotobioreaktor untuk memaksimalkan efisiensi fotosintesis di dalamnya. (Pengarang)

2 Photosynthetic efficiency enhancement in algal culture by application of flashing light effect in a photobioreactor. CHIRSMADHA, TJANDRA; SUTAPA, IGNASIUS; HIDAYAT; ROSIDAH; MARDIAH, YAYAH Abstrak: Enhancing photosynthetic efficiency of algal culture in respect to solar irradiation has to be interpreted as increasing light utulisation efficiency of the algal cells being cultured under light saturated condition. This can be achieved by means of mixing which distributes the algal cell sspension intermitantly to light area of the culture so that 'flashing light effect' condition which increases the algal photosynthestic efficiency occurrred. This flashing light effect has been reported to increase the algal culture productivity in some tubular photobioreactor, as well as in an open pond equipped with a special mixing device. The influence of light intermitent on the extent of flashing light effect and algal photosynthetic efficiency, particularly when it is applied directly in a photobioreactor, however, has not yet been fully understood. This experiment was carried out to study the flashing light effect phenomenon occurred in a photobioreactor, which was aimed to find out the optimum reactor design to enhance the photosynthetic efficiency. The photobioreactor used was composed manily a vertical guadrangular column which was provided with a central tube equipped with a propeller to generate the culture flow. Mean while, a series of horizontal partition was constructed climbing up the central tube to regulate the culture flow to allow an intermittant exposure of the algal cells to the column survace. The order of light intermitent, includes the intermitent frequency (f)and the exposure time (t1), was achieved by variation of the partition

5

distance (h)and the surface illumination (1o). At the same time, the culture photosynthetic rate was represented by the CO2 mass transfer coeficient (KLa)which was calculated based on the monitored daily culture pH evolution. The result shows a consistent effect of intermitent frequency on the algal photosynthetic rate, which forms a hyperbolic function with the maximum value at f = 0,28. The same pattern was observed with the time exposure, but the maximum photosynthetic rate value were varied with the surface light intensity. The greater t1 value required to achieve the maximum photosynthetic rate in the culture with higher light intensity was possibly due to the higher respiration rate stimulated by the light. (Pengarang)

DINAMIKA SOSIAL, EKONOMI, DAN BUDAYA

Konservasi lahan kering dan pemberdayaan masyarakat desa melalui sistem pertanian dan pola agribisnis yang berkelanjutan (RUT V), 1997-2000. SAYUTI, ROSIADY H.; YASIN, ISMAIL; HADZDIE, MUDAHAN Mataram: Lembaga Penelitian Universitas Mataram 152 5 Faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi petani dalam konservasi lahan kering: studi perbandingan antara dua kecamatan di Kabupaten Lombok Barat. WINARDI, AGUS Laporan Penelitian, Fakultas Pertanian UNRAM 3 Hubungan pendapatan dan pengeluaran rumah tangga petani lahan kering di Kabupaten Lombok Barat. HASWARI, CAHYANING Laporan Hasil Penelitian, Fakultas Pertanian UNRAM

2 Keterlibatan kelompok tani dan peranannya dalam proses difusi inovasi pada lahan kering: studi kasus di Kecamatan Sekotong Kabupaten Lombok Barat. MUHDIN Laporan Hasil Penelitian, Fakultas Pertanian UNRAM 1 Pengaruh program konservasi lahan kering terhadap perilaku petani di Kabupaten Lombok Barat. SAYUTI, ROSIADY H. Jurnal Penelitian Universitas Mataram, 1 (18)1989: 42-53 Abstrak: Konservasi lahan kering merupakan agenda yang cukup strategis dalam rangka pencapaian dan pengamanan swasembada pangan nasional melalui peningkatan produktivitas pertanian. Permasalahannya adalah strategi dan teknik apa yang paling tepat untuk menemukenali strategi pemberdayaan lahan kering, termasuk sumberdaya manusianya. Salah satu strategi yang memungkinkan adalah kegiatan konservasi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi seberapa jauh kegiatan konservasi itu berpengaruh terhadap perubahan perilaku petani binaan dengan mengaplikasikan metode deskriptif. Teknik pengumpulan datanya menggunakan survai yang melibatkan 122 orang responden di Kecamatan Sekotong dan Bayan. Dari analisis data dengan menggunakan teknik tabulasi sederhana dapat disimpulkan bahwa pada tingkat tertentu, kegiatan konservasi di daerah penelitian telah dapat mempengaruhi perilaku petani. Perilaku tersebut diukur dalam kaitannya dengan pengetahuan mereka mengenai konservasi, sikap dan partisipasinya, serta perilaku ekonominya sehari-hari. (Pengarang)

6

4 Prilaku petani terhadap konservasi lahan kering di Kecamatan Sekotong Kabupaten Lombok Barat. LUTFI, MUHAMMAD Laporan Penelitian, Fakultas Pertanian UNRAM

6 Studi dampak ekonomi penerapan hasta usahatani pada lahan kering: kasus di Kecamatan Sekotong Tengah Kabupaten Lombok Barat. MUNIR, MUHAMMAD Laporan Penelitian, Fakultas Pertanian UNRAM

Model padat karya agribisnis bagi masyarakat pedesaan di sekitar hutan, melalui kemitraan Perum Perhutani, instansi sektoral, perguruan tinggi, dan masyarakat (RUT VII), 1999-2001. HIDAYAT, HAMID 158 48 Budidaya tanaman garut. DAMANHURI; HIDAYAT, HAMID Kegiatan Penyuluhan untuk Kelompok Tani Hutan 52 Dinamika kelompok. HIDAYAT, HAMID Kegiatan Penyuluhan untuk Kelompok Tani Hutan 51 Pembinaan administrasi dalam organisasi sosial. HIDAYAT, HAMID Kegiatan Penyuluhan untuk Kolompok Tani Hutan 50 Pengembangan kelompok tani menjadi koperasi tani. HIDAYAT, HAMID Program Peningkatan Penyuluh Pertanian untuk Memberdayakan Masyarakat Tani, Fakultas Pertanian UNIBRAW, Malang, 17-23 Jun. 1999 49 Teknologi pasca panen tanaman garut. TRI WAHONO Kegiatan Penyuluhan untuk Kelompok Tani Hutan

Perancangan metoda pengukuran potensi dan peningkatan kemampuan berinovasi menggunakan komputer multimedia bagi para insinyur dan staf R D untuk membangun keunggulan bersaing perusahaan yang berkelanjutan (RUT VI), 19982000. JOKO SISWANTO; BASRI, MURSYID HASAN; GUSTOMO, AURIK Bandung: Lembaga Penelitian ITB 163 7 Desain awal halaman WEB dalam computer-based testing/training (CBT): isu-isu dan rekomendasi ergonomi. GUSTOMO, AURIK; JOKO SISWANTO Proceeding Seminar Nasional Ergonomi 2000, Surabaya, 6-7 Sep. 2000 Abstrak: Perkembangan penggunaan komputer multimedia sedemikian pesat antara lain untuk computer-based-training (CBT), computer-assisted testing (CAT), informasi Web, dan sebagainya. Dalam desain informasi komputer multimedia ini peran ergonomi sangat penting terutama dalam upaya merancang berbasiskan user-friendly atau dalam istilah ergonomi seeing disebut sebagai user-centered design (UCD). Isu- isu ergonomi menjadi pedoman penting bagi perancang web. Tampilan visual menjadi isu utama dalam UCD yang mencakup kemampuan bacaan, kemampuan lacakan dan kemampuan tafsiran. Ketiga kemampuan suatu tampilan visual

7

ini terbentuk dari banyak faktor yang melibatkan stereotip pengguna antan lain: taksonomi halamam 'lay-out' halaman, desain huruf, desain simbol, dan sebagainya. Paper ini mengetengahkan detil isu-isu utama ketiga kemampuan tampilan visual tersebut dan memberikan pedoman atau rekomendasi bagi perancang web bagaimana mengaplikasikannya dalam suatu perancangan CBT. (Pengarang)

2 Escape from the crises: a strategic direction for human resource development for industrial manufacturing companies in Indonesia. JOKO SISWANTO Abstrak: The lengthen economic and political crises in Indonesia became a kind of natural selection process for manufacturing companies. Only companies that could fulfil certain criteria have survived and grown during the crises. The companies should be able to 1)fit the structure of incomes and costs with the fluctuating foreign currency condition, 2)work more efficiently and productively, or be able to make more with less, 3)produce products having interernationally acceptable qualities, and 4)find creatively the substitutes of the needed 'expensive' inputs. The manufacturing companies trial could make profits and grow during the crises become likely more ready for global competition. For them that got negative impacts surely, need to escape from the crises and to develop sustainable competitive advantages. In order to enable to eliminate the negative impacts of the crises and to increase their competitive advantages, it is suggested that manufacturing companies in Indonesia need to employ engineers and R D staffs who get used o develop many alternative designs, processes, and materials, as well as to be able to find better substitutes of necessary materials, machines, tools, and methods. To master such abilities, it is sugested that each individual engineer or R D staff firstly has to have attitudes and behaviors which support to the success of innovation process, and more preferably knows late nature and the process of innovation. In order to find these proper attitudes, behaviors and knowledge a comprehensive research program is proposed. (Pengarang) 8 Gaya kreativitas individu dan teknik-teknik kreativitas yang sesuai untuk meningkatkan kemampuan memunculkan gagasan dan rancangan baru di industri manufactur. JOKO SISWANTO Jurnal Ergonomika, (Mar.)2000: 26-38 Abstrak: Penggembangan kreativitas individu perlu merdapat perhatian dari organisasi perusahaan industri mufaktur. jika perusahaan benar-benar ingin dapat berpartisipasi aktif dan berperan dalam lingkungan usaha yang terus berubah. Daya kreativitas sangat diperlukan agar individu lebih mampu memunculkan gagasan rancangan baru atau memberikan ususlan-usualan perbaikan. Kemampuan para perancang untuk berkreasi ini sangat penting bagi kelangsungan hidup dan pertumbuhan perusahaan karena hal ini tidak saja memberikan nilai tambah (added values)yang tinggi telapi juga sekaligus dapat membangun salah satu sumber keunggulan bersaing perusahaan yang berkelanjutan. Penelitian yang dilakuakan bertujuan untuk mencari strategi dan cara pengembangan kreativitas individu agar lebih efektif dan efisien. Bertolak dari pemahaman bahwa kreativitas individu memiliki unsur sifat bawaan dan unsur pengetahuan dan keterampilan maka penelitian ini dilakukan untuk mengkaji keterkaitan hubungan antara gaya kreativitas yang pertama kali konsepnya diajukan oleh Michael Kirton (1976)dan teknik-teknik kereativita oleh James M. Higgins (1995). (Pengarang)

8

1 Innovative spirit of engineers and R D staff working in manufacturing companies in Indonesia: a study of attitudes and behaviours towards the critical roles in innovations process. JOKO SISWANTO International Seminar on Competence and Commitment in Innovative Worksetting Seminar, Enschede (Netherlands), Mar. 1999 Abstrak: Most innovations in manufacturing companies are usually done by a group of people on a project base. The nature of tasks and assignments of a project may change from time to time, and may differ from one project to another. Consequently, for an individual involved in such kind of activities, it is usually vary difficult to know the 'definitive' tasks and assignment in doing innovation. This is also because the tasks and assignments are hardly to be described in the formal job or activity descriptions. In order to execute innovation projects successfully, a group of people need to conduct critical roles, which are not covered in routine or daily formal activities. Many researchers, such as During (1986), Robert and Fusfeld (1982, 1981), Rhoades et al (1977), as well as Marquis and Rubin (1966), reported some of the critical roles needed However, they do ml mention how to find a suitable person to take these roles. The concept of the measurement instrument was to identify the existent and potential roles (or the innovative spirit)of engineers and R D staff working in manufacturing companies in Indonesia. The concept of the measurement instrument was to on the nine critical roles in an innovation process and the causal relationships of attitude, roles and performance. These June critical roles are 1)the idea generator, 2,)idea champion, 3)project leader, 4)gate-keeper, 5)sponsor, 6)integrator, 7)scout 8)ambassador, and 9)inventive actor-in-doing. Furthermore, each role was identified by three related different components, namely: normative knowledge, preference, and the success experience with each role. It is proposed that every individual involved in innovation activities must have a positive attitude to all these nine critical roles and is willing to take apart in executing one or more critical roles. This is necessary to make sure that the process of innovation can go smoothly. Furthermore each innovative group must have members being able to take each role. Finally this paper present the influencing factors of individual innovative attitudes from literatures. (Pengarang) 5 Pengembangan metoda perancangan individualized learning berbasis komputer dengan memperhatikan gaya belajar individu. BASRI, MURSYID HASAN; JOKO SISWANTO Abstrak: Era kompetisi global menuntut peningkatan kemampuan belajar setiap individu yang makin baik. Peningkatan tersebut diperkirakan akan semakin sulit untuk dapat dicapai jika hanya mengandalkan proses belajar-mengajar konvensional. Dalam konteks ini perlu dikembangkan suatu strategi belajar-mengajar baru yang mandiri bagi individu dengan memanfaatkan perkembangan teknologi informasi dan komputer yang memungkinkan proses belajar tetap berjalan secara efektif dan fleksibel baik dari segi tempat maupun waktu. Perkembangan teknologi informasi dan komputer sangat pesat data dapat berkontribusi sangat positif bagi perkembangan proses belajar secara umum. Konsep sistem individualiazed Learnig (IL)berbasis komputer jaringan global diperkirakan akan makin besar perannya dalam menunjang proses helajar mengajar konvensional. Sejauh ini metoda pengembangan sistem IL yang ada tidak memperhatikan strategi helajar individu sehagai pengguna sistem tersebut, walaupun telah disadari bahwa karakteristik individu pengguna merupakan faktor penting bagi efektivitas proses belajar. Makalah ini mengajukan suatu konsep baru dalam proses perancangan siste IL hasil percobaan yang mengintegrasikan teori gaya belajar sehagai antisipasi keragaman gaya belajar pengguna sistem IL. Diharapkan sistem IL yang dihangun dengan memperhatikan gaya helajar individu dapat meningkatkan efektivitas helajar individu yang belajar melalui komputer secara mandiri secara lebih efektif. (Pengarang)

9

9 Pola pengembangan kompetensi insinyur Indonesia untuk lebih inovatif: prasyarat bagi para perancang produk dan sistem yang ergonomis. JOKO SISWANTO Jurnal Ergonomika, (Jul.)2000: 2-23 Abstrak: Kompetensi nonteknikal perlu dimiliki oleh para insinyur Indonesia agar mereka dapat lebih inovatif dalam mengintegrasikan aspek ergonomic dalam setiap rancangan produk atau sistem yang mereka buat. Tulisan ini memaparkan tiga belas kompetensi nonteknikal yang diperlukan berikut dengan pola pengembangannya. (Pengarang) 4 Pola pengembangan semangat berinovasi para insinyur dan staf penelitian dan pengembangan industri manufaktur di Indonesia. JOKO SISWANTO Seminar Nasional Sistem Produksi IV, Bandung, Des. 1999 Abstrak: Semangat berinovasi (innovative spirit)para insinyur atau sarjana teknik dan staf penelitian dan pengembangan industri manufaktur memegang peranan kunci dalam menciptakan kompetensi utama (core competences)dan keunggulan bersaing yang berkelanjutan (sustainable competive advantages)bagi perusahaan. Makalah ini pertama menyajikan hasil kajian literatur tentang semangat berinovasi sebagai sumber keunggulan bersaing yang berkelanjutan, dan pengembangan kompetensi utama perusahaan, serta fakfor-fakfor apa saja yang mempengaruhi semangat berinovasi yang tinggi. Selanjutnva, model semangat berinovasi diajukan oleh penulis, model ini juga ditunjang dengan berbagai temuan awal secara empiris. Akhirnya, pola pengembangan semangat berinovasi individu juga disarankan dalam makalah ini. (Pengarang) 3 Pola pengukuran potensi dan metoda pengembangan kemampuan berinovasi insinyur dan staf R D di Indonesia dengan computer based training. BASRI, MURSYID HASAN Abstrak: Era kompetisi global menuntut peningkatan kemampuan belajar setiap individu yang makin baik. Peningkatan tersebut sulit diperoleh melalui pendidikan formal. Dalam konteks ini diperlukan suatu sistem yang memungkinkan proses belajar secara mandiri. Pada sisi lain, perkembanaan teknologi komputer yang sangat pesat berdampak positif bagi proses belajar secara umum. Konsep sistem Computer Based Training (CBT)memperluas fungsi komputer yang semula sebagai alat bantu kerja, sekarang berperan juga sebagai "guru" dan "rekan belajar". Konsep sistem CBT ini merupakan perwujudan konsep belajar 'fleksibel'. Metoda pengembangan sistem CBT yang ada saat ini belum memperhatikan karakteristik pengguna sistem tersebut. Walaupun demikian, telah disadari bahwa karakteristik pengguna merupakan faktor panting bagi efektivitas proses belajar. Dalam penelitian ini dirancang metoda perancangan sistem CBT yang mengadopsi teori gaya belajar yang dikembangkan oleh KOLB (1976)sebagai antisipasi keragaman pengguna sistem CBT. Diharapkan sistem yang dibangun dengan memperhatikan gaya belajar ini dapat dimanfaatkan oleh setiap individu dengan 1ebih efektif. (Pengarang) 6 A strategic direction for human resource development for manufacturing companies in Indonesia after the economic and political crises. JOKO SISWANTO; BRUIJN, E.J. DE National Seminar on Industrial Planning Towards Competitiveness and Sustainability for Industrial System Abstrak: The long economic and political crisis in Indonesia work out as a natural selection process for manufacturing companies. Only companies that call fulfil certain criteria have survived and even grown during this period. These are companies should be able to: 1)fit the stricture of incomes and costs with the fluctuating foreign currency condition, 2)work relatively efficiently and productively, 3)produce products with internationally acceptable quality, and

10

4)find creatively, the substitutes of the needed 'expensive' inputs. The manufacturing companies that call make profits and grow during the crises become likely more ready, for global competition. For those that experience negative impacts surely need to escape from the crises and to develop sustainable competitive advantages. In order to enable to eliminate the negative impacts and to increase the competitive advantages, it is suggested that manufacturing companies in Indonesia develop their engineers and R D staff. This with the aim to become able to develop many alternative designs, processes, and materials. They are also expected to he able to find better substitutes of necessary materials, machines tools, and methods. To master such abilities, it is suggested that each individual engineer or R D staff. Firstly, has to have attitudes and behavior which support to the success of innovation process, and more preferably knows the nature and the process of innovation. In order to find these proper attitudes, behaviors and knowledge, a strategic direction For HRD development programmes are proposed. (Pengarang)

Studi pembinaan KOPONTREN sebagai pengelola sistem agribisnis komoditas pisang (kebun tiga strata: sengon-pisang-cabe)di lahan marginal: studi kasus di Kopontren Guluk-guluk Sumenep Madura, Al Ghozali Kediri, dan Donomulyo, Malang, Jawa Timur (RUT VI), 19992001. SYAFII, H. IMAM; HIDAYAT, HAMID Malang: Fakultas Pertanian Unibraw 172 7 Analisis kesesuaian lahan bagi pertanaman pertanian di wilayah Desa Banjarejo, Kecamatan Donomulyo, Malang. 6 Analisis kesesuaian lahan bagi pertanaman pertanian di wilayah Desa Duwet, Kecamatan Wates, Kediri. 8 Analisis sumber daya wilaya Kecamatan Wates, Kabupaten Kediri. 10 Kebijakan dan potensi perkoperasian dalam menyongsong era globalisasi dan mendukung GKD. KA. KANWIL DEPT. KOPERASI; PPK JAWA TIMUR Seminar Nasional Strategi Sektor Pertanian dalam Memasuki Era Industrialisasi dan Era Perdagangan Bebas serta Mendukung Gerakan Kembali ke Desa, Fakultas Pertanian Unibraw, PERHEPI, Malang, 2 Des. 1996 1 Konsep rancang bangun kebun pisang tiga strata. 2 Materi penyuluhan: pembentukan dan pemberdayaan kelompok usaha bersama agribisnis (KUBA). 3 Materi penyuluhan: pembinaan unit usaha otonom agribisnis pada KOPONTREN.

4 Materi penyuluhan: prinsip pendampingan KUBA. 9 Potensi wilayah Kecamatan Guluk-guluk, Kabupaten Sumenep.

11

5 Teknik bercocok tanam pertanian lahan kering.

ELEKTRONIKA DAN INFORMATIKA

Pengembangan sistem wafer stepper linier untuk pembuata rangkaian terintegrasi dengan resolusi gerak linier 1 µm (RUT VI), 1998-2001. HARIWIBOSO, JUDHI Bandung: Puslitbang TELIMEK LIPI 182 1 Pola penyambung dan pemutus arus motor step lima fasa. HARIWIBOWO, JUDHI; SUHENDI Abstrak: Motor step 5 fasa termasuk jenis motor unipolar, yang memerlukan rangkaian pengendali dengan kemampuan melakukan perubahan polaritas tiap terminal. Tipe rangkaian pengendali yang digunakan adalah jembatan H (H-brigde)yang berfungsi mengatur pola penyambung dan pemutus arus (switching)pada tiap lilitan. Pengaturan penyambung dan pemutus arus bertujuan memberikan perintah on atau off ( 1 atau 0), serta pengaturan arah (+ atau -). Rangkaian kendali dijital yang dikembangkan dapat digunakan untuk mengatur putaran motor, masukan daya, serta arah putaran. Pola pengaturan penyambung dan pemutus arus untuk motor step 5 fasa dengan resolusi perubahan putar 0,72 derajat, memiliki 10 macam langkah untuk tiap fasa lilitan. Kabel penyambung dihubungkan dengan tegangan positif atau negatif dari sumber daya. Pola peyambung dan pemutus mendefinisikan perubahan polaritas pada motor, sehingga motor dapat berputar dengan kondisi tertentu. Dengan menggunakan definisi pola tersebut motor step 5 fasa dapat digunakan untuk aplikasi pada konstruksi peralatan dan mesin yang memerlukan tingkat presisi tinggi. (Pengarang) Fabrikasi substrate SOI (Silicon on insulator)dan aplikasinya dalam transistor MOS (RUT V), 1999-2000. SUKIRNO; ISMET, IKA HARTIKA; PURBO, ONNO P. Bandung: Lembaga Penelitian ITB 183 2 Fabrication of SOI wafer by using the ELTRAN method. SUKIRNO; RUSDIANA, DADI; DARMA, YUDI Proceeding ITB (supp. khusus) 3 Fabrikasi lapisan tipis Si di atas Si berpori. Permintaan paten (UBER HaKI, 1999) 1 Preliminary studies of SOI wafer fabrication by on ELTRAN method. SUKIRNO Ceramah, IECI, Bandung, Mar. 1999

Film tipis ferroelektrik dan penerapannya pada memori (RUT VI), 1998-2000. KURNIA, DANIEL Bandung: ITB 186

12

1 Electrical properties of ferroelectric (Ba,Sr)TiO3 thin film with SrTiO3 buffer layer by DCunbalanced magnetron sputtering on Si substrate. FUAD, ABDULLAH; BARMAWI, MOCHAMAD; ARIFIN, PEPEN; KURNIA, DANIEL; SANI, RIDWAN A. Abstrak: We have developed Ba0.5Sr0.5TiO3 (BST)thin film ferroelectric with and with out buffer layer SrTiO3 (STO). These films were deposited by dc-unbalanced magnetron sputtering method on Si substrates at temperature 500 derajat C. The electrical properties structures of Si(100)/Pt/BST/Pt and Si(100)/STO/Pt/BST/Pt was investigated. The crystal structure of the sputtering target and films is perovskite cubic with lattice parameters: a = b = c = 0.397 nm. The ferroelectric hysteresis curve of thin films BST with and without buffer layer (STO)was plotted and remanent polarization (2Pr)were obtained about 1200 uC/cm2, 300 uC/cm2, and the coercive field (Ec)is 19.7 kV/cm, 7.89 kV/cm respectively. (Pengarang) 3 Highly a-axis oriented (Ba, Sr)TiO3 thin films grown on Si/Pt(111)substrate by pulsed laser ablation deposition. FUAD, ABDULLAH; BARMAWI, MOCHAMAD; KURNIA, DANIEL; ARIFIN, PEPEN; BARONANI, E.S. Proceeding of the International Conference on Electrical, Electronics, Communication, and Information, Jakarta, 7-8 Mar. 2001 Abstrak: a-axis oriented (100)and (200)of BaO.7Sr0.3TiO3 (BST)thin films on Pt(lll)/SiO2/ Si(100)substrate have been prepared by pulsed laser ablation deposition (PLAD)method. The deposition temperature were varied from 550 to 750 derajat C followed by annealing at 600 derajat C. A laser fluence (wavelenght: 355 nm)of 10 J/cm2 per shot was used for the deposition. X-ray diffraction pattern showed that deposited films have preferential in (100)and (200)orientation. However, as the growth temperature increases, the (200)orientation is more dominant. The ferroelectric properties of the Bao.7Sr0.3TiO3 film measured at room temperature, a remanent polarisatioii 2Pr = 12 C/cm2 and coercive filed Ec = t 40 KV/cm, at applied voltage at 5 volt. (Pengarang) 2 Karakteristik kapasitansi-tegangan film tipis ferroelektrik Ba0,5Sr0,5TiO3 dengan struktur metal-ferroelektrik-semikonduktor (MFS)dan potensi penerapannya pada memori. FUAD, ABDULLOH; BARMAWI, MOCHAMAD; ARIFIN, PEPEN; KURNIA, DANIEL; BILALODIN; AWITDRUS Simposium Fisika Nasional XVIII, Jakarta, Mar. 2000 Abstrak: Film tipis bahan tetapan dielekirik tinggi seperti barium strontium titanate Ba0,5Sr0,5TiO3 (BST)telah dipelajari secara intensif dalam lima tahun terakhir, khususnya untuk penerapan pada memori dinamik (DRAMs)dan memori ferroelektrik tak rentan (NVFRAMs). Film tipis BST ditumbuhkan pada substrate silikon tipe-p melalui teknik sputtering dengan gas argon sebagal pengikis target. Target BST disintesa dari baban-baban BaCO3, SrCO3, dan TiO2, yang berupa serbuk. Bahan-bahan tersebut dicampur dengan teknik reaksi padatan. Kalsinasi dilakukan pada temperatur 800 derajat C untuk melepaskan ikatan carbonnya. Selanjutnya dibentuk Pelet dan disintering sampai temperatur 1350 derajat C selama 4 jam. Proses sputtering dilakukan didalam reaktor dc unbalanced magnetron sputtering. Dalam proses sputtering juga digunakan gas oksigen yang diperlukan untuk membentuk oksida. Struktur film berbentuk Metal-Ferroelektrik Semikonduktor (MFS). Struktur ini mengikuti struktur MOS. Tebal film BST dan metal masing sebesar 100 nm. Karakterisasi yang dilakukan ditekankan pada karakteristik Kapasitansi-Tegangan (C-V)pada frekuensi tinggi (1 MHz)diukur dengan Boonton 7200 Capacitance Meter. Hasil pengukuran C-V pada frekuensi 1 MHz untuk struktur MFS telah diperoleh nilai kapasitansi maksimum sebesar 166 pF pada tegangan bias mulai dari -1,5 s.d + 1,5 volt. (Pengarang)

13

Komponen switching optik untuk sistem komunikasi (RUT II), 1996-1997. JANUAR, INDRAJAYA PUTRA; INTANI, DIAH; AHAMAD, ARFIAN; URANUS, HENRI PUTRA Jakarta: Program Pasca Sarjana UI 189 2 Automated realtime annealing characterization for fine tuning of APE LiNbO3 guided-wave devices. URANUS, HENRI PUTRA; JANUAR, INDRAJAYA PUTRA Abstrak: An automated method of fine tuning APE LiNbO3 guided-wave devices is proposed. The method uses computer to control the thermal annealing and at the same time measures the nearfield intensity distribution of the device. The calculated data from the nearfield measurement are used to control the annealing process. The use of the method in fine tuning a 3-dB coupler using symmetric directional coupler structure is demonstrated. (Pengarang) 1 Low-cost laser-diode driver. URANUS, HENRI PUTRA; JANUAR, INDRAJAYA PUTRA Electronic Design, Jul. 22, 1996: 114 3 Perangkat lunak untuk observasi dan akuisisi data pengukuran pola medan dekat optik. URANUS, HENRI PUTRA; JANUAR, INDRAJAYA PUTRA; AHMAD, ARFIAN Abstrak: Metoda pengukuran pola medan dekat dapat digunakan untuk karakterisasi komponen komunikasi optik seperti laser dioda, LED, serat optik, pandu gelombang optika terpadu, directional coupler, switch fotonik, dll. Citra hasil pengukuran pola medan dekat perlu diolah oleh perangkat lunak agar diperoleh data-data yang dapat digunakan untuk analisis lebih lanjut. Dalam tulisan ini dikemukakan perangkat lunak yang dikembangkan untuk mengolah citra hasil tangkapan kamera pada set-up pengukuran pola medan dekat. Perangkat lunak tersebut memperoleh masukan citra dari kartu penangkap gambar dan menghasilkan data keluaran berupa distribusi intensitas secara tiga dimensi, distribusi intensitas untuk garis scan yang ingin diamati, dan lokasi intensitas maksimuni. Data hasil scanning tersebut dapat diekspor ke file teks yang selanjutnya dapat diolah dengan perangkat lunak standar seperti spreadsheet, maupun perangkat lunak pengolahan data lanjutan lainnya. Dengan menghitung volume di bawah bidang distribusi intensitas 3 dimensi dapat pula diperoleh data mengenai besarnya daya optik (dalam satuan sembarang)dari bagian yang ingin diamati. Dengan perangkat lunak ini telah dilakukan pengukuran pola medan dekat dari serat optik moda tunggal, penentuan polarisasi dari laser dioda, pengukuran pola distribusi medan keluaran pandu gelombang planar, pandu gelombang channel, pengamatan directional coupler sebagai 3-dB coupler, dan pengukuran crosstalk maupun rasio pembagian daya dari directional coupler, dsb. dengan hasil yang memuaskan. Perangkat lunak ini telah digunakan untuk melakukan karakterisasi pandu gelombang yang dibuat dengan metoda APE pada substrate LiNbO3. (Pengarang)

Penentuan dan pelacakan sumber odor menggunakan sensor semi konduktor dalam robotika berbasis komunikasi frekuensi radio (RUT VI), 1998-2000. KUSUMOPUTRO, BENYAMIN; SETIANTO, ERING PUTRANTO; ADIPAMUNGKAS Jakarta: Pusat Ilmu Komputer UI 192

14

20 Adaptive clustering method for recognition of the unknown-category of odor. KUSUMPUTRO, BENYAMIN; ROSTIVIANI, L.; FANANY, M. IVAN IASTED Proc. Artificial Intelligence and Soft Computing, IASTED, Honolulu, Hawai, 9-12 Aug. 1999 17 Comparison of FALVQ and modified back propagation in artificial odor discrimination system. KUSUMOPUTRO, BENYAMIN Proceedings of the Eighteenth IASTED Ind. Conf. on Modelling, Identification and Control, IASTED, Innbruck, Austria, 15-18 Feb. 1999 Abstrak: Artificial odor recognition system is developed to mimic the human sensory test in cosmetics, parfum and beverage industries. The author had developed an artificial odor discrimination system, which is composed of an arrayed quartz-resonator sensor and a pattern recognition system. To improve the system's capability, a hybrid nural system wth a supervised learning paradigm is developed and used as a pattern classifier. In this paper, the performance of the hybrid system is investigated, together with that of FALVQ neural system. (Pengarang) 2 Densitometric determination of 0-aminobenzoic acid, beta-D-glucopyranosyl-1-0aminobenzoate, and 0-beta-D-Glucopyranosyl-(1-6)-0-beta-D-glucopyranosyl-1-0aminobenzoate in cell-suspension cultures of Solanum mammosum. INDRAYANTO, GUNAWAN; MARGALIN, HERO; RANASARI, EVI; SYAHRANI, ACHMAD Journal of Planar Chromatography, 12 1999: 456-460 Abstrak: A simple and rapid densitometric method has been developed for determination of o-aminobenzoic acid, beta-D-glueopvranosyl-1-0- aminobenzoate, and 0-beta-Dglucopyranosyl-(1-6)-O-beta-D-glucopyranosyl-1-0-aminobenzoate in plant cell-suspension cultures. After dilution of the medium or extraction of the biomass with methanol the samples were spotted on precoated silica gel plates which were then developed with ethyl acetatemethanol-water, 70 + 20 + 10 (v/v). Quantitative evaluation was performed by measuring the absorbance-reflectance of the analyte spots at lambda = 332 nm. The densitometric method is selective, precise, and accurate and so can be used for routine analysis of plant cell-culture systems. (Pengarang)

4 Densitometric determination of p-aminobenzoic acid and beta-D-glucose-1-p-aminobenzoate in cell-suspension cultures of Solanum laciniatum. PANJAITAN, TIURMA SUSANTI; SYAHRANI, ACHMAD; INDRAYANTO, GUNAWAN Journal of Planar Chromatography vol. 13 Mach/April 2000: 114-118 Abstrak: A simple and rapid densitometric method has been developed for determination of p-aminobenzoic acid and beta-D-glucose-l-p- aminobenzoate in plant cell-suspension cultures. After diluting the medium or extraction of the biomass with methanol, the samples were spotted on to precoated silica gel plates which were then eluted with ethyl acetate-methanol-water, 77 + 13 + 10 (v/v). Quantitative evaluation was performed by measuring the absorbance-rellectance of the analyte spots at lambda = 272 nm. The densitometric method is selective, precise, and accurate and so can be used for routine analysis of the plant-cell cultures. (Pengarang) 23 Development of fuzzy learning vector quantization neural network for artificial odor discrimination system. KUSUMOPUTRO, BENYAMIN Dalam: Artificial Neurol Nets and Genetics Algorithms. Dobnikar, A.; Steele, Nigel C.; Pearson David W.S.; Albrecht, Rudolf F. (Eds.) Abstrak: The author had developed an artificial odor discrimination system for mimicking a function of human odor experts. The system used a back-propagation neural network and shows

15

high recognition capability, however, the system work efficiently if it is used to discriminate a limited number of odors. The back-propagation learning alorithm will force the unlearned odor to the one of the already learned class-category. To imrove the system's capability, a fuzzy learning vector quantization (FLVQ)neural network is developed, in which LVQ neural network will be used together with fuzzy theory. In the experiments on four different ethanol concentrations and three different kinds of fragnance odor from Martha Tilaar Cosmetics, it is found that the FLVQ shows high recognition capability, comparable with the back propagation neural network, however, the FLVQ can cluster the unlearnied sample to different class of odor. (Pengarang) 22 Development of self-organized network with a supervised training in artificial odor discrimination system. KUSUMOPUTRO, BENYAMIN Dalam: Computational Intelligence for Modelling, Control and Automation, Mohammadian, Masoud 21 Discrimination of fragnance odor by arrayed quartz resonator and a neural network. KUSUMOPUTRO, BENYAMIN; RIVAI, M. Dalam: Computational Intelligence and Multimedia Applications, Selvaraj, H.; Verma , B. (Eds.) 15 Fuzzy learning vector quantization neural network and its application for artificial odor recognition system. KUSUMOPUTRO, BENYAMIN; BUDIARTO, HARY; JATMIKO, WISNU Proceedings of SPIE on Applications and Science of Computational Intelligence, SPIE, Orlando, Florida, 24-27 Apr. 2000 Abstrak: In this paper a kind of fuzzy algoritm for learning vector quantization is developedn and used as pattern classifiers with a supervised learning paradigm in artificial odor discrimination system. In this type of FLVQ, the neuroa activation is derived through fuzziness of the input data, so that the neural system could deal with the statistical of the measurement error directly. During learning, the similarity between the training vector and the reference vectors are calculated, and the winning reference vector is updated in two ways. Firstly, by shifting the central position of the fuzzy reference vector toward or away from the input vector, and secondly, by modifying its fuzziness. Two types of fuzziness modifications are used, i.e., a constant modification factor and a variable modification factor. This type of FLVQ is different in nature with FALVQ, and in this paper, the performance of FNLVQ network is compared with that of FALVQ in artificial odor recognition system. Experimental results show that both FALVQ and FNLVQ provided high recognition probability in determining various lerncategory of odoers, however, the FNLVQ neural system has the ability to recognize the unlearncategory of odor that could not recognized by FALVQ neural system. (Pengarang) 5 High yield formation of 0-aminobenzoic acid-7-0-beta-D-(beta-1,6-0-D-glycopyranosyl)glucopyranosyl ester in cell suspension cultures of Solanum mammosum. HARTANTI, LANNY; WIDJAJA, IVY; SYAHRANI, ACHMAD; INDRAYANTO, GUNAWAN Submitted for Publication in Journal of Asian Natural Product Research Abstrak: Cell suspension cultures of Solanuni mammosum cultivated in modified Murashige Skoog media could synthesize o-aminobenzoic acid- 7-0-beta-D-(beta-1,6-0-Dglucopyranosyl)-glucopyranosyl ester from o-amino benzoic acid with a yield of about 20 persen dry weight in 7 days. The maximum production of the diglucoside was 31.8 persen dry weight. (Pengarang)

16

19 Identification of malignant skin cancer using back-propagation learning with KarhunenLoeve transformation. KUSUMOPUTRO, BENYAMIN; PALUPI, MAYASARI T.; MURNI, ANIATI Proceedings of SPIE, SPIE on Optical Pattern Recognition XI, Orlando, Florida, 26-27 Apr. 2000 Abstrak: Malignant melanoma is the deadliest form of cancer, fortunately, if it is detected early, even this type of cancer may be treated successfully. In this paper, we present a ceural network approach for the automated separation of melanoma from benigh categories of cancers, which exhibit melanoma-like characteristics. To reduce the computational complexities, while increasing the possibility of not being trapped in local minimal of the back-propagation neural network, we aplied Kurhunen-Loeve transformation technique to the originally training patterns. We also utilized a cross entropy error function between the output and the target patterns. Using this approach, for reasonably balance of training/testing set, about 94 persen of correct classification of malignant and benign cancers could be obtained. (Pengarang) 9 Identifikasi kanker kulit ganas menggunakan pembelajaran propagasi balik dengan transformasi Karhunen-Loeve. PALUPI, MAYASARI T.; KUSUMOPUTRO, BENYAMIN Prosiding Kecerdasan Komputasional, 1 (1)1999: 91-94

24 Improvement of artificial odor discrimination system using fuzzy-LVQ neural network. KUSUMOPUTRO, BENYAMIN; WIDYANTO, M. RAHMAT; FANANY, M. IRVAN; BUDIARTO, H. Third International Conference on Computational Intelligence and Multimedia Applications, 1999 Abstrak: Artificial odor recognition system is developed in order to mimic the human sensory test in cosmetics, parfum and beverage industries. Back-ropagation neural network is used as the pattern recognition system and shows high recognition capability, however, the system work efficiently when it is only used to discriminate a limited number of odors. The unlearned odor will be forced to classify as one of the already learned category. To improve the systems capability, a fuzzy learning vector quantization neural network is developed, and utilized in the experiments on four different ethanol concentrations and three different kinds of fragnance odor from Martha Tilaar Cosmetics. The result shows that the FLVQ has a comparable ability for recognizing the already known-category of odors, however, the FLVQ algorithm can clustered the unknown-odor, to a different new class of odor. (Pengarang)

13 Improvement of back propagation training speed by using self-organized mapping. ROSTIVIANI, L.; ISTCS Proc. Int. Symp. on Future Issues of Research on Science and Tech., ISTICS, Tokyo Japan, 1998 11 Jaringan syaraf hibrida PB-SKNC dan aplikasinya KUSUMOPUTRO, BENYAMIN; SAPTAWIJAYA, A. Lokakarya Komputasi Batan, Batan, Jakarta, 1999 pada pengenalan aroma.

18 Malignant skin cancer identification using back propagation learning with Karhunen-Loeve transformation. KUSUMAPUTRO, BENYAMIN; MURNI, ANIATI

17

Proceedings of the Seventheenth IASTED Int. Conf. on Applied Informatics, IASTED, Innsbruck, Austria, 15-18 Feb. 1999 Abstrak: Malignant melanoma is the deadliest form of cancer, fortunately, if it is detected early, even this type of cancer might be treated successfully. In this paper, we present a neural network approach for the automated separation of melanoma from benign categories of cancer, which exhibit melanoma-like characteristics. To reduce the computational complexities, while increasing the possibility of not being trapped in local minima of the bak-propagation neural network, we applied Karhunen-Loeve transformation technique to the originally training patterns. We also utilized a cross entropy error function between the output and the target patterns. Using this approach, for reasonably balance of training/testing set, about 88 persen of correct classification of malignant and benign cancers could be obtained. (Pengarang) 3 N-actylation and N-formylation of m-aminobenzoic acid by cell suspension cultures of Solanum laciniatum. SYAHRANI, ACHMAD; PANJAITAN, TIURMA SUSANTI; INDRAYANTO, GUNAWAN; WILKINS, ALISTAIR L. JANPR, 3 2000: 305-309 Abstrak: Two new biotransformation products, N-acetyl-m-aminobenzoic acid and Nformyl-m-amino- benzoic acid were isolated from cell suspension cultures or Solanum laciniatum following administration of m-aminobenzoic acid, and their structures were elucidated using one- and two-dimensional 'H- and 13C-NM R data. (Pengarang) 16 Neural network diagnosis of malignant skin cancers using principal component analysis as a preprocessor. KUSUMOPUTRO, BENYAMIN; ARIYANTO, ARIPIN IEEE Proc. Int. Joint Conf. on Neural Network, Anchorage, Alaska, 4-9 Mei 1998 Abstrak: This paper presents an artificial neural network which is used to separate the malignant melanoma from benign categories of skin, cancers based on cancer shupes and their relutive color. To reduce the computational complexities, while increasing the possibility of not being trapped in local minima of the back-propagation neural network, we applied PCA (principal componen analysis)to the originally training putterns, and utilized a cross entropy error function between the output and the target patterns. By using this method, more built-in features of the cancer image through its color and the cancer shapes could be used us the input of the system, leading to higher accuracy of finding the differences between malignant cancer from the benign one. Using this approach, for reasonably balance training/testing sets, ubove 91,8 persen of correct classification of malignant and benign cancers could be obtained. (Pengarang) 12 Optimasi vektor code booles menggunakan analisis matriks similaritas pada fuzzy-LVQ. JATMIKO, W.; KUSUMOPUTRO, BENYAMIN Lokakarya Komputasi Batan, Batan, Jakarta, 1999 6 Pembelajaran Kohonen berdasarkan sejarah kemenangan neuron cluster. SAPTAWIJAYA, ARI; KUSUMOPUTRO, BENYAMIN Prosiding Kecerdasan Komputasional, 1 (1)1999: 57-60 10 Penentuan topologi jaringan neural buatan fuzzy yang optimal menggunakan algoritma genetika. IRWANTO, PONIX; KUSUMOPUTRO, BENYAMIN Prosiding Kecerdasan Komputasional, 1 (1)1999: 133-136 3 Penerapan differensial coding dengan Koohen-SOM untuk kompresi citra. DARMINTO, BAMBANG P.; KUSUMOPUTRO, BENYAMIN

18

Prosiding Kecerdasan Komputasional, 1 (1)1999: 27-30 8 Pengembangan Fuzzy-LVQ dan penggunaannya dalam sistem penciuman elektronik. KUSUMOPUTRO, BENYAMIN; BUDIARTO, H. Prosiding Kecerdasan Komputasional, 1 (1)1999: 81-84 4 Pengenalan aroma tak dikenal dengan metode klusterisasi adaptif. WIDYANTO, M. RAHMAT; KUSUMOPUTRO, BENYAMIN Prosiding Kecerdasan Komputasional, 1 (1)1999: 31-34 2 Penggunaan transformasi fourir dan transformasi Karhunen-Loeve pada sistem pencocokan pola. FATMA, ELVI; KUSUMAPUTRO, BENYAMIN Prosiding Kecerdasan Komputasional, 1 (1)1999: 14-17 5 Propagasi balik berbasis eigen-faces dan modifikasinya untuk pengenalan wajah. SETIAWAN, WAWAN; KUSUMOPUTRO, BENYAMIN Prosiding Kecerdasan Komputasional, 1 (1)1999: 39-42 14 Shape and color analysis of malignant skin cancers using PCA as a preprocessor in neural network recognition system. KUSUMOPUTRO, BENYAMIN; SETIAWAN, WAWAN Proc. 5th Asian Symp. on Visualizaton, LIPI, Serpong-Indonesia, 18-21 Mei 1998 Abstrak: Artificial neural network is used to separate the malignant melanoma from benign categories of skin cancers based on cancer shapes and their relative color. To reduce the computational comlexities, while increasing the possibility of not being trapped in local minima, we applied PCA (principal component analysis)to the originally training patterns, and utilized a cross entropy error function between the output and the target patterns. Analyses of the error functions used in the neural system are performed by comparing the generalization and its learning time for the real cancer images. By using this method, more built-in feature of the cancer images through its color and the cancer shapes could be used as the input of the system, leading to higher accuracy of finding the differences between malignant cancer from the benign one. Using this approach, for even 50 persen of balance between training data set and the test set; above 90 persen of correct classification of malignant and benign cancers could be obtained. (Pengarang)

1 Sistem deteksi adaptif dengan menggunakan fuzzy learning vector quantization. BUDIARTO, H.; KUSUMOPUTRO, BENYAMIN Prosiding Kalibrasi, Instrumentasi dan Metrologi, KIM LIPI, Serpong, 1998

7 Transformasi Karhunen-Loeve pada ekstraksi ciri bispektrum untuk identifikasi pembicara. FANANY, M. IVAN; KUSUMOPUTRO, BENYAMIN Prosiding Kecerdasan Komputasional, 1 (1)1999: 73-76

Pengembangan dan implementasi sistem kendali derau akustik multi-kanal secara adaptif dengan menggunakan pengolah sinyal digital (RUT VII), 1999-2001. TRILAKSONO, BAMBANG RIYANTO Bandung: Jurusan Teknik Elektro ITB 220

19

27 Active control of acoustic noise using adaptive filter algorithm: a real-time DSP implementation based on feedforward confoguration. TRILAKSONO, BAMBANG RIYANTO Proceedings ISASTI '98, Jakarta, 3-5 Sep. 1998 28 Active control of acoustic noise using radial basis function neural networks. TRILAKSONO, BAMBANG RIYANTO; ANGGONO, L; UCHIDA, K Proceedings International Conference modelling, identification and control, Innsbruck, 19-22 Feb. 2001 29 Active control of acoustic noise using robust methods. TRILAKSONO, BAMBANG RIYANTO; UCHIDA, K Proceedings MOVI C01 Conference, Osaka, Apr. 2001 22 Decentralized active control of acoustic noise in enclosure using U-filtered algorithm: an experimental study. TRILAKSONO, BAMBANG Proceedings of the IASTED International Conference modelling, identification and control, Innbruck, 14-17 Feb. 2000 Abstrak: This paper presents real-time experiment for active control of acoustic noise in an enclosure. U-filtered adaptive algorithm is employed and is implemented using Digital Signal Processor. Experimental result for single channel and decentralized multichannel active noise control discussed. 24 DSP implementation of active control of acoustic noise inside an enclosure. TRILAKSONO, BAMBANG RIYANTO; ISHWARA, HENDRA Majalah Ilmiah Sistem Kendali, 4 (2)2001 Abstrak: We address the problem of controlling acoustic noise inside an enclosuse using active method. Feedback configuration of adaptive FXLMS filter is employed and its implementation using digital signal processor is performed. Experimental study is conducted and the results show that the primary noise is well attenuated over a wide frequency range, but its success depends on the choice of adaptation rates used in FXLMS filter algorithm. 25 Implementasi jaringan syaraf tiruan untuk identifikasi sistem nonlinier yang mengandung saturasi. TRILAKSONO, BAMBANG RIYANTO; YULIUS, AGUNG Majalah Ilmiah Sistem Kendali, 3 (1)1999 26 Penggunaan jaringan syaraf tiruan dengan fungsi basis radial untuk pemodelan dan identifikasi sistem nonlinier. TRILAKSONO, BAMBANG RIYANTO; YULIUS, AGUNG Majalah Ilmiah Teknik Elektro, 4 (3)1998

23 Secondary path on-line modeling in active noise control using neural networks. TRILAKSONO, BAMBANG RIYANTO Proceedings of the IASTED International Conference modelling and simulation, Pittsburgh, 1517 Mei 2000 Abstrak: Active control of acoustic noise has recently attracted much attention from engineers and scientists. This is due to the fact that it offers advantages in terms of bulk and expenditure over the conventional utilization of passive dampers for attenuating low frequency acoustic noise. This paper presents on-line modeling of the secondary path of multichannel

20

ANC using neural networks. The neural network used for secondary path modeling and its learning algorithm are implemented on a Texas Instruments C6701 EVM Digital Signal Processors (DSP). In contrast to previous works on ANC using neural networks which concentrates on single channel and off-line ANN adaptation, this paper addresses multichannel modeling and employs on-line adaptation, which has been possible because of the computing power of DSP. The neural networks is employed to capture nonlinear phenomena arising in ANC, a problem which has not been taken into account in linear adaptive filter theory, such as the well known Least Mean Square Algorithm.

Pengembangan dan pembuatan prototipe sistem kontrol multiguna dengan arsitektur multi model (RUT V), 1997-2000. KADIMAN, KUSMAYANTO; YULIAR, SONNY; ASTUTI, PUDJI Bandung: Lembaga Penelitian IPB 228 1 Control system design methodology for a class of plants using dissipativity methods. YULIAR, SONNY; KHOLIK, GATOT NUR; KADIMAN, KUSMAYANTO; SATRIA, R. MEDY Proceeding of Third Workshop on Electro, Communication, and Information III, Bandung, 1999 Abstrak: In this short paper, we propose a design methodology that is based on the idea of multi plants few controllers approach. Our approach is procedural, lying on the idea of information extraction. It is not mathematical and, therefore, is in no way optimal. However, the approach offers high flexibility to accommodate practical needs. An application of the methodology to four four-wheel streered vehicle and DC motor models is given. In this case it is shown that the methodology results in fewer number of highly robust controllers than what the common approach would normally deliver. (Pengarang)

3 The nation of median model and its use in simultaneous plants control design. SATRIA, R. MEDY; YULIAR, SONNY; KADIMAN, KUSMAYANTO Proceeding of Asia/Pacific International Congress on Engineering Computational Modeling and Signal Processing, Bandung, 1999 Abstrak: In conventional control designs, one controller is dedicated for one specified plant. On one hand, this method guarantees good stability and performance for that specified plant. But on the other hand, the conventional control design has disadvantage such as : high degree of heterogenity of the controllers, not interchangeability between controllers, and the requirement of a variety of spare parts. This may result in high cost design and maintenance. In this paper, a control algorithm that has a multipurpose function is proposed. It is demonstrated that this algorithm can be used to control several plants in a given class of plants. To design the multipurpose controller, a method called two stage design is developed. The method consists of a master controller and slaves controller. In the design of the slave controlelr, it is introduced the concept of median models as a fictitious model that represents a group of plants in the specified class. This median model must have radius of robustness larger than the distance between the median model and each plant in the class. The gap metric is than used to represent the distance between two systems. Genetic algorithm is used to optimize the parameter of medial model. The simulation for two class of plant has been done, those are a class of stable multi input multi output (MIMO)plant that consist of three plants and a class of unstable MIMO

21

plant that consist of three plants. The resulted multipurpose controller from this case study consists of two slave controllers and one master controller. The simulation show that this multipurpose controller can stabilize and give robust performance for all plants. (Pengarang) 4 On the design of multipurpose controller for simultaneous plants with Hoo method and genetic algorithm. KADIMAN, KUSMAYANTO; SATRIA, R. MEDY; YULIAR, SONNY Proceeding of Electric Control, Communication and Information Seminar (ECCIS)2000, Malang, 13-14 Jun. 2000 Abstrak: This paper purpose a new method in designing controller that has multipurpose function. It is demonstrated that this method can be used to control several plants in a given class of plants. To design the multipurpose controller, a method called two stages design is developed. The method builds controller that consists of a master controller and several slaves controller. In the design of the slave controller, it is introduced the concept of median model as a fictitious model that represents a group of plants in the specified class. This median model must have radius of robustness larger than the distance between two systems. Genetic algorithm is used to optimize the parameter of median model. For case study, a class of shunt type of DC motorr is used as plant. The simulation shows that this multipurpose controller can stabilize and give robust performance for all plants. (Pengarang) 2 A simultaneous robust control design for a class of electrical motors using the Hoo technique and genetic algorithm. SATRIA, R. MEDY; YULIAR, SONNY; KADIMAN, KUSMAYANTO; SIREGAR, PARSAULIAN Proceeding of the 1999 FTUI Seminar Quality in Research, Jakarta, 1999 Abstrak: Umumnya teknik-teknik kontrol lanjut diperkenalkan untuk meningkatkan kinerja sistem fisik. Untuk itu perhatian ditujukan pada kinerja, sementara isu-isu ekonomis yang terkait dengan implementasi, operasi dan pemeliharaan kurang diperhatikan. Sebagai ilustrasi, aplikasi teknik-teknik ini pada sejumlah sistem yang berbeda bisa menghasilkan sejumlah pengontrol dengan tingkat variasi yang tinggi yang dapat menyulitkan pengoperasian dan pemeliharaan. Makalah ini mengusulkan metodologi disain baru yang memungkinkan pengurangan tingkat variasi pengontrol. Metodologi ini terdiri atas: 1)penggunaan konsep model median dan 2)proses disain dua tingkat. Permasalahan utamanya adalah bagaimana memilik 'alat ukur' yang tepat sehingga model median yang diperoleh bisa betul-betul berada di tengah sekumpulan sistem yang beragam. Dalam makalah ini, kami memilih menggunakan norm Hoo dan algoritma genetika untuk menentukan model median yang diperlukan. Sebagai studi kasus, kami menerapkan metodologi ini pada sekumpulan motor elektrik. (Pengarang)

Pengembangan sistem multiprosesor sebagai komputer berkecepatan tinggi dan aplikasinya untuk analisa tiga dimensi reaktor nuklir (RUT VI), 1998-2000. SU'UD, ZAKI; ARIF, IDAM; AZIZ, FERHAT Bandung: Lembaga Penelitian ITB 232 1 Design study of ship based small nuclear power reactors. SU'UD, ZAKI 3rd International Syimposium on Global Environment and Nuclear Energy Systems, Research Laboratory for Nuclear Reactors Tokyo Institute of Technology, Tokyo, 14-17 Des. 1999 Abstrak: In this study the results of conceptual design study on ship based small nuclear power reactors is presented. The reactors are basically lead-bismuth cooled fast power reactors similar to that described in reference 1-3. However design modification are performed to obtained design which can be operated under sea wave movement. The system use loop type

22

with relatively large coolant pipe above reactor core. The reactors does not use IHX, so that the heat from primary coolant system directly transferred to water-steam loop through steam generator. The reactors are capable to be operated in difference power level during night and noon. This feature is necessary because in some rural area the main use of the reactors is just to support home electricity. The reactors however can also be used totally or partially to produce clean water through desatination of sea water. Due to the influence of sea wave movement the analysis have to be performed in three dimensional analysis. The computation time for this analysis is speeded up using Parallel Virtual Machine(PVM)Based multi processor system. (Pengarang) 2 Komputasi untuk reaktor masa depan. SU'UD, ZAKI Komputasi dalam Sains dan Teknologi Nuklir IX, BATAN, 2000 Abstrak: Dalam paper ini reaktor subkritis dijajagi kemungkinannya untuk diaplikasikan sebagai pembangkit energi yang selanjutnya dapat dipakai untuk menghasilkan listrik, untuk deselinasi air taut, pemanas, dsb. Dalam sistem yang diusulkan di sini untuk mendrive sistem ini dapat digunakan akselerator maupun sumber neutron tetap (Misal Am-Be). Sistem ini juga dirancang untuk pembangkitan daya dalam orde MW. Dengan demikian burnup dari bahan bakar sisanya sangat rendah (kurang dari 1 persen). Untuk sistem kccil, sumber neutron Am-Be digunakan untuk mendrive sistem ini. Untuk mengendalikan daya sistem subkritis dilakukan dengan 2 sistem yaitu memberikan perisai pada sumber neutron tersebut, serta dengan mengatur posisi berelium pada sumber neutron Am-Be sehingoa intensitas neutron yang nucluar dapat dikendalikan. Ini akan secara langsung menentukan daya yang dibangkitkan sistem secara keseluruhannya. Diberikan status dan prospek pengembangan sistem subkritis yang dengan aksrlerator atau sumber neutron tetap dalam didrive aplikasinya sebagai sumber energi maupun sebagai reator untuk- transmutasi. Selanjutnya akan dibahas pula tentang strategi pengembangannna di Indonesia sebagai afternatif pengembangan energi nuklir khususnya dalam keadaan krisis saat ini. Pada bagian akhir dibahas beberapa aspek teknis dari contoh disain yang ada. Proses analisis di sini meliputi perhitungan difusi multigrup dengan geometri R-Z untuk sumber neutron tetap (Fixed source problem). Selanjutnya dilakukan perhitungan burnup. Dalam tahap neutronik ini optimasi juga dilakukan untuk mendapatkan disain yang memiliki peaking faktor terkecil, serta fleksibel dan mudah pengendaliannya. Pada tahap selanjutnya dilakukan analisa termohidrolik untuk kondisi tunak. Analisa kecelakaan juga perlu performansi keselamatannya, namun hal ini di luar cakupan topik pembahasan di sini. (Pengarang) 3 Pengembangan kode komputer untuk menganalisa keadaan tunak reaktor air didih (BWR). MISBAH, AHMAD; SU'UD, ZAKI Komputasi dalam Sain dan Teknologi Nuklir IX, BATAN, 2000 Abstrak: Dalam paper ini dibahas tentang kode komputer untuk menghitung keadaan tunak reaktor air didih dalam dua dimensi R-Z. Dalam program ini perhitungan neutronik dilakukan dengan memecahkan persamaan difusi multigrup atau satu grup 2 dimensi R-Z, yang selanjutnya dikopling dengan perhitungan termohidrolik juga dalam 2 dimensi R-Z. Untuk perhitungan difusi digunakan model iterasi dalam-iterasi luar dengan metoda SOR antuk iterasi dalam. Sedang untuk termohidrolik dilakukan perhitungan untuk fluida 2 fasa. Program dibuat dalam bahasa C++ builder dan hasil perhitungan disajikan dalam bentuk grafik dan data yang ditampilkan di layar. Sebagai contoh perhitungan diberikan hasil untuk sebuah BWR yang disederhanakan. (Pengarang) 4 Prospek reaktor daya berukuran besar dengan pendingin Pb-Bi dan bahan bakar nitrida perbandingan performansi konsep teras tunggal dan moduler. SU'UD, ZAKI

23

Teknologi dan Keselamatan PLTN serta Fasilitas Nuklir, BATAN, 10-11 Okt. 2000 Abstrak: In this study the characteristic and prospect of single core and moduler concept large size (2500 MWth)nuclear power reactors based on liquid Pb-Bi coolant and nitride fuel are investigated. The proposed design uses internal blanket to minimize excess reactivity during reactor operation. The reactor core is divided into several region and adjusted to optimized reactivity swing, power peaking and coolant density coefficient of reactivity. As usual for liquid Pb and Pb-Bi core, the design is also adjusted to minimize pressure drop and maximize natural circulation component. This is implemented by pancake type core and set pin diameter and pitch to pin diameter ratio to be relatively large. For moduler core the reactor consisted of 6 small/medium core and in each core a steam generator is installed. The steam from 6 steam generator is then combined to drive large turbine. For single core system there are three steam generator and the output of these steam generator then combined to drive the turbine. The optimization results show, that for 3 to 4 years of operation without reducing the excess reactivity can be minimized to 0.2 persen delta k/k with positive but small coolant void coefficient. Therefore during ULOF and UTOP transient coolant density component of reactivity contribution can be neglected. Such characteristics can be obtained with for single core system and moduler core system. However moduler system has larger safety margin due to smaller maximum excess reactivity, clan larger natural circulation. In the other hands. moduler core need larger investment due to larger fuel inventory. Compared to conventional nuclear power reactors, the prosposed design has advantages due to- high utilization factor related to long refueling tim, breeding capability, and high level safety performance. The prosposed design can survive total loss of pumping power driven ULOF accident and UTOP with total withdrawal of control rods. Due to its hard spectrum characteristic, it will profide flexibility in power level adjustment depending on load condition. (Pengarang)

Pengembangan teknologi "narrow structure" untuk pembuatan komponen optoelektronik (RUT VI), 1998-2000. SEKARTEDJO; BUDIONO, AGUNG; DWI BAYUWATI Surabaya: Lembaga Penelitian ITS 236 66 Chemical etching of InP and GaInAsP for optoelectronics device fabrication. SEKARTEDJO; DWI BAYUWATI Proceedings Industrial Electronics Seminar 2000, ITS, Surabaya, 18-19 Okt. 2000 Abstrak: Fabrication process of optoelectronics devices such as LED, semiconductor laser, photodetector and OEIC requires etchant materials for defining typical structures. The new composition of HBr+CH3COOH+KMn)4 system hs been developed which paticulary suitable for etching process of InP and GaInAsP wafers. The experiments include the preparation of double heterostructure wafers using LPE method and stripes formation by photolitopraphic and wet etching processes. Smooth etched surface of narrow strupes were formed during the etching process. Etching rates for [100]InP substrate in vertical and lateral directions was 0,4503 um/min and 0,3414 um/min, respectively, which relatively lower than the etching tares obtained by Br-methanol and BCK-111 etchants. The degree of anisotropic characteristic of the three etchants also being measured. The etching characteristics for GaInAsP/InP double heterostructure wafers was mostly similar as for InP substrate. This new etchant composition does nat erode the photoresist, which would be convenient for device processing.

65 Studi awal pembentukan "narrow structure" unruk pembuatan piranti fotonik. SEKARTEDJO; DWI BAYUWATI

24

Proceeding II Seminar Nasional Teknologi Industri X, ITS, Surabaya, 18 Feb. 1999 Abstrak: Telah dilakukan studi awal pembentukan 'narrow sturcture' pada wafer GaInAS/InP, berupa lapisan jamak double hetero structure yang dibentuk dengan metoda Liquid Phase Epitaxy (LPE). Structur ini diperlukan pada piranti fotonik untuk memperoleh "carrier and current confinement". Dari studi eksperimental awal telah diperoleh hasil berupa kondisikondisi teknis yang diperoleh untuk pembuatan struktur tersebut.

ENJINIRING

Teknik peredaman getaran pada dinamika rotov (RUT VII), 1999-2001. PAGWIWOKO, COSMAS PANDIT; TJATRA, I WAYAN; GUNAWAN, LEO Bandung: Lembaga Penelitian ITB 238 4 Design of acceleromeer based on strain gage. ENDIKA S., MARTHA; GUNAWAN, L.; PAGWIWOKO, COSMAS PANDIT Proceeding Industrial Electronic Seminar 1999, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya, 27-28 Okt. 1999 Abstrak: A study of a design of an accelerometer based on strain gage is presented in this paper. The aim is to valuate the performance by using a MATLAB-Simulink simulation. To obtain the Simulink model, the of the strain gage is modeled by using finite Element Method and then transformed into an equation of motion in generalized coordinates. By using Bond Graph technique, the model of the accelerometer that includes the structure part and the electronic part is developed Simulations are then performed with several input signals. The results show that the designed accelerometer has an acceptable performance in the frequency range tip to 30 Hz. (Pengarang)

5 Design of structural dynamic response observer based on strain gage. RISDIANA, AANG; PRIHADANA, DONNY; PAGWIWOKO, COSMAS PANDIT Proceeding Industrial Electronic Seminar 1999, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya, Surabaya, 27-28 Okt. 1999 Abstrak: Strain gage had been used to sense the static and dynamic behavior of the structure for the analytical substantiation purpose. The use of a strain gage as a sensor for feedback control information will be investigated for the optimal amount and position on a cantilever beam. Modeling the cantilever beam by idealized distributed lumped mass can be performed using Rayleigh-Ritz principle to represent the equation of motion in the modal coordinate basis. The solution of this problem is the dynamic response of the structure in the generalized coordinate basis. Transformation of structural displacement to the internal bending moment of the beam can be used to identify the strain occurred on the structure to be sensed by the strain gage. Having the strain gage at each point of the idealized lumped mass will be the exact observation of the structural behavior but it is not optimal. The goal of this investigation is definition of the amount and position of strain gage to be glued on the structure to he able to reconstruct the modes generated on the structure. State space representation of the dynamic structure with the output sensor of strain gage will be used to reconstruct the modes. (Pengarang)

25

3 Modeling, simulation, and testing of servo-hydraulic actuator system. PANJAITAN, RICHARD P.; GUGUN G.H.M.; PAGWIWOKO, COSMAS PANDIT Proceeding Industrial Electronic Seminar, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya, Surabaya, 27-28 Okt. 1999 Abstrak: One of the capability that is possessed by servo-hydraulic actuator system is, the output power produced is much bigger than the input power required, and this advantage can be used to activate the control surface with high aerodynamic loads. Besides, this actuator system relatively has short time response and adequate bandwidth. In the modem aircraft, this system can be implemented as an aeroelastic active-control system that has several purposes such as to increase the passenger's ride quality and improve the fatigue problem in structure caused by dynamic loads. The actuator modeling system was made to determine the characteristics of the dynamic system, which can be used as criteria to design the control strategy. On this stage the bond-graph technique is used to model the actuator system, for the reason that the dynamic system in multi domain of work, can be formulated with integrated approach and the nonlinear factors can be easily included in this model. In this model, dynamic system that consists of subsystems and components from several domains, will be represented by its equivalent block diagram in an integral form. By doing so, the interaction of sub- systems can be analyzed directly. The simulation was done by using MATLAB-Simulink and then the simulation results will be compared with the testing results. (Pengarang)

1 Pemodelan dan simulasi pompa hidraulik dengan menggunakan teknik bond-graph. MAULANA, M.I.; FADLY, M.; PAGWIWOKO, COSMAS PANDIT Abstrak: Salah satu keunggulan yang dimiliki sistem kendali terbang berdaya hidraulik adalah daya yang dihasilkan lebih besar dibandingkan daya input yang diberikan. Keunggulan ini dimanfaatkan untuk membantu pilot dalam menggerakkan bidang kendali dengan beban aerodinamika yang tinggi. Daya hidraulik tersedia dalam sistem jika fluida bertekanan digerakkan, dan pompa sebagai pemindah fluida merupakan sumber energi utama sistem hidraulik. Kebuthan untuk meningkatkan performansi pompa hidraulik menyebabkan dieprlukannya kajian yang lebih mendalam mengenai karakteristik pompa tersebut. Untuk mengetahui dan menganalisa karakteristik pompa hidraulik dibuat suatu model dengan menggunakan teknik pemodelan diagram ikatan (bond-graph). Metode ini didasarkan pada kenyataan bahwa atnara sistem-sistem fisik yang saling berinteraksi terdapat aliran energi, sehingga suatu sistem dinamik dari berbagai domain kerja dapat diformulasikan dengan pendekatan terintegrasi. Dengan teknik-teknik pemodelan diagram ikatan, model pompa hidraulik tersebut dapat dipresentasikan menjadi suatu blok diagram terpadu yang bersesuaian. Karakteristik dan interaksi antara sub-sistem dalam pompa tersebut dapat dianalisa dalam domain waktu secara langsung melalui simulasi dengan menggunakan parangkat lunak MATLAB-Simulink. (Pengarang) 2 Pemodelan dinamik elektro hydraulics servo valve (EHSV)pada aktuator bidang kendali aileron N-250. GUGUN G.H.M; FADLY, M.; PAGWIWOKO, COSMAS PANDIT Abstrak: Bidang kendali aileron diperlukan untuk mengendalian gerakan guling pesawat terbang pada sumbu lateralnya. Aktuator yang digunakan untuk menggerakkan bidang kendali aileron pesawat terbang N-250 dalam keadaan aktif adalah aktuator ECHP. Aktuator ECHP terdiri dari komponen Electro Hydraulics Servo Valve (EHSV)yang berfungsi mengatur gerakan katup spool yang mengontrol aliran fluida yang akan masuk ke dalam ruang piston dan komponen ram piston yang berfungsi mengubah daya fluida menjadi daya mekanik untuk menggerakkan bidang kendali aileron. Makalah ini merupakan pengembangan lebih lanjut dari

26

pemodelan ECHP, namun lebib mengkonsentrasikan pada pemodelan EHSV sistem aktuator ECHP. Pemodelan dinamik EHSV dan ECHP dilakukan dengan metoda bondgraph. Metoda ini menggunakan prinsip aliran energi antar komponen dalam sistem. Metoda ini juga dapat menggabungkan berbagai domain kerja sistem dalam suatu rangkaian diagram sehingga hubungan antar komponen dapat dianalisis secara langsung. Dinamika sistem keseluruhan dalam domain waktu, disimulasikan menggunakan perangkat lunak MATLAB-Simulink. Hasil sumulasi selanjutnya diverifikasi dengan data pengujian aktuator ECHP bidang kendali aileron di fasilitas pengujian sistem hidraulik iron bird PT IPTN. (Pengarang)

ILMU BAHAN

GaAs mesa finger interdigital photodetektor berorde pikodetik (RUT VII), 1999-2000 Lembaga Penelitian UNEJ. SUBEKETI, AGUS Jember: Lembaga Penelitian UNEJ 243 1 Fabrikasi kontak metal photodetektor gelombang infra merah untuk aplikasi sistem komunikasi serat optik. YUNAS, J.; SUBEKTI, AGUS; BAYUWATI, D. Seminar Bidang Energi, Elektronika, Kendali, Telekomunikasi dan Sistem Informasi, Malang, 13-14 Jun. 2000 Abstrak: Tulisan ini akan mengetengahkan teknik pembuatan kontak metal photodetektor gelombang infra merah. Topik topik seperti proses deposisi metal, etsa metal, serta teknik litografi akan diketengahkan untuk mendapatkan struktur kontak yang baik, dengan teknik proses yang reversible dan stabil. Pada percobaan pembentukan struktur kontak telah dicoba dua metoda, yaitu proses liftoff dan etsa mesa. Hasil proses dinilai secara kualitatif melalui pengamatan SEM. (Pengarang) 2 Studi semikonduktor berbasis InP sebagai photodetektor gelombang infra merah untuk aplikasi sistem komunikasi serat optik (SKSO). YUNAS, J.; BAYUWATI, D.; SUBEKTI, AGUS; WIDODO, S. Prosiding Simposium Fisika Nasional XVIII, Apr. 2000 Abstrak: Photodetektor berbasis InP (Indium Phospat)telah diketahui merupakan kandidat yang memiliki konsep masa depan cerah untuk diaplikasikan pada sistem penghantar data melalui serat optik. Divais ini memiliki keuntungan dalam hal teknologi fabrikasi yang lebih kompatibel dengan teknologi MMIC (Monolithic Microwave Integrated Circuit)serta mampu bekerja pada daerah frekuensi yang lebih tinggi dibandingkan photodetektor konventional yang berbasis silikon. Tulisan ini membahas suatu studi teknologi proses fabrikasi divais yang difokuskan pada teknik penumbuhan lapisan aktif dengan menggunakan metoda LPE (Liquid Phase Epitaxie). Pada tutisan ini dikemukakan juga beberapa langkah proses fabrikasinya. (Pengarang)

Pemurnian dan pembuatan grafit kualitas nuklir (RUT III), 1995-1998. ARRYANTO, YATEMAN; DWI HERWIDHI; TRI WAHYUNI, ENDANG Yogyakarta: Fakultas MIPA UGM 245

27

1 Kajian pengaruh katalis silika oksida pada proses karbonisasi dan grafitasi kokas terkalsinasi dalam rangka pembuatan bahan matrik. ARRYANTO, YATEMAN; MASDUKI, BUSRON; DWI HERWIDHI; HIDAYATI Seminar dan Lokakarya ke-3 Teknologi dan Aplikasi Reaktor Temperatur Tinggi, Jakarta, 3-4 Jun. 1996 Abstrak: Telah dikaji pengaruh katalis silika oksida pada proses karbonisasi dan grafitisasi kokas terkalsinasi dalam rangka pembuatan bahan matrik. Kajian dila- kukan dengan memvariasi sejumlah berat katalis silika oksida pada pembuatan pelet bahan matrik yang dibuat dari campuran kokas terkalsinasi dan tarpitch sebagai bahan pengikat dan kemudian dilakukan proses karbonisasi pada temperatur 1000 derajat C dan proses grafitisasi pada temperatur 2000 derajat dan 2500 derajat C. Pengaruh katalitik ditentukan dengan melakukan pengukuran terhadap perubahan berat pelet bahan matrik sebelum dan setelah proses karbonisasi dan grafitisasi. Dan juga dilakukan pengukuran terhadap luas muka, kerapatan, indek dan derajad grafitisasi dengan difraksi sinar- x terhadap bahan matrik hasil grafitisasi. Dari hasil pengamatan dapat disimpulkan bahwa pengurangan berat pelet bahan matrik pada proses karbonisasi adalah relatif sama dengan bertambah- nya berat katalis. Sedangkan pada proses grafitisasi pengurangan berat pelet bertambah besar dengan bertambahnya jumlah katalis dan kenaikan temperature. Juga diamati bahwa jumlah katalis dapat memperbesar luas muka dan meningkatkan indek atau derajad grafitisasi bahan matrik. (Pengarang)

2 Pembuatan grafit impermeabel dari kokas minyak bumi. ARRYANTO, YATEMAN; GULO, FAKHILI; TRI WAHYUNI, ENDANG Bulletin Pasca Sarjana UGM Abstrak: Pembuatan grafit impermeabel dari kokas minyakbumi dengan menggunakan gala ter batubara sebagai bahan pengikat dan impregnan telah dilakukan. Kokas muda minyakbumi dikalsinasi dan dicampur dengan gala ter batubara untuk dijadikan pelet dan kemudian dipanggang, diimpregnasi, digrafitisasi dan dikarakterisasi. Pengaruh pengulangan impregnasi pada tahap pemanggangan terhadap kualitas grafit sintetik juga akan dikaji. Kajian dilakukan dengan mengamati kristalinitas, densitas, porositas dan permeabilitas gas grafit sintetik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa grafit sintetik yang diperoleh memiliki derajat grafitisasi sebesar 0,64. Permeabilitas gas grafit sintetik menurun sejalan dengan meningkatnya pengulangan impregnasi. Pelet grafit impermeabel diperoleh dengan pengulangan impregnasi sebanyak lima kali. (Pengarang)

Penelitian dan pengembangan bahan unggul giant magnetoresistance paduan (Sm, R)Mn2Ge2 (RUT VI), 1998-2000. PURWANTO, SETYO; MANAF, AZWAR; RIDWAN Serpong: P3IB BATAN 247 1 Bahan sensor magnetik giant magnetoresistance berbasis paduan logam tanah jarang. PURWANTO, SETYO Permintaan paten Abstrak: Penemuan ini berkaitan dengan formula baru dari baban yang memiliki sifat Giant Magnetoresistance yang dapat dimanfaatkan sebagai magnetic recording head atau bahan sensor magnetik. Dengan penemuan formula baru ini diharapkan bahan magnetoresistance yang selama ini mengandalkan bahan paduan NiFe dapat digantikan. Sekaligus meningkatkan daya

28

sensitifnya karena diketahui bahan ini memiliki sifat magnetoresistance lebih baik yaitu sekitar 12 persen. Dengan berbasis paduan SmMn2Ge2 yang memiliki sifat magnetoresistance pada suhu sekitar 125 K diupayakan satu metode untuk membuat sifat tersebut dapat dibawa sampai pada suhu ruang atau lebih. Cara tersebut menyangkut metode substitusi, yaitu dengan menggantikan sebagian atom Sm dengan atom yang tidak memiliki momen magnetic seperti atom Y(Yttrium)pada komposisi tertentu. Dengan meleburkan paduan baru dengan teknik Arc Melting yang dimodifikasi telah berhasil dibuat paduan berfasa tunggal Sm0.7 Y0.3Mn2GC2. Dan komposisi lain yang sejenis sampai pada kadar Yttriuiii tertentu . Kemudian cuplikan-ingot yang sudah dibuat dianil pada suhu dan lama anil tertentu dan diproses lebih lanjut dengan di gerus memakai 'ball miling' pada kecepatan dan waktu yang tertentu. Hasil tersebut kemudian dibuat pelet dengan tebal dan tekanan tertentu dengan metode tekanan dingin. Setelah itu cuplikan yang sudah siap dikarakterisasi dengan berbagai teknik. Diketahui dengan analisa tertentu diperoleh adanya hubungan antara sifat magnetoresistance terhadap ukuran butiran yang terbentuk. (Pengarang)

3 Preliminary study of microstructure dependence of magnetoresistance behavior on Sm 1xLxMn2Ge2 compound with x = 0,1 - 0,3. PURWANATO; WAGIYO; DANI, M.; WISNU A.A.; YAMAGUCHI, YASUO; YAMAUCHI, H. Proceedings 7th Asia-Pasific Electron Microscopy Conference-Physical Sciences, Singapore International Convention and Exhibition Centre SUNTEC City, Singapor, 26-30 Jun. 2000 Abstrak: We present the microstructure dependence of magnetoresistance behavior in Sm1xLaxMn2Ge2 Compound with x= O,1-0,3. We found in bulk sample after milling and cold pressing P=10 ton/cm-square the magnetoresistance properties have improved from 0,6 persen became almost 7 persen with the adding of La Oconcentration 10, 20 and 30 persen. In this preliminary study we can conclude that behavior related to the density of samples and also the fraction of premier phase of Sm1-xLaxMn2Ge2. Another analysis on this magnetoresistance behavior with magnetic granular solid model also can understand this phenomenon. (Pengarang) 4 Preliminary study of microstructure dependence of magnetoresistance behavior on Sm1xLaxMn2Ge2 compound with x = 0,1 - 0,3. PURWANTO, SETYO; WAGIYO; DANI, M.; WISNU, A.A.; MUSLICH, RIFAI; YAMAGUCHI, YASUO; YAMAUCHI, H. Jurnal Mikroskopi dan Mikroanalisis, 3 (1)2000: 13-16 Abstrak: We present the microstructure dependence of magnetoresistance behavior in Sm1xLaxMn2Ge2 compound with x= 0,1 0,3. We found that in bulk samples after milling and cold pressing p = 10 ton/cm2 the magnetoresistance properties have improved from 0,6 persen to almost 7 persen with the adding of La concentratiaon 10 persen, 20 persen and 30 persen. The bulk samples were prepared by tri are melting, melted 4-5 times with the Ti addition for oxygen getter. After that, the samples were annealec for 96 hours at 900 derajat C at the vaccum furnace to make a good homogenecity. X-ray diffraction measurement was done using Cu target then the data was refined by Rietan software. Scanning electron micrograph data a pellet samples were taken by SEM 515 from Phillips company with two thousands magnification and operatioan power 20 keV. From the micrograph results, it was shown that the granular diameter increases with the Lantahanum content. In this preliminary study we can conclude the magnetoresistance behavior is related to the density of samples and also to the fraction of primary phase of Sm1-xLaxMn2Ge2. Analysis on this magnetoresistance behavior with magnetic granular solid model can help understanding this phenomenon. (Pengarang)

29

2 Sintesis dan karakterisasi bahan giant magnetoresistance (GMR)Sm1-xYxMn2Ge2(x = 0,0 0,4). PURWANTO, SETYO; RIDWAN; MANAF, AZWAR; MUJAMILAH; YAMAUCHI, H.; YAMAGUCHI, YASUO Abstrak: Telah dilakukan suatu studi pendahuluan untuk pembuatan bahan paduan magnet Sm1-xYxMn2Ge2(x= 0,0-0,4)yang ditengarai memiliki sifat Giant Magnetoresistance (GMR)dengan metode Td Arc Melting. Dari hasil studi difraksi sinar-X diketahui bahwa modifikasi pada proses pembuatan dengan melelehkan Titanium terlebih dahulu ternyata dapat berfungsi sebagai 'oxygen absorber' sehingga dapat mengurangi timbulnya fase-fase oksida dari logam pembentuk paduan seperti Sm2O3 dan Y2O3. Pada makalah ini akan disinggung tiga pengaruh penggantian unsure Sm (Samarium)dengan unsure Y(Yttrium)yang tidak memiliki momen magnet terhadap kurva magnetisasi bahan dan sifat 'Giant Magnetoresistanec' pada suhu ruang. Hasil studi magnetisasi menunjukkan bahwa daerah fasa metamagnetik bertambah luas menuju ke suhu kamar, masing-masing T= 150, 180, 220 dan 3OO K untuk konsentrasi x= 0,0; 10:0,20 dan O,30. Pada paduan dengan x= 0.30 ternyata memperlihatkan sifat Magnetoresistance (MR)pada suhu ruang. (Pengarang)

Penelitian dan pengembangan komposit dan lapisan tipis superkonduktor suhu tinggi (RUT I), 1993-1996. WURYANTO; KUSNOWO, ANUNG; TJIA, MAY ON; SITI ROCHANI; POERTADJI, SUHARDJO; SUASMORO; SUKIRMAN, ENGKIR; RUKIHATI; SULUNGBUDI, GRACE TJ. Serpong: Pusat Penelitian Sains Materi BATAN 251 15 Analisis kuantitatif fasa superkonduktor (Bi,Pb)-Sr,Ca-Cu-O (BSCCO)dengan metode Rietveld. SUKIRMAN, ENGKIR; RAMAYANTI, RINA Prosiding Pertemuan dan Presentasi Ilmiah Penelitian Dasar Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Nuklir, PPNY BATAN, Yogyakarta, 26-28 Apr. 1994 Abstrak: Prosentase kandungan fasa 2223 dan fasa 2212 dalam suatu cuplikan biasanya ditentukan dengan membandingkan tinggi dua puncak difraksi sinar-X yang berdekatan, yakni puncak (002)fasa 2223 dan puncak (002)fasa 2212 yang secara berurutan muncul pada posisi sudut Bragg 20 = 4,7 derajat dan 5,7 derajat. Namun demikian, metode analisis kuantitatif tersebut diduga kurang akurat karena rincian informasi yang terkandung di dalam profil puncak difraksi tidak diperihtungkan. Dalam penelitian ini keberadaan fasa-fasa superkonduktor dalam sistem (Bi,Pb)-Sr-Ca-Cu-O (BSCCO)telah dianalisis secara kuantitatif dengan teknik difraksi sinar-X metode Rietveld. Dua jenis senyawa BSCCO dengan komposisi nominal Bil.7Pbo.3SF2C32Cu3Ox disintesis dengan metode reaksi padatan. Oksida Bi2O3, PbO, SrCO3, CaCO3 dan CuO dicampurkan dengan perbandingan mol atom Bi:Pb:Sr:Ca:Cu:O = 1,7:0,3:2,0:2,0:3,0. Pencampuran bahan baku oksida dilakukan di dalam mortar agate. Selanjutnya dikalsinasi pada suhu 820 derajat C selama 20 jam data setelah digerus, dibentuk menjadi beberapa pelet dengan memberikan tekanan 8 ton di dalam alat cetak berbentuk silinder yang berdiameter 1,5 cm. Selanjutnya dilakukan proses Wintering pada suhu 865 derajat C berturut-turut selama 100 jam dan 72 jam. Pendinginan dilakukan secara mendadak ke nitrogen cair. Perilaku hambatan listrik cuplikan terhadap perubahan suhu diukur dengan metode probe empat titik. Perubahan harga suseptibilitas cuplikan terhadap suhu diukur dengan memanfaatkan rangkaian induktor yang dihubungkan dengan difraktometer sinar-X Shimadzu dengan mode step. Data intensitas difraksi dianalisis dengaii metode Rielveld pada Computer VAX 8550. Hasil analisis menunjukkan bahwa cuplikan tersusun dari dua fasa stuperkonduktor sistem BSCCO, yakni fasa 2223 dan fasa 2212. Cuplikan dengan periode sintering 100 jam

30

mengandung 32,8 persen fasa 2223 dan pada cuplikan dengan Wintering 72 jam terdapat 15,9 persen fasa 2223, sisanya adalah fasa 2212. Makin lama periode Wintering fraksi voltinic fasa 2223 meningkat. Metode perbandingan tinggi dua puncak difraksi dapat digunakan sebagai metode alternatif untuk analisis kuantitatif kedua fasa 2223 dan fasa 2212. (Pengarang) 10 Analisis struktur mikro dan struktur kristal komposit YBCO-123/PVA dengan menggunakan scanning electron microscope (SEM)dan difraksi sinar-X (XRD). GUNAWAN, INDRA; WURYANTO; ABDULAH, SYAHRIL Seminar Nasional IV, Kimia dalam Industri dan Lingkungan, Jaringan Kerja sama Kimia Analitik, Yogyakarta, 11-12 Des. 1995 Abstrak: Pelarut kimia gliserol berhasil dipakai untuk pembuatan superkonduktor YIBCO123. Pelarut ini juga telah berhasil untuk pembuatan komposit YBCO-123/Ag dan komposit YBCO-123/polimer polivinil alkohol (PVA). PVA sampai 15 persen berat tidak merubah sifat superkonduksinya. Penelitian dilanjutkan dengan penambahan PVA sampai 30 persen berat dengan maksud menguji kedapat ulangan atas sifat preferred orientation dari pola difraksi sinar X dan mempelajari struktur mikronnya dengan SEM dan XRD. embuatan komposit YBCO123/PVA sesuai yang telah dilaporkan oleh Wuryanto, dkk., Pembuatan komposit superkonduktor YBCO-123-Polivinilalkohol (PVA ) terbit di Prosiding SemNas III Kimia dalam Industri dan Lingkungan, Ambarukmo Palace Hotel, Yogyakarta, 5-6 Desember 1994, hal. 1. Sifat getas keramik oksida YBCO-123 telah diperbaiki dengan penambahan PVA. Tergantung jumlah PVA yang ditambahkan. Kajian SEM atas sampel komposit YBCO123/PVA menggambarkan pembentukan jembatan polimer pada penambahan PVA diatas 5 persen, terliliat jelas pada penambahan antara 10-30 persen berat PVA. Pada penambahan PVA 10 persen, PVA mengisi void yang ada yang berukuran 10 pm dan besar butiran YBCO-123 berukuran sekitar 10-20 pm. Sedang penanibahan PVA 25 persen memperlihatkan dominasi PVA dan YBCO-123 terbungkus didalamnya. Data difraksi sinar X, menunjukkan fasa ortorombik YBCO-123 dengan difraksi terorientasi ke arah 001 sesuai yang dilaporkan Wuryanto dkk. Penambahan PVA sampai 30 persen berat tidak mempengaruhi struktur kristainya, ditandai oleh basil perhitungan parameter kisinya yang harganya adalah a = (3,7683,864)A; b = (3,851-3,907)A dan c = (11,630-11,708)A. Penentuan suhu transisi kritis Tc atas dasar pengukuran suseptibilitas magnit vs suhu menunjukkan harga 82-90 K. Kemposit YBCO123/PVA dengan PVA sampai 30 persen berat dapat disintesis melalui pelarut gliscrol. Sifat getas YBCO-123 diperbaiki oleh PVA . Struktur YBCO-123 tidak dipengaruhi oleh penambahan PVA sampai 30 persen berat. Data XRD menampilkan preferred orientation pada arah 001 sesuai penelitian terdahulu. Harga Tc berkisar antara 82-90 K. (Pengarang) 9 Aplikasi SEM-EDAX pada penentuan komponen superkonduktor sistem YBaCuOx. HANDAYANI, ARI; KARO-KARO, ALOMA; Seminar Sains dan Teknologi Nuklir PPTN BATAN, Bandung, 7-9 Feb. 1994 Abstrak: Komposisi setiap unsur dalam bahan tersebut. Perlu dilakukan analisis komposisi kimia bahan superkonduktor. Digunakan metode spektroskopi sebaran sinar X (EDAX PV9900)yang dihubungkan dengan mikroskop elektron sapuan (SEM 515, Philips). Distribusi atom dan homogenitas dalam bahan superkonduktor sistem YBaCuOx diamati dengan SEM dan atialisis kualitatif dan kuantitatif diperoleh dari data EDAX yang mempunyai faktor kesalahan 10 persen. Percobaan pendahuluan dilakukan terhadap sampel standar bahan superkonduktor YBaCuOx-123, yang kemudian digunakan terhadap sampel bahan superkonduktor YBaCuOx yang diperoleh melalui berbagai cara sintesa, yaitu kopresipitasi, molten salt dan sol gel dengan perlakuan kalsinasi dan sintering yang berbeda pada tegangan operasi. SEM pada 25 kV. Pencacahan/pengamatan dilakukan 3 kali untuk setiap sampel pada daerah yang berbeda. Dari data spektrum tenaga sinar X bahan superkonduktor YbaCuOx (data kualitatif)menunjukkan

31

intensitas puncak unsur Y dan Ba yang terdeteksi pada tenaga sinar X L alfa sedang unsur Cu pada tenaga sinar X K alfa. Dari data intensitas puncak dari unsur-unsur tersebut sebagai dasar untuk analisis kuantitatif. Data kuantitatif analisis komposisi sampel standar bahan superkonduktor YBaCuO, diperoleh hasil dengan kesalahan ± 5 persen, sehingga dapat dikatakan bahwa metode ini cukup memadai. Secara stoikiometri keseluruhan hasil analisis bahan suprkotiduktor tersebut mendekati sistem 1:2:3 untuk atom Y, Ba dan Cu. Dibandingkan dengan pustaka (L.Q. Teng, et al, 1991)hasil analisis komposisi diperoleh kesalahan 4,00 persen untuk sampel dengan metode kopresipitasi 3,00 persen untuk sampel dengan metode molten salt dan 7,00 persen untuk sampel dengan metode sof gel. Dengan metode SEM-EDAX dapat ditentukan komposisi kimia bahan superkonduktor YBaCuOx-123 dengan cepat. Semua sampel bahan superkonduktor YBaCuOx-123 yang dianalisa secara stoikiometri mendekati sistem 1:2:3. (Pengarang) 11 Aplikasi SEM-EDAX untuk karakterisasi bahan superkonduktor (Bi,Pb)-Sr-Ca-Cu-O. HANDAYANI, ARI; WURYANTO; PRAMBUDI, BAMBANG Pertemuan dan Presentasi Ilmiah PPNY BATAN, Yogyakarta, 23-24 Apr. 1996 Abstrak: Bahwa dalam sintesa (Bi,Pb)-Sr-Ca-Cu-0 sedikitnya diperlukan dua faktor yang penting, yaitu teknik homogenisasi senyawa dan kondisi penumbuhan tersebut. Digunakan metode SEM-EDAX, yaitu metode spektroskopi sebaran sinar X (EDAX PV9900)yang dihubungkan dengan mikroskop elektron sapuan (SEM 515, Philips). Dengan metode ini diamati struktur mikro dari penumbuhan yang terbentuk sekaligus diamati basil analisis komposisi kimia yang terkandung secara kualitatif dan kuantitatif dengan faktor kesalahan 10 persen. Lebib dulu diujikan terhadap sampel standar bahan superkonduktor (Bi,Pb)-Sr-Ca-Cu-0 fasa 1112, 2212 dan 2223 dari STREM, yang kemudian dilakukan terhadap sampel bahan superkonduktor (Bi,Pb)-Sr-Ca-Cu-0 yang diperoleh dari dua jenis sintesa yang berbeda dengan variasi waktu sintering 20 jam, 60 jam dan 100 jam pada tegangan operasi SEM pada 25 kV. Pencacahan dilakukan 3 kali untuk setiap sampel pada daerah yang berbeda. Hasil uji pendahuluan analisis komposisi kimia terhadap sampel standar bahan stiperkonduktor (Bi,Pb)Sr-Ca-Cu-0 dari STREM pada fasa 1112, 2212 diperoleh kesalahan 10 persen, sehingga dapat dikatakan bahwa pengujian dengan metode ini cukup memadai. Dari data analisis komposisi kimia terhadap sampel bahan superkonduktor (Bi,Pb)-Sr-Ca-Cu-0 hasil sintesa kedua proses yang berbeda pada waktu sintering 20 dan 60 jam tidak menunjukkan pada salah satu fasa, hal ini dimungkinkan merupakan campuran fasa satu dengan yang lain, sedang pada sintering 100 jam mendekati fasa 2223, ini dibandingkan perhitungan teoritis dan untuk lebih meyakinkan hasil tersebut perlu adanya dukungan data dari XRD. Hasil pengamatan struktur mikro menunjukkan adanya perbedaan yang berarti, vaitu dari hasil sintesa (proses CA)waktu sintering 100 jam terlihat struktur mikro bentuk plate yang lebih besar dan lebih jelas dibandingkan dengan waktu sintering 20 dan 60 jam, begitu juga hasil sintesa (proses CD)waktu sintering 60 dan 100 jam terlihat struktur mikro bentuk plate yang lebih besar dan lebih jelas dibandingkan pada waktu sintering 20 jam, hanya pada waktu sintering 60 dan 100 jam tidak terlihat perbedaan struktur mikro yang berarti. Struktur mikro dan analisis komposisi kimia sintesa superkonduktor (Bi.Pb)-Sr-Ca-Cu-0 dapat ditentukan secara bersamaan dengan metode SEM-EDAX, sehingga dapat diperkirakan suatu kondisi sintesa vang memenuhi. (Pengarang) 14 Difraksi netron resolusi tinggi bahan superkonduktor Bi2Sr2CaCu2O8 dengan sustitusi litium (Li). PRASUAD, W.; PONGKASEM, S.; SUKIRMAN, ENGKIR Regional Workshop on Neutron Beam Research, Jakarta, Nov. 1995 Abstrak: Substitusi litium (Li)pada bahan superkonduktor Bi2Sr2CaCU208 (BSCC2212)menunjukkan memendeknya jarak Cu-0, sehingga mengakibatkan kenaikan suhu transisi kritis (Tc). Sintesis senyawa BSCCO-2212 dengan reaksi padatan (M)dilakukan dengan

32

memberikan aliran gas nitrogen. Pengujian sifat superkonduksi dilakukan dengan menguji efek Meissner dengan mengukur suseptibilitas AC. Analisa struktur bahan dilakukan dengan melakukan pengukuran dengan menggunakan difraktometer netron resolusi tinggi dengan panjang gelombang 1,8215 pada suhu ruang. Dari hasil pengukuran data intensitas kemudian dilakukan analisis Rietveld dengan menggunakan program RIETAN'94. Hasil sintesis dengan substitusi 1 persen Li pada senyawa BSCCO-2212 menunjukkan efek Meissner yang lebih baik dibandingkan tanpa Li. Hal ini ditunjukkan dari hasil pengukuran suseptibilitas AC yang menunjukkan kenaikan Tc dari 78K menjadi 86K. Hasil analisis pencocokan kurva (refinement)Rietveld memperlihatkan bahwa impuritas semakin berkurang dengan penambahan Li dan fakfor reliabilitas semakin baik. Dari perhitungan dengan menggunakan ORFEE didapatkan bahwa jarak atom Bi, Sr, Ca, Cu terhadap oksigen bervariasi setelah disubstitusi Li. Berdasarkan hasil perhitungan ini diperkirakan bahwa substitusi Li mengakibatkan internal stress pada senyawa Bi2sr2CaCU208. Dengan melakukan substilusi Li pada senyawa Bi2Sr2CaCu2Og maka waktu sintering lebih singkat dan suhu yang digunakan lebih rendah. Berdasarkan bevariasinya jarak atom penyusun terhadap oksigen maka diperkirakan substitusi Li akan mensubstitusi sebagian atom penyusun senyawa BSCCO-2212. (Pengarang) 20 Elektrodeposisi perak pada permukaan superkonduktor YBCO-123 di dalam pelarut nonaqueous. WURYANTO; SULUNGBUDI, GRACE TJ. Seminar Nasional IV, Kimia dalam Industri dan Lingkungan, Jaringan Kerja sama Kimia Analitik Indonesia, Yogyakarta, 11-12 Des. 1995 Abstrak: Superkonduktor YBCO-123 terdegradasi oleh H20. Tentu saja bahan ini secara alami kalau tidak diproteksi akan mengalami korosi. Oleh karena itu perlu dicari suatu pelapis. Bahan pelapis yang kompatibel dengan permukaan superkonduktor adalah metal, oksida, nitrida dan polimer. Perak (Ag)adalah metal yang dapat membentuk komposit dengan superkonduktor YBCO-123. Di samping itu perak dipakai sebagai fasilitator kontak dalam pengukuran rapat arus kritis, Jc. Bahan perak ini yang akan dilapiskan di permukaan YBCO-123 dengan teknik elektrokimia. Teknik ini murah dan sederhana. Pertama membuat superkonduktor YBCO-123. Dipakai prosedur yang dikembangkan oleh Indra Gunawan dkk., yaitu menggunakan pelarut gliserol. Kedua, mempelajari sifat redoks YBCO-123. Dipakai sistem tiga elektrode. Elektrode kerjanya YBCO-123 berupa disk berdiameter 10 min, data tebal 2-3 min. Sebagai pemegang adalah bahan plastik tahan pelarut. Kontak listrik dijamin oleh kawat pegas tembaga yang menghubungkan antara YBCO-123 dengan sistem potensiostat. Pemegangnya dibuat sedemikian rupa sehingga hanya plastik pembungkus dan permukaan YBCO-123 yang bersinggungan dengan pelarut. Elektrode pembantu adalah kawat Pt. Dan elektrode pembanding sistim Ag/0,1 M AgNO3/pelarut. Sebagai pelarut adalah Dimetilformamide (DMF), Asetonitril (AN), dan Dimetilsulfoksida (DMSO). Teknik untuk studi redoks dengan voltametri linier dan voltametri siklik dari potensial + 2,0 V sampai -2,0 V dengan kecepatan 0,1 V/detik. Kajian ini akan memberikan kondisi elektrodeposisi Ag di permukaan YBCO-123. Hasilnya di karakterisisi dengan uji Meissner dan SEM- EDAX. Superkonduktor yang diperoleh melalui proses di tahapan pertama menunjukkan uji Meissner positif yaitu melayang pada medan magnit setelah dicelup nitrogen cair. Kajian XRD juga menampilkan pola XRD dari YBCO-123, dan suhu transisi kritisnya Tc = 90-92 K. Kelakuan redoks YBCO-123 di media DMF, AN dan DMSO tidak menggambarkan redoks dari YBCO-123. Artinya bahan tersebut tidak terdegradasi di ketiga pelarut tersebut. Dengan keberadaan 0,02 M AgNO3 di dilam pelarutnya muncul gejala reduksi Ag. Gejala ini berbeda untuk ketiga pelarut yang dipakai. Namun dapat dikatakan untuk ketiga pelarut tersebut pada potensial -1,0 V elektrodeposisi dapat dilakukan, dan waktunya adalah 600 detik. Hasil pelapisan Ag pada YBCO-123, dari data SEM-EDAX menggambarkan morfologi berbeda. Di pelarut DMF dan AN menampilkan bentuk lempenganlempengan dan batang-batang dengan letak tidak teratur serta kurang homogen. Di pelarut

33

DMSO, menunjukkan bentuk butir- butir dan rata. Kajian Meissner terhadap YBCO-123 yang telah dilapisi Ag hasil dari elektrodeposisi di ketiga pelarut memperlihatkan efek Meissner positif yang berarti sifat superkonduktornya tetap terjaga. Elektrodeposisi perak di permukaan YBCO-123 di pelarut non aqoeous, DMF, AN dan DMSO pada potensial tetap -1,0 V selama 600 detik, menghasilkan morfologi berbeda. Yang baik adalah pelarut DMSO berupa butir-butir dan rata. Sifat superkonduksi YBCO-123 yang terlapisi Ag tetap tidak berubah. (Pengarang)

13 Identifikasi struktur fasa 2223 superkonduktor (Bi,Pb)SrCaCuO menggunakan pendekatan grup ruang Fmmm (No. 69)dengan teknik difraksi netron. PRASUAD, W.; SUKIRMAN, ENGKIR Prosiding Seminar Ilmu Hasil Penelitian dan Pengembangan Bidang Fisika Terapan, Bandung, 2-3Okt. 1995 Abstrak: Superkonduktor keramik BiSrCaCuO fasa 2223 (BSCCO)-2223 dengan substitusi sebagian atom Bi dengan Pb (BPSCCO)akan meningkatkan fraksi volume pembentukan fasa 2223. Sampai saat ini struktur kristalnya masih belum jelas, ada yang menyatakan sebagai ortorombik dan ada juga yang menyatakan berstruktur teiragonal. Oleh katena itu perlu dilakukan penelitian struktur bahan ini. Penelitiaii ini bertujuan mendapatkan suatu pendekatan struktur fasa 2223 superkonduktor BSCCO-2223 dengan substitusi sebagian atom Bi dengan atom Pb menggunakan grup ruang Fmmm (No.69), dengan struktur kristal ortorombik. Telah dibuat polikristal superkonduktor keramik BiSrCaCuO (2223)dengan substitusi sebagian atom Bi dengan atom Pb (BPSCCO)-2223 menggunakan komposisi nominal Bil,gPbO,34Srl,9lCa2,03CU3,0601o+s dengan cara reaksi padatan. Pengukuran pola difraksi dilakukan menggunakan difraktometer netron serbuk resolusi tinggi (DN3)di BATAN Serpong pada daya reaktor RSG G.A. Siwabessy 22 MW. Data difraksi netron yang dihasilkan dianalisis menggunakan metode Rietveld dengan grup ruang Fmmm(I-69)berbasis posisi BSCCO(2212). Perhitugan dilakukan menggunakan perangkat lunak (software)RIETAN'94 PC. Dari basil Rietveld didapatkan data struktur secara lengkap, di antaranya parameter kisi a 5,413A, b = 5,404A dan c = 37,IOA. Pencocokan pola difraksi dapat berimpit dengan baik dan tidak ditemukannya puncak-puncak asing seperti Ca2PbO4, fasa 2212, basil ini menunjukkan bahwa cuplikan hanya dapat dikenali sebagai fasa tunggal 2223. Dengan harga faktor Human (occupation factor)NI, maka diperkirakan tidak terjadi reaksi yang dapat menghasilkan pembentukan fasa asing. Fasa tinggi superkonduktor keramik (Bi,Pb)1,84Srl,62Cai,57CU2.99010.17 dapat di-rifinement dengan menggunqkan grup ruang Fmmm(No.69). Terjadi degradasi pada penyimpanan di udara terbuka. (Pengarang)

17 Korosi superkonduktor YBCO-123 dalam media air, asam dan basa. SULUNGBUDI, GRACE TJ.; WURYANTO; AHDA, SYAHFANDI Seminar Nasional IV, Kimia dalam Industri dan Lingkungan, Jaringan Kerja sama Kimia Analitik Indonesia, Yogyakrata, 11-12 Des. 1995 Abstrak: Analisis pengaruh lingkungan terhadap superkonduktor perlu dilakukan sehubungan dengan aplikasinya, maka dilakukan uji korosi superkonduktor YBCO-123 dalam media air, media asam dan basa. Metode sol gel digunakan dalam penelitian ini agar diperoleh campuran yang homogen. Sampel diperoleh setelah disintering selama 24 jam pada 950 derajat C dan dilihat efek Meissuernya. Fasa-fasa yang terbentuk dianalisa dengan difraksi sinar-X (XRD)dan morfologi permukaan dianalisa dengan Scanning Electron Microscope (SEM)sedangkan komposisinya dengan Energy Dispersive Analysis by X-ray (EDAX). Temperatur kritis, Tc, terhadap suseptibilitas juga dianalisis. Uji korosi superkonduktor YBCO123 sebelum dan sesudah korosi masing-niasing dianalisis dengan difraksi sinar-X (XPD)dan

34

SEM-EDAX. Di samping itu juga dilakukan analisis komponen YBCO-123 yang terlarut dalam media pengkorosi dengan ICP-MS. Superkonduktor YBCO-123 yang diperoleh dengan metode sol-gel EDTA (Ethylenediaminetetraacelic acid)memberikan hasil yang baik tanpa adanva fasafasa lain. Hasil ini diperoleh dari analisis XRD dengan radiasi CuK alfa. Puncak-puncak maksimum muncul pada sudut 20 = 32,8 derajat; 32,51 derajat dan 58,2 derajat dengan intensitas relatif masing-masing 100, 58 dan 29 persen. Efek Meissner memberikan hasil yang positif. Bentuk butiran yang terbentuk panjang-panjang seperti layaknya butiran superkonduktor YBCO-123 lainnya. Komposisi dari analisis EDAX juga menunjukkan perbandingan komponen pembentuknya Y:Ba:Cu = 1:2:3. Temperatur kritis yang diperolen adalah 90-98K diukur terhadap suseptibilitasnya. Pengaruh lingkungan terhadap superkonduktor YBCO-123, misalnya air, asam dan basa dianalisis dari laju korosinya. Korosi superkonduktor dalam media air memberikan produk korosi yang dominan yaitu BaCO3. Dalam media asam, produk korosi yang dominan adalah BaSO4 dan atau BaCO3 sedangkan dalam basa adalah BaCO3. Laju korosi dalam media asam dibandingkan terhadap laju korosi dalam media air adalah sebagai berikut: H20H2SO4HCIHN03HC104 sedangkan urutannya dalam media basa adalah H20NH40HNaOH. Hasil analisis komponen-koniponen pembentuk YBCO-123 dalam media pengkorosi dengan ICP-MS menunjukkan bahwa Ba terlucut lebih dahulu daripada Y maupun Cu. (Pengarang) 5 Pembuatan keramik oksida superkonduktor YBCO-123 dengan metode larutan gliserol. GUNAWAN, INDRA; DIDIN S.W.; WURYANTO Material Komponen dan Konstruksi, 1 (1)1995 Abstrak: Pembuatan keramik oksida termasuk didalamnya keramik oksida superkonduktor RBa2CU307-x R = logam tanah jarang, adalah untuk memperoleh keramik oksida yang homogen, sinteraktif dan berfase tunggal. Secara konvensional pembuatan sistem keramik oksida dikerjakan dengan reaksi padat, reaksi ini selain berjalan lambat juga membutuhkan perlakuan suhu tinggi yang memungkinkan sebagian atau seluruh bahan-bahan penyusun mencair sehingga mengakibatkan perubahan ke fase yang tidak diinginkan. Metode kimia dikenal dipat menghasilkan butir keramik oksida dengan kemurnian tinggi sampai ukuran submikron, homogen, sinteraktif dan memberi peluang untuk skala produksi. Pelarut berbasis alkohol yaitu gliserol menarik diteliti. Bersifat kental, mudah diperoleh, proses pencampuran sederhana, memungkinkan memperoleh gel untuk pembuatan lapisan tipis superkonduktor yang biasanya bersifat unggul dibandingkan bulk-nya. Mencampur stoikiometri garam-garam nitrat dari Y, Ba dan Cu = 1:2:3, dengan gliserol sedemikian rupa untuk 1 mmol YBCO-123 diperlukan 2 ml gliserol. Campuran tersebut dipanasi pada suhu 130 derajat C sambil diaduk dengan pengaduk magnetik. Pemanasan dilanjutkan sampai pirolisis. Serbuk yang diperoleh dibebaskan dari bahan organiknya pada suhu 300 derajat C, sehingga diperoleh prekursor YBCO. Digerus di mortar dan dibuat pelet-pelet yang berdiameter 10 mm dan tebal 3 mm dengan alat tekan hidrolik 10 ton. Pelet-pelet tersebut dikalsinasi pada suliu 500 derajay C selama 1 jam. Dilanjutkan proses sinter pada suhu 950 derajat C selama 8 jam. Hasilnya dikarakterisasi dengan menggunakan uji Meissuer, XRD, SEM-EDAX dan penentuan suhu transisi kritis Tc atas dasar resistivitas vs suhu data suseptibilitas magnit vs suhu. Prekursor YBCO yang didapat dengan metode larutan gliscrol ini lunak, halus dan sangat reaktif pada proses Wintering. Secara kualitatif pelet YBCO hasil Wintering pada suliu 950 derajat C selama 8 jam adalah superkonduktor yang ditandai adanya efek Meisstier pada suhu N2 cair oleh medan magnit. Pola XRD nya menampilkan pola difraksi yang sesuai pola difraksi bahan YBCO-123 hasil dari peneliti lainnya. Kajian SEM-EDAX menggambarkan morfologi dengan partikel printer terpisah dari ukuran butirnya 2-20 mikron dengan pembesaran 2500 kali. Komposisinya mendekati komposisi teoritis YIBCO-123. Sifat listriknya yaitu suhu transisi kritis Tc, adalah 91 K dengan kurva resistinitas vs suhu dan suseptibilitas vs suhu menampilkan

35

slope tajam yang berarti bahan YBCO-123 yang dibuat melalui pelarut gliscrol baik. Gliserol merupakan media kimia yang baik untuk memperoleh prekursor YBCO-123, hanya melalui satu tahapan yaitu pirolisis garam-garam nitrat dari Y, Ba dad Cu pada sullu 130 derajat C. Keramik superkonduktor YBCO-123 dengan Tc = 91 K mudah diperoleh, hanya melalui kalsinasi pada suhu 500 derajat C dan sittering pada suhu 950 derajat C selama 8 jam terhadap prekusornya. (Pengarang) 18 Pembuatan komposit superkonduktor Y1Ba2Cu3O7-x polivinil alkohol (PVA). WURYANTO; GUNAWAN, INDRA; SILALAHI, MARZUKI Seminar Nasional III, Kimia dalam Industri dan Lingkungan, Jaringan Kerja sama Kimia Analitik Indonesia, Yogyakarta, 5-6 Des. 1995 Abstrak: Salah satu sifat keramik oksida superkonduktor yang membatasi aplikasinya adalah getas dan sulit dibentuk. Upaya untuk memperbaiki sifat ini dengan membuat komposit keramik/perak dan keramik/polimer. Dilakukan sintesis keramik superkonduktor Y-BCO-123 melalui pelarut gliserol dan dilanjutkan pembuatan kompositnya dengan polivinil alkohol (PVA)yang kandungannya divariasi. Proses pembuatan dilakukan dalam dua tahapan. Pertama, pembuatan keramik superkonduktor YBCO-123 melalui pelarut gliserol. Mencampur secara stoikiometri garam-garam nitrat dari Y, Ba dan Cu di dalam pelarut gliserol pada suhu 130 derajat C sambil diaduk dengan pengaduk magnit sampai mendekati kering dan dipirolisis pada suhu 300 derajat C. Prekursor tersebut dikalsinasi pada suhu 500 derajat C selama 1 jam. Dibuat pelet-pelet berdiameter 10 mm dan tebal 2-3 mm, menggunakan tekanan hidrolik 5-8 ton. Peletpelet tersebut disinter pada suhu 950 derajat C selama 8 jam. Hasil sinter ini dikaji dengan uji Meissner. Hasilnya menampilkan fenomena levitasi. Tahap kedua, membuat komposit YBCO123/polivinil alkohol dengan variasi PVA dari 0 persen sampai 15 persen berat. Dipanasi pada suhu 11O derajat C)yaitu suhu pelunakan PVA selama 4 jam. Komposit ini dikaji dengan uji Meissner, XPD, SEM dan pengukuran Tc atas dasar suseptibilitas magnit vs suhu. Kajian Meissner terhadap sampel-sampel bentuk pelet yang disinter pada suhu 950 derajat C menunjukkan semua sampel bersifat superkonduktor. Demikian pula terhadap komposisinyaa dari 0 persen-15 persen berat PVA juga menampilkan gejala superkonduktor. Data XRD dari 20 = 100-700 melukiskan pola spesifik YBCO-123 dengan orientasi terarah pada 00l. Pola ini mirip dengan pola XRD lapisan tipis dan juga mirip dengan pola XRD dari YBCO-123 yang disubstitusi oleh Li, Na, K hasil penelitiannya P.S. Mukherjee dkk. Data SEM menggambarkan morfologinya dipengaruhi oleh PVA yang menampilkan butir-butir terorientasi dan berbentuk pelat. Pengukuran Tc atas dasar pengukuran suseptibilitas magnit vs suhu, harganya adalah 80 K. Komposit YBCO-123/PVA dapat disintesis dengan cara sederhana yaitu mencampur superkonduktor YBCO-123 dengan PVA tanpa penambahan bahan aditif. Penambahan PVA memberikan pola XRD terarah pada arah 00l mirip pola lapisan tipisnya. Sifat superkonduksinya tetap terjaga sampai penambahan PVA 15 persen berat dengan Tc = 80 K. (Pengarang) 19 Pembuatan komposit superkonduktor YBCO(123)-Ag dengan larutan gliserol. SILALAHI, MARZUKI; WINATAPURA, DIDIN S.; GUNAWAN, INDRA; WURYANTO Seminar Sains dan Teknologi Nuklir, PPTN BATAN, Bandung, 21-22 Mar. 1995 Abstrak: Media kimia gliserol merupakan media yang baik untuk pembuatan superkonduktor. Superkoduktor YBCO-123 termasuk jenis keramik. Sulit dibentuk dan sifat listrik rapat arus listrik rendah. Bentuk komposit sebagai alternatif untuk memperbaiki. Perak tidak bereaksi dengan YBCO-123. Komposit YIBCO-123-Ag dibuat melalui pelarut gliserol. Garam-garam nitrat penyusun komposit YBCO-123-Ag dicampur di dalam pelarut gliserol. Perak divariasi dari 0 persen-25 persen berat. Campuran dipanasi pada suhu 130 derajat C selama 1 jam. Selanjutnyra dipanasi pada suhu 300 derajat C sampai kering. Digerus dan dibuat

36

pelet-pelet dengan 0 = 10 mm dan tebal 3 mm oleh tekanan 10 ton. Dipanasi pada suhu 500 derajat C selama 1 jam. Digerus lagi dan dibuat pelet lagi. Dilakukan proses sintering pada suhu 900 derajat C selama 16 jam. Digerus lagi dan dibuat pelet lagi untuk dianil pada suhu 500 derajat C selama 1 jam. Hasilnya dikarakterisasi dengan berbagai teknik karakterisasi antara lain, uji Meissner, Difraksi sinar X (XRD), SEM-EDAX dan Penentuan suhu transisi kritis Tc. serta rapat arus kritis Jc. Sampel-sampel Xo (Ag = 0 persen)X5 (Ag = 25 persen)memperhatikan bahwa pada suhu N2 cair semua sampel Xo - X5 menunjukkan gejala levitasi, berarti secara kualitatif komposit yang terbentuk menunjukkan sifat superkonduktor. Pola difraksi sinar X menampilkan pola difraksi YBCO-123 dan Ag menunjukkan tidak bereaksi dengan YBCO-123. Kajian parameter kisi dari data difraksi sinar X juga memperlihatkan sruktur ortorombik YBCO-123. Data ini memberi informasi pembentukan komposit YBCO-123/Ag. Demikian pula data pengukuran rapat arus listrik Jc naik dengan naiknya kandungan Ag dan harga suhu transisi kritis Tc berkisar antara 80-87 K. Komposit superkonduktor YBCO-123/Ag dapat dibuat melalui pelarut kimia gliserol. Penambahan Ag sampai 25 persen berat tidak merubah fasa superkonduktor. Harga suatu transisi kritis Te 80-87 K dan rapat arus kritis tertinggi Jc = 1,905 X 10.5 A/m2. (Pengarang) 25 Pembuatan lapisan tipis bismut stronsium kalsium tembaga oksida secara elektrodeposisi. SRI CICIH; SITI ROCHANI; WURYANTO Abstrak: Lapisan tipis superkonduktor sangat diperlukan untuk alat-alat elektronik, maka penelitian-penelitian masalah ini berkembang dengan pesat. Di lain pihak penelitian ini pula berkembang untuk pembuatan lapisan tipis secara manufaktur. Lapisan tipis BSCCO(2212 dan 1223)dibuat dengan cara elektrodeposisi dengan membuat larutan yang terdiri dari Bi(NO3)2, Sr(NO3)2, Ca(NO3)2 dan Cu(NO3)3 dengan ukuran proporsional. Dua (2)elektroda (anoda dan katoda)dicelupkan pada larutan tersebut dan voltase diaplikasikan pada katoda sehingga terbentuk lapian tipis pada katoda. Lapisan kemudian dikeringkan dan dikalsinasi sehingga lapisan tersebut bersifat superkonduktor. Terakhir lapisan dikarakterisasi dengan XRD, analisa unsur, SEM, dll. Beberapa macam katoda dicoba, seperti Ni, Al, Ag memperlihatkan bahwa pembentukan lapisan pada Ag yang kuat dan relatif tebal. Karakterisasi menunjukkan terbentuknya fasa superkonduktor dari puncak-puncak pada hasil pemeriksaan XRD, namun masih belum sempurna karena terjadi adanya fasa BSCCO(2212)dan BSCCO(1223). Hal ini ditunjang dari pemeriksaan SEM ataupun analisa unsur yang belum menunjukkan hasil yang diharapkan. Lapisan tipis BSCCO dapat dibentuk dengan cara elektrodeposisi namun pengotor pada waktu pelapisan ataupun proses kalsinasi masih belum dapat dihindari. (Pengarang) 26 Pembuatan lapisan tipis YBa2Cu3O(7-sigma)dengan substrat BaxSr(1-x)TiO3 polikristalin. SUASMORO Abstrak: Pembuatan lapisan tipis YBa2CU30(7-sigma)dengan substrat BaxSr(1-x)TiO3 polikristalin telah dilakukan. Substrat yang digunakan dibuat terlebih dahulu dengan teknik kopresipitasi oksalat. Lapisan tipis dipersiapkan dengan slip casting dari slurry YBa2CU30(7sigma)dengan binder etilen glikol + toluen di atas permukaan substrat yang telah dipoles. Lapisan tipis dibentuk band strip dengan lebar 2-3 mm. Sinteiring dilakukan di udara pada temperatur 925 derajat C selama 2 jam. Tebal strip YIBCO tak terhingga 30 µm. Film yang terbentuk mempunyai porositas yang masih besar, sementara ukuran grainnya berkisar 1-3 µm. Pembatas band strip YBCO dan substrat kurang terdefinisi dengan baik, yang dapat terjadi karena adanya difusi. (Pengarang) 24 Pembuatan lapisan tipis YBa2Cu3O7-sigma secara elektrodepossi. SITI ROCHANI; SRI CICIH; WURYANTO

37

Abstrak: Lapisan tipis superkonduktor sangat diperlukan untuk alat-alat elektronik, maka penelitian-penelitian masalah ini berkembang dengan pesat. Di lain pihak penelitian ini pula berkembang untuk pembuatan lapisan tipis secara manufaktur. Lapisan tipis YBa2CU307-sigma (YBCO)dibuat dengan cara elektrodeposisi dengan membuat larutan yang terdiri dari Y(NO3)3, Ba(NO3)2 dan Cu(NO3)2 dengan ukuran proporsional. Dua (2)elektroda (anoda dan katoda)dicelupkan pada larutan tersebut dan voltage diaplikasikan pada katoda sehingga terbentuk lapisan tipis pada katoda. Lapisan kemudian dikeringkan dan dikalsinasi sehingga lapisan tersebut bersifat superkonduktor. Terakhir lapisan dikarakterisasi dengan XRD, SEM dan analisa thermal. Beberapa macam katoda dicoba, seperti Ni, Al, Ag memperlihatkan bahwa pembentukan lapisan terbaik pada lapisan Ag yang kuat dan relatif tebal. Karakterisasi menunjukkan terbentuknya fasa superkonduktor dari puncak-puncak pada hasil pemeriksaan XRD, namun masih belum sempurna karena terjadi adanya fasa Y2CuOs atau BaCU02. Hal ini ditunjang dari pemeriksaan SEM. Lapisan tipis YBa2CU307-sigma dapat dibentuk dengan cara elektrodeposisi namun pengotor pada waktu pelapisan ataupun proses kalsinasi masih belum dapat dihindari. (Pengarang) 8 Pembuatan superkonduktor Bi-Pb-Sr-Ca-Cu-O dengan tc lebih besar sama dengan 100 K melalui media kimia. WURYANTO; SULUNGBUDI, GRACE TJ; RUKIHATI Kongres Ilmu Pengetahuan Nasional VI LIPI, Dirjen Dikti Forum Organisasi Profesi Ilmiah, Serpong, 11-15 Sep. 1995 Abstrak: Media kimia merupakan media yang baik untuk pembuatan superkonduktor Y-BaCu-0 dengan Tc = 90 K. Tipe superkonduktor lain yang Tc nya di atas 100 K adalah Bi-Sr-CaCu-0. Jenis ini mempunyai tiga fasa yaitu Bi2 Sr2 Cu Oy (2201), Bi2Sr2CaCu2O, (2212 ) dan Bi2Sr2Ca2Cu3Oy (2223)dengan Tc masing-masing 20 K, 8O K dan 11O K. Jenis ini perlu disintesis, terutama untuk fasa 2223 yang Tc nya tinggi. Dipakai dua jalur media kimia yaitu jalur garam cair, menggunakan urea dan urethan, dan jalur pelarut kimia gliserol, etanolamin dan morpolin. Garam-garam nitrat dari Bi, Pb, Sr, Ca dan Cu derajat pro analisis dengan stoikiometri penyusun Bi1.6PbO.4Sr2Ca2CU30y, dicampur di dalam media kimia yang dipilih. Suhu pencampuran disesuaikan dengan media kimianya. Untuk urea cair pada 150 derajat C dan urethan cair pada 60 derajat C serta pelarut kimia gliserol, etanolamin, morpolin pada suhu 75150 derajat C selama 3-8 jam. Setelah proses pencampuran dilakukan termolisis sehingga diperoleh serbuk precursor. Serbuk ini dikalsinasi pada variasi suhu 780, 800 dan 820 derajat C selama 24 jam. Dilanjutkan peletisasi pada tekanan 8-10 ton dari serbuk hasil kalsinasi seberat 1,5-2,0 g. Sampel-sampel pelet ini disinter pada suhu 845 derajat C selama 72 jam. Hasilnya dikaji dengan uji Meissner, XRD, SEM-EDAX. Pengukuran suhu transisi kritis Tc, rapat arus kritis Jc data analisis komposisinya dengan ICP-MS. Uji Meissner terhadap semua sampel yang telah disintesis sesuai metode diatas menampilkan gejala levitasi yaitu sampel melayang pada medan magnit permanen setelah dicelup N2 cair. Hal ini menunjukkan fasa superkonduktor telah terbentuk. Data XRD memberi informasi bawa fasa 2212 dan 2223 terbentuk, sedangkan fasa 2201 tidak terdeteksi. Pembentukan fasa tersebut dipengaruhi oleh suhu kalsinasi. Pada suhu 780 derajat C terbentuk fasa 2212 relatif dominan dibandingkan fasa 2223. Pada subu 8OO derajat C dan 820 derajat C fasa 2223 relatif dominan. Suhu transisi kritis Tc berkisar antara 87K-106K dan harga Jc. Dua jalur kimia urea dan urethan cair serta pelarut kimia gliserol, etanolimin, morpolin dapat dipakai untuk membuat superkonduktor sistim Bi-Pb-SrCa-Cu-0 dengan Tc 100 K. Di antara media kimia yang telah dicoba urethan cair menampilkan hasil sintesis superkonduktor yang baik dengan Tc= 106 K dan Jc 107 A/cm2. (Pengarang) 4 Pembuatan superkonduktor Bi-Pb-Sr-Ca-Cu-O melalui garam cair urea dan NH4NO3. WURYANTO; SULUNGBUDI, GRACE TJ; KARO-KARO, ALOMA

38

Prosiding Seminar Nasional III, Kimia dalam Industri dan Lingkungan, Jaringan Kerjasama Kimia Analitik Indonesia, Yogyakarta, 5-6 Des. 1994 Abstrak: Media garam cair Urea + NH4N03 telah dipelajari untuk pembuatan superkonduktor Y-BCO-123 dan memberi basil baik. Prosesnya sederhana dan mudah dikontrol. Superkonduktor berbasis Bi-Sr-Ca-Cu-0 mempunyai Tc lebib tinggi dibandingkan YBCO-123. Namun jenis ini dikenal mempunyai tiga fase yaitu Bi2Sr2CuOy (fase 2201 ), Bi2Sr2CaCU2Oy (fase 2212 ) dan Bi2Sr2Ca2CU30y (fase 2223)dengan Tc= 20 K, 80 K dan 110 K. Yang terakhir yaitu fase 2223 menarik untuk disintesis. Untuk memperoleh fase tunggalnya penambahan Pb untuk substitusi Bi dipercaya menstabilkan fase 2223. Media Urea + NH4NO3 akan dipakai untuk pembuatan superkonduktor Bi-Pb-Sr-Ca-Cu-0 yang diharapkan fasa 2223 dominan terbentuk. Dicampur stoikiometri Bi : Pb : Sr : Ca : Cu = 1,6 : 0,4 : 2,0 : 2,0 : 3,0, dari garam-garam nitratnya dengan basis Bi (III)= 0,064 M, di dalam garam cair Urea + amoilium nitrat pada suhu 150 derajat C, diaduk oleh pengaduk magnetik selama 3-6 jam. Dipirolisis agar terjadi proses oksidasi dan diperoleh serbuk. Dikalsinasi pada suhu 8OO derajat C selama 18 jam. Dibuat pelet-pelet berdiameter 10 mm dan tebal 2-4 mm dengan tekanan 5-10 ton. Disinter pada suhu 830 derajat C, suhu ini dipilih atas dasar kajian DTA/TG terhadap prekursor serbuk basil kalsinasi. Waktu sintering divariasi dari 50-240 jam. Hasilnya dikaraktetisasi dengan uji Meissner, XRD dan penentuan suhu transisi kritis, Tc atas dasar resistivitas magnit vs suhu dan suseptibilitas magnit vs suhu. Kajian analisis termal (DTA/TG)terhadap serbuk yang telah dikalsinasi pada suhu 8OO derajat C selama 18 jam menunjukkan suhu pembentukan fase superkonduktor. Dipilih suhu 830 derajat C untuk proses sintering. Hasil sintering terhadap sampel-sampel bentuk pelet selama 50-240 jam dari kajian XRD menggambarkan fase 2212 dan 2223 terbentuk. Makin lama waktu sintering, fasa 2223 terbentuk dominan dan optimal pada 145 jam sekitar 93 persen. Apabila waktu sintering diteruskan terjadi lagi degradasi fase 2223 menjadi fase 2212. Suhu transisi kritis Tc menunjukkan harga 99 K. Garam cair urea + NH4NO3 dapat digunakan sebagai media pembuatan superkonduktor Bi-Pb-Sr-Ca-Cu-0 melalui dua tahapan yaitu kalsinasi pada suhu 8OO derajat C selama 18 jam data sintering pada suhu 830 derajat C selama 96 jam-240 jam. Fase 2223 terbentuk optimal pada 145 jam dengan Tc= 99 K. (Pengarang) 12 Penentuan komposisi Y, Ba, Cu, dalam superkonduktor sistem Y-Ba-Cu-O menggunakan ICP-MS RUKIHATI; SUMARDJO Seminar Nasional III, Kimia dalam Industri dan Lingkungan, Jaringan Kerjasama Kimia Analitik Indonesia, Yogyakarta, 5-6 Des. 1994 Abstrak: Superkonduktor sistem Y-Ba-Cu-0 disintesa oleh kelompok Peneliti ilmu bahan, RUT I (Wuryanto, dkk., 1993). Komposisi sistem Y-Ba-Cu-0 123 dan 124 ditentukan menggunakan ICP-MS (inductively coupled plasma - mass spectrometry). Telah digunakan ICP-MS untuk menentukan komposisi unsur dalam sistem Y-Ba-Cu-0. Sampel 123 dan 124 sistem Y-Ba-Cu-0 dilarutkan dalam asam nitrat dan diencerkan dengan asam nitrat 1 persen. Kondisi operasi sistem ICP-MS adalah pada daya RF 1,2 kW, kecepatan alir gas plasma 12 l/menit, kecepatan gas nebulizer dan auxilary adalah 0,5 l/menit dan 1,4 l/menit. Pemasangan lensa ion: E, B, P, dan S masing-masing pada skala 78, 29, 20, dan 31. Hasil diperoleh dengan cara kalibrasi eksternal (yaitu menggunakan larutan pembanding). Hasil analisa komposisi (Y : Ba : Cu)dalam standar supercon N123 adalah (I : 2,02 : 3,01)dan komposisi di dalam sampel Kelompok Ilmu Bahan adalah (I : 2,02 : 3,02); (I : 2,03 : 2,98), dan (I : 2,03 : 4,02). Diperoleh bahwa komposisi (Y : Ba : Cu)di dalam sampel hasil sintesa adalah mendekati perbandingan (1 : 2 : 3)dan (1 : 2 : 4). Sistem Y-Ba-Ci-O yang disintesa oleh Kelompok Ilmu Bahan RUT I adalah (Y:Ba:Cu)(1:2:3)dan (1:2:4). Penyimpangan metode ini adalah kurang dari 2 persen. (Pengarang)

39

16 Pengaruh kandungan oksigen pada superkonduktivitas oksida (Bi,Pb)-Sr-Ca-Cu. SUKIRMAN, ENGKIR; PRASUAD, W.; YULIANTI, EVI Seminar Sains dan Teknologi Nukir, PPTN BATAN, Bandung, 12-13 Mar. 1996 Abstrak: Cacat kristal memegang peranan yang sangat menentukan, karena pada dasarnya jika tidak ada cacat berarti tidak ada superkotiduktivitias. Salah satu jenis cacat kristal yang mempengaruhi superkonduktivitas oksida (Bi,Pb)Ca-Cu adalah kekurangan kandungan oksigen. Pengaruh kandungan oksigen pada superkonduktivitas oksida (Bi,Pb)-Sr-Ca-Cu telah diteliti. Cuplikan oksida (Bi,Pb)-Sr-Ca-Cu disintesis dengan menggunakan metode reaksi padatan dengan proses sintering ulang. Oksida Bi2O3, PbO, SrCO3, CaCO3 dan CuO dicampurkan dengan perbandingan mol atom Bi:Pb:Sr:Ca:Cu = 1,84:0,34:2,0:2,03:3,06. Pencampuran bahan baku oksida dilakukan di dalam mortar agate selama 5 jam. Kalsinasi dilakukan dua kali pada suhu 810 derajat C masing-masing 24 jam. Cuplikan kemudian digerus dan dibuat pelet. Pelet disiapkan dengan cara memberi tekanan sekitar 8-10 ton di dalam alat cetak berbentuk silinder yang berdiampter 1,5 cm. Selanjutnya dilakukan proses sintering pada suhu 851 derajat C dengan periode sintering mulai dari 100, 150, 198, 246 dan 294 jam, periode sintering ulang masing-masing 48 jam setelah melalui proses penggerusan dan peletisasi kembali. Pembakaran dilakukan di dalam tungku biasa, pendinginan pada sintering pertama dilakukan secara cepat ke suhu ruang, sedang pada sintering kedua, pendinginan dilakukan di dalam tungku dengan cara mematikannya. Karakterisasi cuplikan dilakukan dengan mengukur suseptibilitas magnetik dan pola difraksi sinar-X dan data difraksi dianalisis dengan metode Rietveld. Hasil analisis menunjukkan bahwa semua cuplikan hampir 100 persen berfasa tunggal FTT (Fasa Tc Tinggi)dan kandungan oksigen meningkat dari 9,53 pada cuplikan dengan periode sintering 100 jam dan mencapai harga maksimum 9,64 pada cuplikan dengan sintering 198 jam. Kualitas FTT terbaik ditampilkan oleh FTT dengan kandungan oksigen optimum FTT yang demikian diperoleh melalui proses sintering dengan periode sekitar 200 jam. (Pengarang) 23 Pengaruh penambahan perak pada rapat arus kritis dan pembentukan fasa Tc tinggi superkonduktor (Bi,Pb)-Sr-Ca-Cu-O. SUKIRMAN, ENGKIR; SULISWORO, PUDJI; YULIANTI, EVI; LUWU, DESRIZAL Prosiding Seminar Ilmiah Hasil Penelitian dan Pengembangan Bidang Fisika Terapan, Bandung, 2-3 Okt. 1995 Abstrak: Telah diketahui baik superkonduktor sistem Y-Ba-Cu-0, maupun (Bi,Pb)-Sr-CaCu-O sangat getas (rapuh), kurang tangguh dan harga rapat arus kritis Jc rendah. Pengaruh penambahan perak pada rapat arus kritis (Jc)dan pembentukan fasa Tc tinggi (FTT)superkonduktor sistem (Bi,Pb)-Sr-Ca-Cu-0 (BSCCO)telah diteliti. Cuplikan BSCCO dengan komposisi nominal Bil.84Pbo.34Sr2Ca2,CU3.06Ox disintesis dengan metode reaksi padatan dengan proses sintering ulang. Oksida Bi2O3, PbO, SrCO3, CaCO3 dan CuO dicanipurkan dengan perbandingan mol atom Bi:Pb:Sr:Ca:Cu = 1,84:0,34:2,00:2,03:3,06. Pencapuran bahan baku oksida dilakukan di dalam mortar agate selama 5 jam. Kalsinasi dilakukan dua kali pda subu 81O derajat C masing-masing selama 24 jam. Cuplikan kemudian digerus dan dibuat pelet. Pelet disiapkan dengan cara memberi tekanan 8-10 ton di dalam alat cetak berbentuk silinder yang berdiameter 1,54 cm. Selanjutnya dilakukan proses sintering pada 851 derajat C dengan periode 96 jam. periode sintering ulang masing-miasing 48 jam setelah melalui proses penggerusan dan peletisasi kembali. Ke dalam BSCCO tersebut ditambahkan perak sebanyak 0 hingga 5 persen berat, diaduk hingga merata, dibuat pelet kembali dan kemudian dibakar pada 800 derajat C selama 24 jam. Karakterisasi cuplikan dilakukan dengan pengukuran suseptibilitas, rapat arus kritis dan difraksi sinar-X. Pembentukan fasa Tc tinggi dipelajari dengan metoda analisis Rietveld dari data difraksi sinar-X. Hasil analisis menunjukkan bahwa penambahan Ag mempertinggi efek weak link, sehngga harga Jc turun drastis. Namun demikian FTT paling banyak terbentuk pada cuplikan BSCCO dengan

40

penambahan 4 persen berat Ag. Penambahan perak (Ag)ke dalam BSCCO memperburuk kontak listrik antar butir kristalit, sehingga mengakibatkan menyusutnya rapat arus kritis Jc secara drastis, namun demikian dapat membentuk fasa Tc tinggi. (Pengarang) 6 Sintesis Bi-Pb-Sr-Ca-Cu-O (2223)melalui prekursor sol gel. TJIA, MAY ON; PRIJAMBOEDI, B. Abstrak: Sintesis fase 2223 dari sistem BPSCCO dengan proses reaksi padatan selain terbatas dalam skala produksi, juga kurang efektif dalam mencapai kemurnian fase akibat pencampuran yang kurang homogen. Proses kimiawi ditujukan untuk mengatasi keterbatasanketerbatasaii di atas. Di antara rute prekursor kimiawi yang dikenal, metode sol gel memerlukan proses yang paling sederhana. Dalam eksperimen ini prekursor yang dibentuk melalui sol gel yang dihasilkan dari pencampuran garam-garam nitrat dengan komposisi nominal Bi1.84PbO.34Sr2Ca203CU3.06. Garam-garam tersebut diaduk dengan penambahan asam nitrat dan asam sitrat. Pemanasan pada suhu 70-90 derajat C akan menghasilkan larutan pekat berwarna biru-hijau yang memibentuk sol gel setelah pengadukan lanjut tanpa pemanasan. Prekursor berwarna coklat diperoleh melalui dehidrasi pada 120 derajat C selama 15-20 jam. Pengolahan prekursor tersebut dilanjutkan dengan proses dekomposisi selama 10 jam dengan variasi suhu 400 dan 600 derajat C. Proses tersebut disusul berturut-turut dengan proses kalsinasi pada 810 derajat C selama 20 jam dan proses Wintering pada suhu 850 derajat C selama 20, 40, dan 60 jam. Berdasarkan spektrum XRD fase 2223 sudah mulai terbentuk setelah sintering selama 20 jam akan tetapi fase ini masib tercampur dengan fase 2212. Penambahan waktu sintering menjadi 40 jam tampak berhasil meningkatkan kehadiran fase 2223 balikan menghilangkan fase 2212. Hasil pengukuran R-T menunjukkan kurva R-T yang bebas dari bentuk two step dengan Tc 11O K pada akhir Wintering 60 jam. Sintesis superkonduktor BPSCCO dengan rute prekursor sol gel telah menghasilkan sampel dengan kemurnian fase 2223 yang sangat tinggi dengan waktu sintering yang sangat singkat (40 jam). Hal ini disebabkan oleh tingkat homogenitas yang tinggi dalam pencampuran kation. Hasil ini juga menunjukkan kelayakan teknik tersebut untuk produksi bahan superkonduktor sistem Bi dalam skala industri. (Pengarang) 22 Sintesis dan fabrikasi komposit BPSCCO (2223)/Ag. TJIA, MAY ON; SUPARDI, IMAM; NUGROHO, A.A.; PRIJAMBOEDI Second International Workshop on Materials Science, Hanoi, 19-21 Okt. 1995 Abstrak: Superkonduktor sistem (Bi,Pb)-Sr-Ca-Cu-0 yang memiliki suhu kritis (Tc)sekitar 110 K dikenal memiliki kelemahan dalam sifat mekanik dan arus kritis (Jc)yang rendah. Untuk mengatasi kedua kelemahan tersebut telah dilakukan eksperimen pembuatan komposit BPSCCO/Ag dengan metode Pouder in Tube (PIT)dan pengaturan parameter pengolahan termal. Bahan superkonduktor Bi dalam fase campuran 2212/2223 dipersiapkan dengan komposisi campuran kation awal Bi:Pb:Sr:Ca:Cu = 1.8:0.4:2.2:2.3 melalui proses reaksi padatan. Pembentukan komposit yang diinginkan dilaksanakan dengan cara PIT, dengan perbandingan massa sistem Bi:Ag=7:3 dalam tabung Ag bergaris tengah luar 5 mm, garis tengah dalam 3 mm. Dalam keadaan terselubung rapat, komposit tersebut diberi perlakuan penarikan dan pemanasan pada 250-475 derajat C secara berulang. Proses ini disusul dengan proses rolling yang menghasilkan pita (tape.)dengan ketebalan 0.3 mm. Selanjutnya bahan kompoisit tersebut dikenakan proses Wintering pada 840 derajat C selama 50-80 jam. Kemudian dilakukan pula pengolahan melt solidification pida 866 derajat C selama 15-60 menit. Ini disusul dengan proses rolling tambahan hingga tape yang diperoleh mencapai ketebalan 0.10-0.15 min. Proses terakhir berupa annealing pada suhu 840 derajat C selama 5080 jam. Sampel yang dihasilkan dengan waktu pelelehan pada suhu 866 derajat C selama 15 menit, menunjukkan kehadiran fase 2223 yang cukup tinggi (fraksi volume -90 persen dengan

41

Tc -104K)dan tekstur butiran yang lebih besar dan lebih homogen. Sampel ini juga menunjukkan peningkatan Jc sampai -200OA/cm2 pada akhir Wintering 80 jam, dan menunjukkan kecenderungan naik terus dengan lama proses annealing. Di pihak lain, proses pelelehan yang terlampau panjang (60 menit)menghasilkan sampel dengan Jc yang lebih rendah ( 1/10 nilai Jc dan sampel tersebut di atas)dan tekstrur butiran yang kurang merata. Eksperimen ini menunjukkan bawa dengan menggunakan selubung Ag, superkonduktor komposit dapat difabrikasi dalam bentuk dan ukuran yang bervariasi. Hasil eksperimen ini menunjukkan balwa metode PIT dengan pengaturan parameter pengolahan termal yang tepat dapat menghasilkan komposit superkondtiktor berfase Tc tinggi yang memiliki Jc lebih tinggi dalam berbagai bentuk dan ukuran yang diinginkan. Untuk menghasilkan evaluasi lebih definitif, eksperimen ini perlu dilanjutkan dengan jangkauan variasi lebih luas dalam parameter dan komposisi komposit serta parameter pengolahan termalnya. (Pengarang) 7 Sintesis fasa Tc tinggi superkonduktor sistem (Bi,Pb)-Sr-Ca-cu-O dengan sintering ulang metode reaksi padatan. SUKIRMAN, ENGKIR; SUSITA R.M., LELY; YULIANTI, EVI Seminar Sains dan Teknologi Nuklir PPNY BATAN, Bandung, 21-23 Mar. 1995 Abstrak: Fasa Tc Tinggi (FTT)superkonduktor sistem (Bi,Pb)-Sr-Ca-Cu-0 masih sulit untuk disintesis, kemurnian fasanya tidak pernah mencapai angka 100 persen dan memerlukan periode perlakuan panas yang lama biasanya lebih dari satu minggu. Fasa Tc Tinggi (FTT)superkonduktor sistem (Bi,Pb)-Sr-Ca-Cu-0 telah disintesis menggunakan metode reaksi padatan dengan proses sintering ulang. Oksida Bi2O3, PbO, SrCO3, CaCO3 dan CuO dicampurkan dengan perbandingan mol atom Bi:Pb:Sr:Ca:Cu = 1,84:0,34:2,00:2,03:3,06. Pencampuran bahan baku oksida dilakukan di dalam mortar agate selama 5 jam. Kalsinasi dilakukan dua kali pada 810 derajat C masing-masing selama 24 jam. Cuplikan kemudian digerus dan dibuat pelet. Pelet disiapkan dengan cara memberi tekanan sekitar 8-10 ton di dalam alat cetak berbentuk silinder yang berdiameter 1,5 cm. Selanjutnya dilakukan proses sintering pada subu 851 derajat C dengan periode mulai dari 100, 150 dan 246 jam, periode sintering ulang masing-masing 48jam setelah melalui proses penggerusan dan peletisasi kembali. Proses sintesis tanpa kalsinasi dilakukan dengan periode sintering 5 jam pada suhu 810 derajat C dan periode ulangan 17 jam pada suhu 851 derajat C. Pembakaran dilakukan di dalam tungku biasa dengan laju pemanasan dan pendinginan diatur secara manual kira-kira 6 derajat C/menit. Karakterisasi cuplikan dilakukan dengaii mengukur suseptibilitas magnetik, analisis pola difraksi sinar-X dan pengamatan foto SEM. Hasil analisis menunjukkan bahwa pada cuplikan-cuplikan yang disiapkan dengan proses kalsinasi dan sintering ulang terdapat hampir 100 persen FTT dan ada 54 persen FTT pada cuplikan yang disintesis tanpa kalsinasi. FTT dapat ditumbuhkan secara efektif dan efisien dengan sintering ulang metode reaksi padatan. Periode sintering 100 jam dan periode sintering ulang 48 jam. sudah cukup untuk menumbuhkan fasa tunggal FTT. (Pengarang) 21 Sintesis komposit superkonduktor Y1Ba2Cu3O7-x-Agy melalui garam cair urethan. WURYANTO; SULISWORO, PUDJI; YUSTINUS Simposium Fisika Nasional XV, Himpunan Fisika Nasional, Surabaya, 11-13 Des. 1994 Abstrak: Sintesis superkonduktor YBCO-123 melalui garam cair sudah dirintis sejak tahun 1991 yaitu amonium nitrat, urea dan keduanya. Cara ini sederhana, mudah dikontrol dan kedapat ulangan baik. Urethan yang gugus kimianya mirip urea yaitu H2N-COO-C2H5 titik lelehnya adalah 50 derajat C. Lebih rendah dari titik leleh urea = 135 derajat C. Diharapkan dapat sebagai media garam cair untuk pembuatan superkonduktor. Sekaligus disini akan dibual kompositnya dengan Ag, dengan kandungan Ag divatiasi. Garam-garam nitrat Y, Ba dan Cu serta Ag untuk penyusun stoikiometri Y1 Ba2 CU7-x Ag, dengan basis Y3+ = O,O1 M, dicampur di garam cair urethan pada suhu 50-150 derajat C selama 1-8 jam. Termolisis

42

dikerjakan pada suhu 150-200 derajat C. Serbuk yang diperoleh dikalsinasi pada suhu 300, 500 dan 700 derajat C selama 1 jam. Dan serbuk kalsinasi ini digerus dibuat pelet-pelet berdiameter 10 mm dan tebal 2-3 mm dengan tekanan hidraulik 5-8 ton. Sampel-sampel pelet ini disinter pada suhu 900 derajat C selama 16 jam. Hasil sintering ini diharapkan terbentuk komposit superkonduktor. Untuk itu dikaji dengan uji meissner, XRD, SEM-EDAX dan uji listrik suhu transisi kritis Tc. Hasil kalsinasi pada suhu 300, 500, dan 700 derajat C selama 1 jam menunjukkan unsur organiknya telah terlepas. Hal ini dibuktikan dengan teknik DTA/TG. Dan uji Meissner terhadap sampel-sampel Y1Ba2CU307-x -Agy dengan y= 1-4, menampilkan gejala levitasi. Berarti telah terbentuk fasa superkonduktor. Data XRD-nya sesuai data XRD dari superkonduktor YBCO-123. Ternyata penambahan Ag ternyata tidak merubah fasa YBCO123 . Hal ini terbukti dengan asumsi struktur ortorombik dari YBCO-123 yang sudah dikenal, perhitungan parameter kisinya sesuai dengan parameter kisi YBCO-123 hasil penelitian dari peneliti lainnya. Pengukuran sifat listriknnya Tc atas dasar resistivitas vs suhu menghasilkan Tc = 91-92 K. Komposit Y1Ba2CU307-x -Agy dengan Y= 1-4, dapat disintesis melalui garam cair urethan. Perak tida merubah struktur fasa YBCO-123. Harga suhu transisi kritis Tc = 91-92 K. (Pengarang) 3 Sintesis superkonduktor Y-Ba-Cu-O (123)dengan media garam cair (molten salt)NH4NO3. WURYANTO Prosiding Seminar II, Kimia dalam Industri dan Lingkungan, Jaringan Kerjasama Kimia Analitik Indonesia, Yogyakarta, 15-16 Nov. 1993 Abstrak: Usaha untuk sintesis superkonduktor suhu tinggi (sst)berbasis tembaga dengan suhu transisi kritis diatas N2 cair mulai dirintis. Tahap pertama adalah Y-Ba-Cu-0 (123). Diketabui reaksi fasa padat dari oksida dan atau karbonat logam penyusunnya memerlukan suhu tinggi dan waktu lama. Oleb karena itu, perlu dikembangkan cara lain. Cara kimia memberi harapan karena dikenal memberikan prekursor halus, sinteraktif dan tentu saja suhunya lebih rendah dan waktu relatif singkat. Oleh karena itu, mulai dirintis cara ini. Garam cair amonium nitrat yang meleleh pada suhu relatip rendah yaitu 170 derajat C dipilih. Apalagi bahan ini bersifat oksidator dan mudah terpecah pada saat pirolisis. Kedua sifat ini yang mendasari penggunaan garam cair amonium nitrat untuk sintesis Y-Ba-Cu-0 (123 ). Garam-garam nitrat dari Y, Ba dan Cu dengan stoikiometri pembentukan Y-Ba-CU-0 (123)dicampur di dalam media garam cair amonium nitrat. Termolisis dilakukan pada suhu 250 derajat C selama 5 jam. Dan serbuk yang diperoleh dikalsinasi pada suhu 900 derajat C selama 2 jam. Serbuk hitam hasil kalsinasi dibentuk menjadi pelet-pelet berdiameter 10 mm dan tebal 2-3 mm dengan tekanan hidraulik 510 ton. Sampel pelet tersebut disinter pada suhu 925 derajat selama 24 jam dengan suasana udara atau oksigen. Hasilnya dikaji dengan uji Meissner, XRD, SEM-EDAX. Kajian Meissner terhadap sampel-sampel yang telah disinter setelah dicelup di dalam N2 cair dan diberi medan magnit menampilkan gejala superkonduktor, yang ditandai oleh gejala melayang (levitasi). Data ini diperkuat oleh pola XRD yang sesuai dengan pola XRD YBCO-123 hasil penelitian para peneliti. Demikian pula analisis komposisinya dengan EDAX memperlihatkan komposisi teoritis fase YBCO-123. Morfologinya dan peta distribusi Y, Ba dan Cu basil kajian SEM menggambarkan homogenitas yang baik. Bahan superkonduktor Y-Ba-Cu-0 (123)dipat diperoleh dari perlakuan kalsinasi pada 900 derajat C selama 2 jam dan sintering pada suhu 925 derajat C selama 24 jam atas prekursor hasil termolisis stoikiometri Y, Ba dan Cu di dalam garam cair NH4NO3. (Pengarang) 1 Sintesis superkonduktor Y1Ba2Cu3O7-x melalui prekursor hasil pirolisis garam cair urea dan amonium nitrat. WURYANTO Pertemuan dan Presentasi Ilmiah Penelitian Dasar Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Nuklir PPNY BATAN, Yogyakarta. 6-28 Apr. 1994

43

Abstrak: Media kimia merupakan salah satu alternatif untuk pembuatan superkonduktor. Dicari proses sederhana dan mudah dikontrol agar hasilnya reprodusibel. Dipilih garam cair urea memenuhi kriteiria. Titik cair rendah, Tl = 135 derajat C dan mudah terurai serta ramah lingkungan. Pemberian amonium nitrat yang bersifat oksidator akan memudahkan proses pirolisis. Urea rumus kimianya adalah H2N-COO-NH2 dengan titik leleh, Tl = 135 derajat C. Dicampur dengan amonium nitrat, NH4 N03 dengan Tl = 170 derajat C. Campuran ini dicairkan, garam-garam nitrat dari Y, Ba dan Cu dengan stoikiometri 1 : 2 : 3 dicampur pada media garam cair tersebut selama 1-3 jam sambil diaduk oleh pengaduk magnit. Melalui proses pirolisis, diperoich prekursor superkonduktor. Kalsinasi prekursor pada suhu 800 derajat C selama 8 jam. Serbuk hitam hasil kalsinasi dibuat pelet-pelet berdiameter 0 = 1,0 cm dan tebal 2-3 mm. Pelet-pelet tersebut disinter pada sahu 880 derajat - 930 derajat C selama 16-20 jam dalam suasana oksigen atau udara. Hasil sintering dikaji dengan uji Meissner, difraksi sinar X (XRD), SEM-EDAX dan pengukuran suhu transisi kritis Tc, atas dasar sukseptibilitas magnit vs subu. Uji Meissner dengan cepat mengetahui sampel-sampel yang telah disinter, menunjukkan gejaia melayang (levitasi)setelah dicelup N2 cair dan dikenakan magnit permanen. Hal ini berarti fasa superkonduktor terbentuk. Spektrum difraksi sinar X menampilkan pola karakteristik YBCO-123. Hasil perhitungan parameter kisi dengan asumsi struktur ortorombik YIBCO-123 memperoleh gambaran a = (3,80-3,83)A; b = (3,84'- 3,88)A; dan c = (11,53 11,56)A untuk semua sampel-sampel yang telah disinter pada berbagai variasi suhu dan waktu. Data memperkuat bahwa fasa superkonduktor YBCO-123 telah terbentuk. Hasil analisis komposisi kimianya dengan SEM-EDAX menunjukkan stoikiometri mendekati 1 : 2 : 3. Morfologi bahan tergantung suhu sintering. Makin tinggi suhu sinter menampilkan pertumbuhan butir yang menyatu. Hasil pengukuran suseptibilitas magnit vs suhu menunjukkan suhu transisi kritis Tc = 83-87 K. Media garam cair Urea dan Amonium nitrat dapat dipakai membuat superkonduktor YBCO-123. Prosesnya sederhana mudah dikontrol. (Pengarang) 2 Sintesis superkonduktor YBCO-123 dengan metode sol gel EDTA (ethylendediaminetetraacetic acid). SULUNGBUDI, GRACE TJ; WURYANTO Prosiding Seminar Nasional II, Kimia dalam Industri dan Lingkungan, Jaringan Kerjasama Kimia Analitik Indonesia, Yogyakarta, 15-16 Nov. 1993 Abstrak: Asam Etilendiamintetraasetat (EDTA)adalah senyawa ligan yang dapat mengikat sebagian besar logam. Karena stabil dan larut di dalam pelarutnya. Kation logam penyusun superkonduktor YBCO-1223 juga dapat diikat dengan baik oleh ligan tersebut. Fenometia ini yang diteliti sebagai media pembuatan superkonduktor YBCO-123 atau disebut sol gel EDTA. Garam-garam nitrat Y, Ba dan Cu dicampur dengan perbandingan Y:Ba:Cu = 1:2:3, dilarutkan di dalam pelarut etilenglikol (larutan 1). EDTA sesuai stoikiometri pembentukan komplek dengan masing-masing kation dilarutkan ke dalam etilen glikol dan pH diatur 8,0 dengan pemberian NH40H (larutan 2 ). Larutan 1 dan 2 dicampur bersama-sama sedikit demi sedikit secara kontinu. Larutan ini dipanasi pada suhu 90 derajat C sampai mengental, kemudian didekomposisi pada 300 derajat C selama 2,5 jam, sehingga diperoleh aglomerat yang lunak dan berpori. Dikalsinasi pada suhu 900 derajat C, dihaluskan dan dibuat pelet-pelet dengan diameter 10 mm dan tebal 2-3 mm oleh tekanan 5 ton. Pelet-pelet ini disinter pada suhu 900 derajat C dan 950 derajat C selama 20 jam tanpa oksigen. Hasilnya dikarakterisasi dengan uji Meissner, XRD data SEM-EDAX. Sampel-sampel pelet yang telah disinter pada suhu 900 derajat C dan 950 derajat C selama 20 jam tanpa oksigen menunjukkan efek Meissner, yaitu melayang pada medan magnit setelah dicelup di dalam N2 cair. Gejala ini secara kualitatif menggambarkan sifat superkonduktor. Data XRD menampilkan pola difraksi sinar X yang sesuai polanya superkonduktor YBCO-123. Antara lain puncak-puncak karakteristik Y13CO-123 di 20= 32,7411 (d=2,73A); 32,51 (d=2,75A)dan 58,221 (d = 1,58 A). Puncak- puncak karakteristik Y203, CuO dan BaCO3 yang biasanya ada sebagai pengotor tidak terdeteksi. Hanya pada

44

penyinteran 900 derajat C terlihat pengotor Y203. Analisis komposisinya dengan EDAX memberikan harga yang tidak jauh dari stoikiometti 1:2:3. Data ini menggambarkan bahwa YBCO-123 dapat disintesis melalui sol gel EDTA. Superkonduktor YIBCO-123 dapat disintesis dengan metode sol gel EDTA pada kondisi sintering 900 derajat C dan 950 derajat C selama 20 jam tanpa oksigen. Prosesnya sederhana mudah dikontrol dengan basil yang baik. (Pengarang)

Pengembangan paduan quasicrystal AlCuFeCrB dengan potensi pemakaian sebagai wearresistive non-stick coating (RUT VI), 1998-2000. SETIAMARGA, BUDI HARTONO Bandung: Lembaga Penelitian ITB 277 1 Metoda pembuatan serbuk paduan alumunium AlCuFe dan AlCuFeCr serta pemakaian serbuk tersebut. SETIAMARGA, BUDI HARTONO Permintaan paten, 2001 3 Penelitian pembuatan paduan quasicrystal Al-Cu-Fe(B)dan Al-Cu-Fe-Cr(B)dengan memanfaatkan logal scrap melalui teknik centrifugal casting. FRIARISTA, RANDY 4 Penelitian pengaruh boraks pada fenomena penghancuran sendiri paduan Al-Cu-Fe (B). PRASETYO, DANANG RIO Thesis S-1 Program Studi Teknik Material ITB, 2001 2 Penelitian pengaruh penambahan boron terhadap ketahanan aus paduan quasicrystal AlCuFeCr. DENY, H.S., ALBERTUS Thesis S-1 Program Studi Teknik Material ITB, 1999

Polimerisasi senyawa lakton untuk menghasilkan bahan plastik yang mudah terbiodegradasi(RUT VII), 1999-2000. ARCANA, I MADE; SURDIA, N.M.; ROCHANI, SITI Bandung: Jurusan Kimia ITB 281 5 Chemical synthesis of poly-(R1S)-beta-hydroxybutyrate and its characterization. ARCANA, I MADE The Second International Workshop on Green Polymers, Bandung, 15-20 Okt. 2000 Abstrak: Poly(R1S)-beta-hydroxybutyrate (PHB), one of the biodegradable polymers was prepared by ring opening polymerization of racemic (R1S)-beta-butyrolactone monomer with tetraisobutyidialuminoxane (TIBAO)as a catalyst. Characterizations of polymers were carried out by Gel Permeation Chromatogaphy (GPC), 13C NMR Spectroscopy, Differential Scanning Calorimetry (DSC)and biodegradation test to obtain informations about molecular weight, chemical structure, thermal properties, and biodegradability of the synthesize polymers, respectively. The results indicated that the tetraisobutyidialuminoxane catalyst was an effective catalyst for polymerization of racemic (PS)-beta-butyrolactone to produce partially stereoregular PHB. By addition of a certain quantity of water to the catalyst and treatment of polymers by solvent extraction have resulted in an increase in stereoregularity and crystallinity

45

of PHB. The results of biodegradation tests showed that crystallinity, and stereoregularity of R configuration are important parameters in the degradation behavior. (Pengarang) 1 Chemical synthesis of poly-(R1S)-beta-hydroxybutyrate by tetraisobutyldialuminoxane catalyst. ARCANA, IMADE JMS, 4 (2)1999: 226-234 Abstrak: A poly(R.S)-beta-hydroxybutyrate (PHB)was prepared by ring-opening polymerization reactions of racemic beta-butyrolactone monomer [(R.S)-beta-BL)] using tetraisobutyldialuminoxane (TIBAO)as a catalyst. In this study some factors or polymerization conditions such as polymerization temperature, polymerization time, nature of the solvent, catalyst concentration and modification of the catalyst system by water addition were carried out to obtain optimal polymerization results based on yield and molecular weight of polymers obtained. The results indicated that tetraisobutyldialuminozoxane wasf found to be an effective catalyst for the polymerization of (R,S)-beta-BL, but polymerization conditions had stropig effects oil rate, field and molecular weight of polymers obtained. The optimal polymerization result was obtained when the polymerization was carried out at a temperature of 60 derajat C with a polymerization time of 7 days. Ratio of H20/TIBAO and nature of the solvent used in the polymerization also influenced the yield and molecular freight of polymers. Addition of water to the catalyst involved an increase of the polydispersities of polymers. (Pengarang) 4 Kemampuan degradasi secara enzimatik poli (R1S)-beta-HB yang disintesis dengan katalis tetraisobutildialuminoksana. ARCANA, I MADE Seminar Kimia Bersama ITB-UKM, ITB-Universiti Kebangsaan Malaysia, Yogyakarta, 12-13 Apr. 2000 Abstrak: Poli(R1S)-beta-hidroksibutirat telah dapat disintesis melalui polimerisasi pembukaan cincin monomer (R1S)-beta-butirolakton rasemik dengan katalis tetraisobutildialuminoksana (TIBAO). Degradasi secara enzimatik polimer PHB hasil sintesis telah ditentukan melalui jumlah oksigen yang dibutuhkan secara biokimia (BOD)selama proses degradasi polimer dalam lumpur aktif. Hasil test biodegradasi menunjukkan bahwa kristalinitas dan stereoregularitas struktur (R)polimer merupakan parameter yang penting dalam proses biodegradasi polimer. Polimer PHB hasil sintesis dengan struktur ataklik (fraksi diad isolaktik = 0.50)memperlihatkan kemampuan biodegradasi lebih tinggi dari PHB sintesis lainnya, akan tetapi sedikit lebih rendah dibandingkan kemampuan biodegradasi P(R)-HB natural Sedangkan PHB sintests dengan struktur isolaktik lebih dominan dengan (i)= 0.79 memperlihatkan kemampuan biodegradasi lebih rendah akibat tingginya kristalinitas, dan PHB sintesis dengan struktur sindiotaktik lebih dominan dengan (i)= 0.41 hasil biodegradasinya sangat rendah akibat tingginya kristalinitas dan rendahnya isolaklisitas struktur (R). (Pengarang) 2 Polimerisasi melalui pembukaan cincin (R1S)-beta-butirolakton rasemik dengan katalis kompleks distannoksan. SUWADI; ARCANA, I MADE; SURDIA, N.M. Seminar Kimia Bersama ITB-UKM, ITB-Universitas Kebangsaan Malaysia, Yogyakarta, 12-13 Apr. 2000 Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mensintesis Poli (R1S)-beta-hidroksibutirat (PHB)melalui reaksi polimerisasi pembukaan cincin monomer (R1S)-beta-butirolakton (betaBL)rasemik menggunakan katalis kompleks distannoksan. Dalam studi ini, telah diteliti beberapa faktor yang berpengaruh terhadap hasil polimerisasi seperti perbandingan monomerlkatalis, temperatur dan waktupolimerisasl. Studi mengenai struktur polimer dilakukan melalui analisis spektroskopi FTR, RMN 1H dann 13 C sedang sifat termal dan berat molekul polimer ditentukan masing-masing melalui analisis DTA dan GPC. Hasil penelitian menunjukkan bahwa temperatur dan waktu polimerisasi sangat berpengaruh terhadap rendemen

46

dan berat molekul polimer. Hasil polimerisasi optimum diperoleh jika polimerisasi dilakukan pada temperatur 100 derajat C selama 4 jam. Melalui analisis struktur menunjukkan bahwa polimerisasi (1RS)-beta-BL rasemik dengan katalis kompleks distannoksan menghasilkan PHB dengan struktur sindiotaktik lebih dominan. (Pengarang) 3 Struktur dan sifat termal poli (R1S)-beta-hidroksibutirat yang disintesis dengan katalis aluminoksana. ARCANA, I MADE Proc. ITB, 32 (1)2000 Abstrak: Poli(R,S)-beta-hidroksibutirat (PHB)telah dapat disintesis melalui polimerisasi pembukaan cincin monomer (R,S)-beta-butirolakton rasemik dengan katalis tetraisobutildialuminoksana (TIBAO). Dalam studi sebelumnya, beberapa faktor atau kondisi reaksi polimerisasi seperti suhu polimerisasi, waktu polimerisasi, jenis pelarut, konsentrasi katalis, dan modifikasi katalis dengan cara penambahan air telah dilakukan untuk mendapatkan hasil polimerisasi yang optimum berdasarkan rendemen dan berat molekul polimer yang diperolch. Studi ini ditekankan pada karakterisasi polimer melalui spektroskopi RMN 13C dan Differential Scanning Calori metri (DSC)untuk memperoleh informasi mengenai struktur kimia dan sifat termal PHB yang telah dihasilkan melalui reaksi polimerisasi (R1S)-beta-BL dengan menggunakan sistem katalis tetraisobutildialuminoksana. Hasil analisis struktur menunjukkan bahwa polimerisasi beta-BL rasemik dengan katalis TIBAO menghasilkan polimer PHB stereoreguier sebagian, bergantung pada jumlah air yang ditambahkan pada katalis. Ekstraksi polimer dengan pelarut asetil-aseton (AcAc)dan aseton dapat memisahkan PHB menjadi fraksi ataktik amorf dan fraksi isotaktik kristalin. Penambahan sejumlah tertentu air pada katalis dan perlakuan polimer melalui ekstraksi asetil-aseton atau aseton memungkinkan terjadinya peningkatan stereoregularitas dan kristalinitas polimer. (Pengarang)

Semikonduktor paduan GaSb dan ternary alloy-nya untuk dedektor foton kecepatan tinggi dan berderau rendah (RUT VI), 1998-2000. ARIFIN, PEPEN Bandung: Lembaga Penelitian ITB 286 6 Low pressure MOCVD growth of GaSb using tridismethylaminoantimony. SUSTINI, EUIS; SUGIANTO; SANI, R.A.; LATUNUWE, A.; ARIFIN, PEPEN; BARWAMI, MOCHAMAD Compound Optoelectronic Material and Device Conference, Melbourne, Australia, 6 Des. 2000 Abstrak: The growth of nominally undoped GaSb layers on GaAs substrates by low pressure MOCVD was investigated. The MOCVD reactor is a vertical type operating at growth pressure of about 50 torr. A flow guide was used to guide the gas flow inside the reactor in order to obtain uniform ayers. Trimethylgallium (TMGa)and Tridismethylaminoantimony (TDMASB)were used as precursors. The growth temperature was in the range of 475-580 derajat C, while the V/III ratios were varied between 0.4-2. The effect of growth temperature, V/III ratio and carrier gas flow on the growth rate, structural properties, surface morphologies and electronic properties was investigated. It was found that the optimum growth conditions occur at very narrow growth temperatures in the range of 510-540 derajat C with V/III ratios of around 1.O. The growth rate was about 1.4 um/h and significantly depends on the growth temperature. The grown layer was p-type and dominated by (200)and (400)orientation with the highest mobility of 616 cm2/V s at carrier concentration of 4.3 x 10.17 cm-3. The carrier gas flow was shown to have significantly effect on the surface morphology and GaSb layers grown at optimum conditions have mirror-like surface. (Pengarang)

47

7 MOCVD growth of GaSb and AlGaSb for IR photodetector applications. SUSTINI, EUIS; SUGIANTO; ARIFIN, PEPEN; BARMAWI, MOCHAMAD International Symposium on Modern Optic and Applications, Bandung, 8 Feb. 2001 Abstrak: There has been much effort in recent years to develop Avalanche Photodetector (APD)based on III-V compound semiconductors. In particular, AlGaSb/GaSb mixed crystal have recently attracted much attention for APD applications operating in near and medium infrared regions. It has large ratio of ionization coefficient of hole and electron which is a key factor for high speed and low noise APD. In this paper, we report growth and characterization of GaSb and AlGaSb thin films. The films were grown by Metal Organic Chemical Vapor Deposition (MOCVD)technique in a vertical reactor using trimethylgalium (TMGa), trimethylaluminum (TMAI)and trisdismethylaminogntimony (TDMASb)as precursors, respectively. A flow guide was used to guide the gas flow inside the reactor in order to obtain uniform layers. The effect of growth temperature and VAM ratio on the growth rate, structural properties, surface morphologies, optical and electronic properties will be described. (Pengarang) 4 Penumbuhan GaSb dengan MOCVD vertikal dan preseursor tridismethilaminoantimonat. SUSTINI, EUIS; SUGIYANTO; SANI, R.A.JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA UNIVERSITAS NEGERI MEDAN; RUGAYAH; BARMAWI, MOCHAMAD; ARIFIN, PEPEN Kontribusi Fisika Nasional, 10 (4)1999: 116-119 Abstrak: Telah ditumbuhkan film tipis Galium Antimonat (GaSb ) di atas substrat semi insulating galium arsenat (SIGaAs)orientasi (100)dengan reakfor MOCVD vertical kondisi penumbuhan dilakukan pada tekanan 47,16 Torr, temperatur 475-525 derajat C dan perbandingan V/III = 0,8-1,2. Hasil karakterisasi CDS menunjukan adanya Ga dan Sb, sedangkan hasil XRD-nya menunjukan bahwa GaSb yang tumbuh berorientasi (200)dan (400)dengan morfologi permukaan film cukup baik. (Pengarang) 5 Sifat listrik GaSb hasil penumbuhan pada MOCVD vertikal dengan precusor TMGa dan TDMASb. SUSTINI, EUIS; SUGIANTO; RUGAYAH; SARI, R.A. JURUSAN FISIKA UNIVERSITAS NEGERI MEDAN; ARIFIN, PEPEN Prosiding Simposium Fisika Nasional XVIII, Serpong, Apr. 2000 Abstrak: Film tipis GaSb telah berhasil ditumbuhkan pada reakfor MOCVD vertikal dengan precursor TMGa dan TDMASb. Penumbuhan dilakukan pada tekanan sekitar 47 Torr dengan temperatur dan perbandingan V/III diubah-ubah dari 475- 525 derajat C dan 0,8 s/d 1,2 dengan total aliran gas hidrogen dalam orde ratusan sccm. Hasil XRD menunjukkan bahwa film tipis GaSb yang tumbuh merupakan kristal dengan orientasi (200)dan (400). Karakterisasi sifat listrik memperlihatkan bahwa kontak Ag-GaSb cukup ohmik. Film GaSb bertype p dengan konsentrasi hole antara 10.17 s/d 10.19, resistivitas 0,005-0,05 omegacm dan mobilitas 26 s/d 616 cm2/Vs. Film tipis terbaik diperoleh dengan kondisi penumbuhan pada temperatur 500 derajat C dan V/III = 0,998. Permukaan film tipis mengkilat dengan konsentrasi hole 10.17 dan mobilitas 616,49 cm2/Vs. (Pengarang) 1 Simulasi mobilitas pGaSb dengan metoda Monte Carlo. SUSTINI, EUIS Kontribusi Fisika Indonesia, 9 (3)1998: 991-3 Abstrak: Semikonduktor berbasis paduan GaSb cocok untuk Avalanche Photo Diodes (APD)berderau rendah, dioda laser dengan panjang gelombang besar dan detector foto, karena mempunyai celah pita energi sempit (0,72 eV pada temperatur kamar)dan pita gap langsung. Tulisan ini mencoba menstimulasi mobilitas GaSb type p dengan metoda Monte Carlo. Mobilitas yang dihasilkan memiliki harga yang tidak terlalu jauh dengan eksperimen maupun

48

hasil perhitungan dengan metoda perata-rataan waktu relaksasi. Pada remperatur 300 K dihasilkan mobilitas sebesar 390 cm2/Vs. (Pengarang) 2 Simulasi reaktor MOCVD vertikal. SUSTINI, EUIS; SANI, R.A.; ARIFIN, PEPEN; BARMAWI, MOCHAMAD Kontribusi Fisika Indonesia, 10 (3)1999: 87-92 Abstrak: Sejak tahun 1981 perkembangan teknik MOCYD (metal Organic Chemical Vapor Deposition)untuk deposisi lapisan tipis semikonduktor paduan sangat pesat sekali. Teknik MOCVD ini memungkinkan pembuatan lapisan tipis dengan kontrol ketebalan dan konsentrasi tak murnian yang cukup akurat. Disamping itu, dengan teknik ini bisa dibuat "multi layer depositions dengan degrades" ketebalan dan konsentrasi tak murnian yang cukup tajam. Bagian yang sangat penting dari sistem MOCVD ini adalah reaktor tempat berlangsungnya deposisi. Konfigurasi dan geometri reakfor sangat berpengaruh terhadap homogenitas dan laju deposisi. Makalah ini melaporkan simulasi geometri dan konfigurasi reaktor MOCVD vertikal yang dirancang bekerja pada tekanan reaktor rendah (sekitar 16.4 Pa)dengan total laju aliran gas sebesar 120-240 sccm. Pada simulasi ini digunakan substrat dengan ukuran 2 inch dan hasit simulasi menunjukan bahwa reakfor dengan 'flow guide' bisa menghasilkan deposisi dengan uniformitas pada daerah dengan jari-jari 2,5 cm. (Pengarang) 3 Studi awal penumbuhan filim tipis GaSb dengan MOCVD vertikal dari precursor TMGa dan TDMASb. SUSTINI, EUIS; SUGIAN; SANI, R.A.; BARMAWI; ARIFIN, PEPEN Proceedings Industrial Electronic Seminar 1999, ITS, Surabaya, 27-28 Okt. 1999 Abstrak: Telah ditumbuhkan film tipis GaSb dari precursor TMGa dan TDMASb pada berbagai temperatur penumbuhan antara 475 derajat C-525 derajat C dan perbandingan V/III antara 0,7 -1,2. Karakterisasi menggunakan XRD dan SEM dilakukan untuk menentukan kondisi penumbuhan yang baik. Permukaan film tipis GaSb yang baik diperoleh pada kondisi penumbuhan dengan temperatur 500 derajat C dan perbandingan V/111= 0,99. (Pengarang)

Sintesa bahan komponen varistor dengan oksida tambahan yang minimal (RUT VI), 1998-2000. SYARIF, DANI GUSTAMAN; ARIWAHJOEDI, BAMBANG; SUKIRMAN, ENGKIR Bandung: Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknik Nuklir BATAN 293 2 Karakteristik E-J dan struktur mikro pelet sinter ZnO-SiO2. SYARIF, DANI GUSTAMAN; SUKIRMAN, ENGKIR; HIDAYAT, SAEFUL; YAMIN A. Prosiding Seminar Nasional Material dan Lingkungan dalam Pembangunan Industri, P3FT LIPI, Bandung, 19 Okt. 1998 Abstrak: Pengaruh doping SiO2 terhadap karakteristik E-J dan struktur mikro pelet sinter ZnO telah dipelajari secara percobaan. Percobaan pada penelitian ini dilakukan denean melakukan penyinteran ZnO yang didoping SiO2 hingga 0.024 persen berat pada suhu 1100 derajat C selama 1 jam, penentuan karakteristik E-J (medan listrik-rapat arus)dan analisis metalografi. Analisis metalografi juga dilakukan untuk mengevaluasi ZnO yang didoping 0.006 persen dan 0.024 persen SiO2, dan dianil pada suhu 1100 derajat C selama 8, 24 dan 48 jam. Hasil analisis memperlihatkan bahva doping SiO2 telah meningkatkan konduktifitas listrik dan memacu pertumbuhan butir ZnO. Mekanismenya dapat diterangkan dengan menganggap bahwa ion Si4- masuk secara interstisi ke dalam kristal ZnO. (Pengarang)

49

9 Kenon-linearan karakteristik E-J, struktur mikro dan transformasi fase varistor ZnO-Bi2O3Sb2O3. SYARIF, DANI GUSTAMAN; HIDAYAT, SAEFUL; SUKIRMAN, ENGKIR; HANDAYANI, ARI; ARIWAHJOEDI, BAMBANG Prosiding Simposium Fisika Nasional XVIII, Puslitbang Fisika Terapan LIPI, Serpong, 25-27 Apr. 2000 Abstrak: Untuk mencari varistor yang efektif (sederhana), studi pengaruh penambahan Sb2O3 terhadap karakteristik varistor ZnO-Bi2O3 telah dipelajari. Dalam studi ini dilakukan penyinteran pelet ZnO-0,8 persen mol Bi2O3 yang ditambah 0,1 hingga 2 persen mob Sb2O3 pada suhu 1100 derajat C selama 1 jam. Pelet sinter dianalisis dengan mengevaluasi karakteristik E-J (medan listrik-rapat arus)dan dengan analisis metalografi. DTA serta difraksi sinar -x. Hasil analisis memeprlihatkan bahwa penambahan Sb2O3 tidak dapat memperbesar faktor kenon-linearan varistor ZnO-Bi2O3 untuk mencapai harga yang diinginkan (20-50), karena transformasi fase dari ZnO dan aditif Bi2O3 dan Sb2O3 tidak memperbesar tahanan batas butir dan tidak menghasilkan strutkur mikro yang bentuknya sedemikian rupa sehingga butir-butir ZnO dikelilingi oleh lapisan batas butir secara homogen. Varistor ZnO-Bi2O3 yang ditambahi Sb2O3 dengan konsentrasi rendah mengandung fase kedua Sb2O3 dan eutektik ZnOBi2O3. Varistor ZnO-Bi2O3 yang ditambahi Sb2O3 dengan konsentrasi tinggi mengandung fase kedua Zn2Bi3Sb3O14. (Pengarang) 5 Pembentukan larutan padat ZnO-CoO pada suhu 1100 derajat C. SYARIF, DANI GUSTAMAN; SUPOMO; SUKIRMAN, ENGKIR Prosiding Seminar Nasional Hamburan Neutron dan Sinar X ke-2, BATAN, Serpong, 25 Agu. 1999 Abstrak: Pengetahuan mengenai mekanisme akomodasi ion Co baik berupa Co2+, Co3+ atau Co4- di dalam kristal ZnO perlu diketahui untuk memahami lebih jauh tentang pengaruh penambahan CoO terhadap karaktedstik varistor melalui pemahaman pembentukan larutan padat ZnO-CoO. Oleh karena itu pembentukan larutan padat ZnO-CoO dipelajari pada makalah ini menggunakan analisis difraksi sinar-x dan metalografl. Dari hasil analisis diketahui bahwa dengan penyinteran di udara pada suhu 11OO derajat C, CoO dapat membentuk larutan padat substilusi dengan ZnO, dengan ion Co berbentuk Co2+. Sebagai konsekuensinya tidak ditemukan peningkatan ukuran butir pada pelet ZnO-CoO meskipun kandungan CoO nya ditingkatkan. (Pengarang) 7 Pembentukan struktur mikro dan kenon-linearan varistor ZnO-TiO2 yang disinter pada suhu 1400 derajat C dan 1540 derajat C. SYARIF, DANI GUSTAMAN; SUKIRMAN, ENGKIR; HIDAYAT, SAEFUL; YAMIN, MOCHAMMAD Prosiding Pertemuan Ilmiah Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Bahan '99, BATAN, Serpong, 19-20 Okt. 1999 Abstrak: Dalam rangka mencari varistor yang efektif, pembentukan struktur mikro sistem biner ZnO-TiO2 pada suhu sinter di bawah dan di atas suhu eutektik dan kenon-linearan varistor tersebut telah dipelajari. Pelet ZnO TiO2 yang disinter baik pada suhu di bawah maupun di atas suhu eutektik (1537 derajat C)memiliki ukuran butir yang makin kecil jika konsentrasi TiO2 bertambah, tetapi mekanisme pembentukannya berbeda. Untuk pelet yang disinter pada suhu di bawah suhu eutektik pengurangan ukuran butir terjadi karena fasa kedua Zn2TiO4 yang menyebar menghambat pertumbuhan butir. Pada penyinteran di atas suhu eutektik terjadi penyinteran fasa cair. Oleh karena itu pengeicilan ukuran butir pada pelet yang disinter di atas suhu eutektik terjadi kemungkinan karena konsentrasi TiO2 yang dipilih telah melewati batas kejenuhan. Di dalam pelet ZnO-TiO2 yang disinter di atas suhu eutektik, fasa cair yang berpenetrasi ke batas butir menghasilkan butir yang cenderung bulat. Sementara itu, kecilnya

50

faktor kenon-linearan kemungkinan karena lapisan batas butir tidak terdistribusi dengan merata dan tebal lapisan batas buir relatif berbeda satu sama lain. (Pengarang) 4 Pengaruh parameter penyinteran terhadap karakteristik E-J ZnO dan varistor ZnO-Bi2O3. SYARIF, DANI GUSTAMAN; HIDAYAT, SAEFUL; SUKIRMAN, ENGKIR PPSM BATAN; HANDAYANI, ARI Prosiding Pertemuan Ilmiah Sains Materi III, BATAN, Serpong, 20-21 Okt. 1998 Abstrak: Pengaruh parameter penyinterain yaitu suhu dan waktu penyinteran (suhu dan waktu sinter)terhadap karakteristik E-J pelet sinter ZnO dan varistor ZnO-Bi2O3 telah dipelajari dengan menganalisis karakteristik E-J dan data struktur mikro pelet ZnO dan ZnO+0,5 persen mol Bi2O3 yang disinter pada suhu 900 derajat C- 11OO derajat C selama 1-4 jam. Hasil analisis memperlihatkan bahwa angkatan suhu sinter dan pertambahan waktu sinter meningkatkan konduktifitas listrik pelet sinter ZnO karena kedua langkah ini meningkatkan derajat penyinteran (degree of sintering)yang memungkinkan konduktifitas listrik (sigma)untuk naik. Namun pengaruh kedua langkah tersebut terhadap faktor kenon-linearan (alfa)tidak terlihat. Sementara itu penambahan Bi2O3 menurunkan konduktifitas listrik, tetapi menaikkan faktor kenon-linearan (alfa)ZnO. Pengaruh kuantitas lapisan batas butir yang dibentuk Bi2O3 terhadap alfa tidak terlihat. (Pengarang) 3 Studi difraksi sinar-X pada varistor ZnO yang didoping Bi2O3 dan disinter pada berbagai suhu. SUKIRMAN, ENGKIR; SYARIF, DANI GUSTAMAN Prosiding Pertemuan Ilmiah Sains Materi III BATAN, Serpong, 20-21 Okt. 1998 Abstrak: Varistor ZnO disintesis melalut proses pertambahan Bi203 dan proses sintering pada 900 derajat C, 1000 derajat C, dan 11000 derajat C. Studi difraksi sinar-x dilakukan pada varistor tersebut. Data difraksi sinar-x diolah dengan metode analisis kualitatif. Hasil anallsis menunjukkan bahwa parameter kisi ZnO: a = 326 A dan c = 522 A. Tidak berubah setelah ditambah sejumlah kecilBi2O3. Ini berarti bahwa selama proses sintering tidak terjadi pelarutan Bi2O3 di dalam matrik ZnO. tetapi malahan terjadi transformasi fasa dari alfa-Bi2O3 menjadi beta-Bi2o3 yang tersegregasi pada batas-batas butir kristal Zno. Keberadaan fasa minoritas beta-Bi2O3 di dalam matrik ZnO dapat diidentifikasi secara kualitatif dengan teknik difraksi sinar-x. (Pengarang) 8 Studi eksperimental pembentukan struktur mikro sistem biner ZnO-Nb2O5 yang disinter pada suhu 100 derajat C - 1400 derajat C. SYARIF, DANI GUSTAMAN; HIDAYAT, SAEFUL; SUKIRMAN, ENGKIR; HANDAYANI, ARI Jurnal Sains dan Teknologi Nuklir Indonesia, 1 (1)2000: 65-81 Abstrak: Dalam rangka mendapatkan varistor yang efektif (sederhana), pada makalah ini pengaruh penambahan Nb2O5 terhadap pembentukan struktur mikro ZnO dan mekanismenya dipelajari secara eksperimental. Studi dilakukan dengan penyinteran pelet ZnO yang ditambahi Nb2O5 sebanyak 0 hingga 1 persen mol pada subu 1100 derajat C- 1400 derajat C di dalam atmosfer udara selama 1 jam dan menganalisis pelet sinter dengan bantuan mikroskop optik dan elektron (SEM)dan difraksi sinar-x. Hasil analisis difraksi sinar-x memperlihatkan bahwa di dalam pelet ZnO-Nb2O5 yang di sinter pada suhu 11OO derajat C-1400 derajat C terdapat fase kedua Zn3Nb2O8. Sementara itu, hasil analisis metalografi memperlibatkan bahwa di bawah suhu 11OO derajat C- 1400 derajat C ukuran butir pelet ZnO-Nb2O5 bertambah dengan penambahan Nb2O5 tetapi mengecil kembali setelah melewati harga konsentrasi tertentu. Dari data ini juga ketahui bahwa pada diagram fase ZnO-Nb2O5 terdapat daerah larutan padat. Pada suhu 1300 derajat C terdapat penyinteran fase cair yang telah mengakibatkan butir cenderung bulat. (Pengarang)

51

6 Studi kristalografi varistor ZnO yang didoping oksida Bi, Al, Nb dan Mn. SUKIRMAN, ENGKIR; SYARIF, DANI GUSTAMAN Jurnal Sains Materi Indonesia, 1 (1)1999: 29-35 Abstrak: Pengaruh doping Bi203, Al203, Nb2O3 dan MnO2 pada kristal varistor ZnO telah dipelajari menggunakan teknik difraksi sinar- X metode analisis Rietveld. Hasil analisis menunjukkan bahwa: 1)pada varistor ZnO+Bi203, ion-ion Bi3+ sama sekali tidak larut padat di dalam kristal ZnO. senyawa Bi2O3 berada di dalam varistor sebagai komposit, 2)pada varistor ZnO+Al2O3, seluruh dopan Al203 larut di dalam padatan ZnO, sehingga seluruh ion Al3+ masuk menggantikan sebagian ion Zn2+ pada struktur kristal varistor tersebut, 3)pada varistor ZnO+Nb2O3, ion-ion Nb5+ sama sekali tidak larut di dalam padatan ZnO, senyawa Nb2O3 berada di dalam varistor sebagai komposit, dan 4)pada varistor ZnO+ Bi203 + MnO2 kedua jenis oksida pendoping (dopan)tersebut berada di dalam varistor juga sebagai komposit. Dari data-data tersebut disimpulkan bahwa Al203 bisa mempertinggi konduktivitas butir, sedangkan Bi2O3, Nb2O3, dan MnO2 berpeluang memperbesar resistansi bahwa butir varistor ZnO. (Pengarang) 1 Studi pengaruh parameter penyinteran terhadap struktur mikro varistor ZnO-Bi2O3 menggunakan SEM. SYARIF, DANI GUSTAMAN; ARIWAHJOEDI, BAMBANG; SUKIRMAN, ENGKIR Prosiding Seminar Nasional Mikroskopi dan Mikroanalisis II BATAN, ISMM, UI, Serpong, 3-4 Agu. 1998 Abstrak: Studi pengaruh suhu dan waktu penyinteran terhadap struktur mikro pelet sinter ZnO murni dan ZnO yang ditambahi 0,5 persen mol Bi2O3 yang disinter pada berbagai suhu antara 900 derajat C dan 1100 derajat C dan berbagai waktu sinter antara 1 dan 4 jam telah dilakukan menggunakan SEM sebagai alat bantu utama. Dari hasil studi diketahui bahwa penambahan Bi2O3 telah memacu pertumbuhan butir pelet sinter ZnO melalui liquid phase sintering. Pengaruh penambahan BiZO3 ini terhadap ukuran butir jauh febih efektif daripada pengaruh penaikan suhu atau penambahan waktu penyinteran. Diketahui pula bahwa material di batas butir yang bertanggung jawab terhadap pemacuan pertumbuhan butir adalah paduan antara ZnO dan Bi,03. Dalam pembuatan varistor jika Bi2O3 diharapkan tetap tinggal di batas butir, maka suhu dan waktu penyinteran serta konsentrasi Bi2O3 harus diatur secara optimal karena peningkatan suhu dan penambahan waktu sinter mengurangi lapisan batas butir. (Pengarang) 5 Studi pengaruh penambahan CoO terhadap struktur mikro dan konduktivitas listrik pelet keramik ZnO. SYARIF, DANI GUSTAMAN; HIDAYAT, SAEFUL Seminar Nasional Kimia V, UGM, Yogyakarta, 8-9 Mar. 1999 Abstrak: Studi pengaruh penambahan CoO terhadap sutruktur mikro dan konduktifitas listrik pelet keramik ZnO telah dilakukan. Studi dilakukan dengan cara menganalisis secara metalografi dan listrik pelet sinter ZnO yang diambil CoO (pelet sinter keramik ZnO-CoO). Pelet sinter ZnO-CoO diperoleh dengan melakukan penyinteran pelet mentah ZnO yang ditambahi CoO dengan konsentrasi bervariasi dari 0 hingga 0,46 derajat C pada suhu 1100 derajat C di dalam atmosfir udara. Analisis metalografi juga dilakukan pada pelet ZnO-CoO yang dianil pada suhu 1100 derajat C selama 15 sampai dengan 48 jam di dalam atmosfir udara. Hasil studi memperlihatkan bahwa penambahan CoO hingga kosentrasi 0,46 persen berat mempercepat partumbuhan butir dan menurunkan konduktifitis listrik pelet keramik ZnO. Patumbuhan butir cepat terjadi akibat ion C02+ yang masuk teroksidasi menjadi ion Co3+ atau Co4- selama penyinteran dan mengbasilkan cacat kristal kekosongan Zn yang dapat mempercepat pertumbuhan butir, namun mekanisme penurunan konduktifitas listrik ZnO

52

karena penambahan CoO belum dapat dijelaskan dengan memuaskan pada penelitian ini. (Pengarang)

ILMU KIMIA DAN PROSES

Bioproses senyawa polifenol glikosida melalui penerapan reaksi transglikosilasi dan biotransformasi kultur suspensi sel teh hijau (Theae sinensis L.)(RUT VI), 1998-2000. JOKO SULISTYO Bogor: Balitbang Mikrobiologi Puslitbang Biologi LIPI 303 2 Analisis enzimatik dan kapasitas transglikosilasi isolat indigenous. SOEKA, YATI SUDARYATI; JOKO SULISTYO Jurnal Mikrobiologi Tropika, 2 (1 2)1999: 38-44 Abstrak: A crude indigenous enzyme with high xylanase (E.C.3.2.1.8)activity was extracted from a 100-ml culture supernatant of a selected isolate from soil. The enzyme was incubated with soluble xylan, cellulose, carboxymethylcellulose (CMC), cellobiose, p-nitrophenyl betaxylopyranoside (PNPX)and p-nitrophenyl beta-glucopyranoside (PNPG), and its activity was measured and compared to commercial enzymes by detecting reducing sugars at interval time of incubation. The indigenous enzyme hydrolyzed soluble xylan as rapidly, as the commercial one, however, it showed much higher activity on a linear cellulose and glycon PNPG, rather than on cellobiose and CMC, where the commercial one even was inactivitated on cellobiose. The degree of hydrolysis of cellulose, xylan, CMC, PNPG, cellobiose and PNPX by indigenous crude enzyme solution were 99.34 persen, 92.88 persen, 82.76 persen, 35 persen, 28.48 persen and 24.36 persen, respectively. While using the commercial ones the degree of hydrolysis on the same substrates were 61.53 persen, 90.38 persen, 45.54 persen, 4.02 persen, 1.67 persen and 2.91 persen, respectively. The isolate was used as enzyme source with very high hydrolytic activity to catalyze transglycosylation reaction from soluble starch to acceptor polyphenols included hvdroquinone, pyrocathecol and resorcinol bv synthesis significantly transfer products. (Pengarang) 9 Antioxidative and antimicrobial activities of enzymatically synthesized polyphenol glucosides. JOKO SULISTYO; SOEKA, YATI SUDARYATI Jurnal Mikrobiologi Tropika, 2001 Abstrak: A strain of indigenous microorganism produced a glucosyl transfer enzyme yielding polyphenol glucosides from polysaccharides. The transfer products synthesized from several aglycones were determined by thin layer chromatography (TLC). In addition, inhibitory effects of polyphenol glucosides against microbial growth, bleaching of beta-carotene and autooxidation acid were also examined. It was suggested that some physical properties of the polyphenol glucoside were improved and may become prodrugs by transglucosylation. (Pengarang) 3 Bioproses enzimatik dan uji hayati aktivitas polifenol glikosida sebagai senyawa antimikroba dan antimelanogenesis. JOKO SULISTYO; SOEKA, YATI SUDARYATI Prosiding Seminar Nasional Kimia Bahan Alam 99, UI, Unesco

53

Abstrak: Penelitian mengenai sifat polifenot teh hijau sebagai senyawa tanin terkondensasi yang memiliki aktivitas sebagai senyawa aktif antimikroba dan antimelanogenesis telah dilakukan. Hanya saja polifenol tersebut bukanlah senyawa yang stabil terhadap pengaruh oksidasi, cahaya dan perubahan kimia yang ditandai dengan terjadinya reaksi pencoklatan, sehingga sintesis polifenol glikosida menjadi panting adanya untuk tujuan pemanfaatan sebagai senyawa aktif alamiah. Telah diketahui bahwa enzim CGT-ase (EC 2.4.1.19)dari Bacillus subtilis JI-2 dan B. megaterium JU-2 dapat mengkatalisis reaksi transglikosilasi pada senyawa turunan polifenol seperti hidrokinon, pirokatekol, resolsinol dan katekin. Pengaruh senyawa polifenol dan polifenol glikosida terhadap aktivitas berbagai biakan mikroba dan enzim tirosinase (EC 1.14.18.1)telah diteliti. Pada kadar 3,0 persen, hidrokinon berpengarah menghambat pertumbuhan seluruh biakan yang diuji, disusul pirokatekol dan resolsinol yang cukup efektif menghambat pertumbuhan mikroba uji, sedangkan katekin dan ekstrak daun teh hijau sangat kurang menunjukkan aktivitas penghambatan. Dibandingkan polifenol bebas, senyawa polifenol glikosida hasil sintesis enzimatik menunjukkan tingkat resistensi yang meningkat tajam terhadap reaksi pencoklatan akibat pengaruh penyinaran. Selain itu, tingkat penghambatan terhadap aktivitas tirosinase juga setara dengan arbutin yang digunakan sebagai polifenol glikosida pembanding. (Pengarang) 7 Enzymatic synthesis of polyphenol glycosides from Indonesian tempeh waste materials. JOKO SULISTYO; DINOTO, ACHMAD; NAKAHARA, KAZUHIKO Proceedings the Third International Soybean Processing and Utilization Conference, The Japanese Society for Food Science and Technology, Japan, 15-20 Okt. 2000 Abstrak: A strain of microorganism isolated from solid waste materials of tempeh produced a glycosyl transfer enzyme yielding polyphenol glycosides from soybean polysaccharides. Transfer products synthesized from several aglycons were determined by HPLC. The inhibitory effect against tyrosinase (from mushroom)and the antioxidative activity against autooxidation of methyl linoleate and bleaching of beta-carotene as well as antimutagenic activity of the polyphenol glycosides on mutagenesis in Salmonella typhirium TA98 which was induced by aflatoxin B1 were examined. It was suggested that the galactosides improved some physical properties and may become prodrugs by transgalactosylation. (Pengarang) 8 Glikosida polifenol teh dan peluang pemanfaatannya sebagai senyawa bioaktif kosmetika. DINOTO, ACHMAD; JOKO SULISTYO; SOEKA, YATI SUDARYATI; HANDAYANI, RINI Seminar Sehari Teh untuk Kesehatan, Pusat Penelitian Teh dan Kina Gambung, Bandung, 17 Okt. 2000 6 Kapasitas antimutagen polifenol glikosida hasil reaksi transglikosilasi mikroba indigen. DINOTO, ACHMAD; JOKO SULISTYO Pertemuan Ilmiah Tahunan 2000, Perhimpunan Mikrobiologi Indonesia Cabang Bali, Denpasar, 27-28 Jun. 2000 Abstrak: Enzymatically synthesized polyphenol glycosides by cyclodextrin glucanotransferase [1,4-alfa-D-glucan 4-alfa-D-(1,4-glukano)-transferase; EC 2.4.1.191]cyclizing CGTase of indigenous bacterial strain exhibited a potent inhibitory activity on mutagenesis induced by aflatoxin B1 in Salmonella typhymurium TA98. In this paper, we report the synthesis of polyphenol glycoside by application of enzymatic transglycosylation of CGTase and their effects on inhibition of mutagen compound. (Pengarang) 4 Mikroba indigen penghasil ensim dengan aktivitas transglikosilasi pada polifenol. JOKO SULISTYO; DINOTO, ACHMAD; CHOLIQ, A.; SOEKA, YATI SUDARYATI

54

Prosiding Seminar Nasional Industri Ensim dan Bioteknologi II, BPPT, Jakarta, 15-16 Feb. 2000 Abstrak: Microorganisms producing glucosyl transfer enzyme to polyphenols were isolated from soil and examined for morphological and biochemical assays. The enzyme (cyclodextrin glucano transferase, CGT-ase, EC 2.4.1.19)catalyze transglycosylation from starch to polyphenol derivatives such as hydroquinone, pirocathecol and resocinol. Considering that polyphenols and their derivatives are of limited use as they degraded easily by light irradiation and oxidized easily in aqueous solution resulting in rapid brown, synthesis of glycosides using polyphenol compounds as acceptors becoming important in their applications for biochemical, pharmaceutical and cosmetic industrial purposes. The CGT-ase of examined strains were Bacillus coagulation DY-11 (120,48 U/ml)and Bacillits polymyxa DY-14 (165,34 U/ml), respectively, exhibited high transglycosylation activities on synthesis of hydroquinone-l-O-betaD-glucopyranosides, pirocathecol-1-0-beta-D-glucopyrano- sides, resoicinol-1-0-beta-Dglucopyranosides and catechin-1-0-beta-D-glucopyranosides in the presence of substrate-starch and some acceptor-polyphenols. This paper reports isolation of enzyme-producing microbial strains with transglycosylation capacity in their application for synthesis of polyphenol glycosides from substrate of soluble starch to polyphenol compounds as their acceptors. (Pengarang) 5 Sintesis enzimatik alfa, beta, gamma-siklodekstrin dan polifenol glikosida oleh enzim CGTase dari mikroba lokal. JOKO SULISTYO; SOEKA, YATI SUDARYATI Pertemuan Ilmiah Tahunan 2000, Perhimpunan Mikrobiologi Indonesia Cabang Bali, Denpasar, 27-28 Jun. 2000 Abstrak: Telah diteliti pengaruh jenis substrat dalam memproduksi alfa, beta, gammasiklodekstrin oleh enzim siklodekstrin glukanotransferase [1,4-alfa-D-glucan 4-alfa-D-(1,4glurano)-transferase, CGTase, EC 2.4.1.19]dari biakan mikroba indigene. Pengujian dilakukan menggunakan standar siklodekstrin murni, standar suplemen, dan produk campuran yang diperoleh sebagai hasil konversi siklodekstrin glikosiltransferase pada pati. Metoda yang dioptimasi cukup bervariasi dalam kisaran pengukuran dan kepekaan relatif terhadap alfa, beta dan gamma-siklodekstrin. Perbedaan spesifisitas berdasarkan pada uji metiljingga, bromokresol hijau, dan fenolftalin secara khusus bermanfaat dalam menganalisis bentuk siklodekstrin tunggal dibanding bentuk campuran. Diketahui bahwa enzim CGTase dari biakan mikroba indigen juga mampu mengkatalisis reaksi transglikosilasi pada senvawa polifenol. antara lain hidrokinon pirokatekol dan resolsinol. Dengan demikian penelitian ini juga bertujuan untuk mensintesis berbagai jenis polifenol glikosida menggunakan enzim hasil inkubasi dengan menumbuhkan biakan pada medium mengandung pati terlarut sebagai bahan penginduksi. (Pengarang)

1 Sintesis polifenol alfa-glikosida oleh CGT-ase secara reaksi transglikosilasi. JOKO SULISTYO; SOEKA, YATI SUDARYATI; KARIM, ADITYA KRISHAR Jurnal Biologi Indonesia, 2 (3)1998: 150-161 Abstrak: Pengujian reaksi transglikosilasi dilakukan menggunakan enzim Siklodekstrin Glukano Transferase (CGT-ase)yang berasal dari beberapa biakan mikroba. Enzim tersebut mampu mengkatalisis baik reaksi hidrolisis maupun reaksi transfer pada saat diinkubasikan dengan substrat-donor pati terlarut. Aktivitas CGT-ase tiga dari lima isolat uji yang berasal dari genus Bacillus, masing-masing Jl-2, J11-1 dan JIl-2, ditentukan dengan kapasitas reaksi transfernya. Enzim CGT-ase komersil yang digunakan sebagai sumber enzim pembanding menunjukkan aktivitas hidrolitik yang sangat tinggi (235 U/ml), dalam mengkatalisis reaksi transglikosilasi dari substrat pati terlarut pada beberapa akseptor polifenol termasuk hidrokinon,

55

pirokatekol, resorsinol dan katekin, serta mensintesis produk transfer secara lebib tinggi dibandingkan dengan menggunakan enzim CGT-ase yang berasal dari isolat-isolat lainnya. Selanjutnya produk transfer dipisahkan menggunakan kolom arang aktif dan dibilas dengan pelarut etanol pada konsentrasi 10-40 persen. (Pengarang)

Biotransformasi asam orto, meta dan para amonobenzoat dengan kultur suspensi sel Solanium mammosum L. (RUT VI), 1998-2000. INDRAYANTO, GUNAWAN; SYAHRANI, ACHMAD Surabaya: Lembaga Penelitian UNAIR 312 1 Biotransformation of o- and p-aminobenzoic acids and N-acetyl p-aminobenzoic acid by cell suspension cultures of Solanum mammosum. SYAHRANI, ACHMAD; RATNASARI, EVI; INDRAYANTO, GUNAWAN; WILKINS, ALISTAIR L. Phytochemistry, 51 1999: 615-620 Abstrak: Some new biotransforniation products, p-aminobenzoic acid 7-0-beta-Dglucopyranosyl ester, N-acetyl p-aminobenzoic acid 7-0-beta-glueopyranosyl ester, oaminobenzoic acid 7-0-beta-D(beta-1,6-0-D-glueopyranosyl)glucopyranosyl ester and oaminobenzoic acid 7-0-beta-D-glucopyranosyl ester were isolated from cell suspension cultures of Solanum mammosum following administration of p- aminobenzoic acid, N-acetyl paminobenzoic acid or o-aminobenzoic acid respectively. N-acetyl p-aminobenzoic acid and Nformyl p-aminobenzoic acid were also identified as cell suspension metabolites of paminobenzoic acid. C 1999 Elsevier Science Ltd. All rights reserved. (Pengarang)

Pemanfaatan sistem enzim bubur pisang amobil pada kalsium alginat untuk proses sakarifikasi pati sagu (RUT VII), 1999-2001. NUGROHO, TITANIA TJANDRAWATI Riau: Lembaga Penelitian UNRI 313 1 Several considerations on the immobilized enzymatic processing of sago starch to reducing sugar syrup. NUGROHO, TITANIA TJANDRAWATI; JOSE, CHRISTINE; WAHYUNINGSIH; PASLUN; SUFIATI; SOEMITRO, SOETIJOSO Proceedings International Sago Seminar: suistainable utilization of sago palm as an alternative source of food and materials for agroindustry in the third millenium, IPB, Bogor, 22-23 Mar. 2000 Abstrak: The enzymatic production of reducing sugar syrup from sago starch requires several steps involving liquefaction of the starch, clarification of the liquefied starch and saccharification of the liquefied starch. This paper presents the results, including the use of immobilized enzyme systems, as an attempt to improve these processes. The liquefaction of sago starch to produce dectrin and mattodex-trin is greatly aided by high temperatures. This presents a problem considering the use of enzymes, without any use of high concentrations of acids, which can be overcome by the use of alfa-aniylase from B. lichentformis that is stable at temperatures of 90 derajat C. A maximum dextrose equivalent (D.E.)of 20.4 persen was obtained after 30 minutes at 90 derajat C followed by 90 minutes of incubation at 85 derajat C, in a mixture containing 40 persen (b/v)sago starch and B. licheniformis alfa-amylase. The use of 20 persen activated carbon was enough to remove the enzyme and clarify the dextrin and mallodextrin product for further processing. Processing of gelatinized sogo starch at relatively

56

low temperatures (30 derajat C)by using crude alfa-amylase immobilized by adsorption on activated carbon or trapped in Calcium alginate was also explored. Performance of the immobilized enzyme system measurements were measured based on KM and VM of the systems compared to the free enzyme. The Ca-alginate immobilized on activated carbon gave poor performance with a VM of only 0.03 persen of the free enzyme VM. The Ca-alginate immobilized enzyme gave good performance with a VM that way still 75.3 persen of free enziyme VM, compensated by a KM that was highly improved compared to free enzyme. Immobilized enzymes would give the advantage of repeated use of the enzyme, with repeated calculation of at least four times for the enzyme immobilized on Ca-alginate. (Pengarang)

Pembuatan filer penguat barang karet dari limbah industri kayu dengan proses kimia thermal cracking (RUT VI), 1998-2000. SUPRANTO; TRANGGONO; HERMINIWATI Yogyakarta: Fakultas Teknik UGM 314 16 Pemanfaatan limbah kayu keruing sebagai filler karet ban dalam kendaraan bermotor. HEMINIWATI; SUPRANTO; SUHARDI Prosiding Seminar Nasional "Kejuangan" Teknik Kimia, Yogyakarta, 30-31 Jun. 2001 Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk memanfaatkan limbah kayu keruing sebagai filler karet pada pembuatan ban dalam kendaraan bermotor roda dua. Indonesia merupakan penghasil kayu nomor satu di dunia dengan jumlah produksi ekspor sekitar 35 juta meter kubik pertahun. Dalam proses pengolahan kayu, hanya sekitar 60 persen dari komoditi kayu diolah menjadi produk, sedang limbah sisa kayu dan serbuk gergajian mencapai 40 persen. Limbah kayu mempunyai potensi dimanfaatkan sebagai filler karet untuk substitusi carbon black. Proses pembuatan filler dilakukan melalui karbonisasi pada suhu 500 derajat celsius selama 1 jam. Selanjutnya arang aktif yang dihasilkan digiling dan diayak dengan saringan 400 mesh menjadi filler. Filler hasil diterapkan untuk pembuatan ban dalam kendaraan bermotor roda dua dan diuji sifat-sifatnya menurut SNI 06-1542-1989. Hasil penelitian menunjukkan bahwa filler limbah kayu mempunyai potensi mensubstitusi carbon black dalam sifat tegangan putus, perpanjangan putus, modulus 300 persen bobot jenis, kekerasan, dan perpanjangan tetap. 19 Pembuatan filler penguat barang karet dari limbah industri kayu dengan proses kimia thermal cracking, bagian I: rancangan diagram alir proses. SUPRANTO; TRANGGONO; HERMINIWATI Abstrak: Recently, Indonesia net earning from oil export are declining. this condition should be antisipated, by developing the industries which have strong base in Indonesia, such as wood industries. Indonesia is the world number one in wood production. The development of industries is certainly increasing national revenue. However, unwanted waste would also be formed following the industries development. At example of this problem is the side product of solid waste in wood processing. There are only about 60 per cent of wood would be converted to the end product, with some of 30 per cent are converted to solid waste. This organic solid waste need to be handled or converted to some more useful product such as carbon rubber filler. Attemp to develop technology of converting organic solid waste i.e. natural rubber, plastic, municipal waste, and some kinds of wood, utilizing thermal cracking process, to chemicals, raw fuel oil and liquid smoke, has been published. However, until recently, technology in converting solid waste of wood industries to carbon rubber filler and the design of its full flow process has not been found in literature. A further study have been carried out to design the full process of the carbon rubber filler production from the solid waste of wood industries. The result is

57

presented here. The carbon rubber fuller was produced from the solid waste of wood industries utilizing two fundamental steps, those are the thermal cracking and activation processes. 20 Pembuatan filler penguat barang karet dari limbah industri kayu dengan proses kimia thermal cracking, bagian II: proses kimia thermal cracking kayu kruing. SUPRANTO; TRANGGONO; SUHARDI; HERMINIWATI Abstrak: Indonesia is the world number one in wood production. The development of wood industries is certainly increasing national renevue. However, unwanted waste would also be formed following the industries development. An example of this problem is the side product solid waste in wood processing. Only about 60 per cent of wood is converted to end product, with some of 30 per cent of the rest is converted to organic solid waste. This organic solid waste need to be handled or converted to some more useful product such as carbon rubber filler. An experimental study have been carried out to convert the solid waste of wood industries (kruing wood)to carbon rubber filler by a thermal cracking process. The thermal cracking processes of kruing wood were done in a reactor equipped with heater and temperature controller. The condensable gases formed were condensed and collected as the liquid product. The carbon solid material left in the reactor were counted as the solid carbon product. The uncondensable gases were counted as the product gas. The temperature reactor were varied from 523 to 723 K, and the resident time of the material processes were varied from 1 to 3 hours. The result of the experimental showed that the amount of the product (solid carbon liquid and gas)were influenced by the thermal cracking process conditions. The mechanism of the thermal cracking process can be grouped as a first order reaction. The optimal thermal cracking conditions were the cracking temperature of 623 K and the rection time of 90 minutes. 21 Pembuatan filler penguat barang karet dari limbah industri kayu dengan proses kimia thermal cracking, bagian III: proses aktivasi arang karbon hasil proses thermal cracking kayu kruing. SUPRANTO; TRANGGONO; SUHARDI; DARMADJI, PURNOMO; HERMINIWATI Abstrak: The development of wood industries is certainly increasing national revenue. However, unwanted waste would also be formed following the industries development. An example of this problem is the side product of solid waste in wood procressing. Only about 60 per cent of wood is converted to end product, with some of 30 per cent of the rest is converted to organic solid waste. This research was conducted to produce active carbon from kruing wood as the raw material for producing the active carbon filler for rubber goods. An experimental study have been carried out to convert the solid waste of wood industries (kruing wood)to carbon rubber filler by a thermal cracking process, following by the activation process. The thermal cracking processes of kruing wood were done in a reactor equipped with heater and temperature controller. The condensable gases formed were condensed and collected as the liquid product. The carbon solid material left in the reactor were counted as the solid carbon product. The optimal cracking process conditions were taken from literature, which were the cracking temperature was 623 K, and the resident time of cracking process was 90 minutes. The process of activation was done at 353 K, with various of length of activation time, ranging from 0, 8, 12, 16, 20, to 24 hours. The activation agents used were halida mineral of salt: NaCl, NaBr, and NaF, with concentration of 0.5 N, 1.0 N, and 1.5 N. The process was proceeded by reheating the solid carbon in a temperature controlled reactor at 723 K for 2 hours. The quality of the final products were identified by the Iod number. The result of the experimental showed that the optimum condition based on the optimum gain in the Iod number of the carbon filler product, were consecutively by using of 1.0 N NaBr with the activation time of about 12 hours, by using of 1.5 N NaCl with the activation time of about 16 hours and by using of 0.5 n NaF with the activation time of about 20 hours. The empirical correlation between the gain in the Iod

58

number and the activation process conditions were formulated mathematically and represented graphically. 18 Proses thermal cracking kayu bengkirai pada pembuatan filer untuk karet dari limbah industri kayu. SUPRANTO; TRANGGONO; SUHARDI; HERMINIWATI Abstrak: Indonesia merupakan penghasil kayu nomor satu di dunia. Pengembangan industri kayu di Indonesia secara pasti dapat meningkatkan pendapatan negara. Namun, Limbah yang tidak diinginkan selalu terbentuk, sejalan dengan pengembangan industri. Misalnya dalam proses pengolahan kayu, hanya sekitar 60 persen kamyu menjadi hasil akhir, dengan limbah sisa kayu dan serbuk gergajian mencapai jumlah sekitar 30 persen. Limbah organik ini perlu ditangani, misalnya dengan mengolahnya menjadi filer untuk karet. Studi eksperimental untuk mengolah limbah industri kayu (kayu bengkirai)menjadi filer untuk karet dengan proses thermal cracking telah dilakukan. Proses thermal cracking kayu bengkirai dilakukan dalam reaktor yang dilengkapi dengan pemanas dan pengendali suhu. Gas yang terbentuk diembunkan dan dikumpulkan sebagai hasil cair. Arang karbon padat yang tertinggal dalam reaktor dipungut sebagai hasil padat. Gas yang tidak dapat terembunkan dihitung sebagai hasil gas. Suhu reaktor divariasikan dari 523 sampai 723 K, dan waktu tinggal bahan dalam proses divariasikan antara 60 sampai 180 menit. Haasil eksperimen menunjukkan bahwa hasil thermal cracking dipengaruhi oleh kondisi proses thermal cracking. Mekanisme proses thermal cracking dapat dikelompokkan sebagai reaksi orde satu. Kondisi optimal proses thermal cracking adalah suhu 623 K dan waktu reaksi 90 menit.

17 Proses thermal cracking kayu kamper pada pembuatan filer untuk karet dari limbah industri kayu. SUPRANTO; SUHARDI; TRANGGONO; HERMINIWATI Abstrak: Indonesia is the world number one in wood production. The development of wood industries is centainly increasing national revenue. However, unwanted waste would also be formed following the industries development. At example of this problem is the side product of solid waste in wood processing. Only about 60 per cent of wood is converted to end product, with some of 30 per cent of the rest is converted to organic solid waste. This organic solid waste need to be handled or converted to some more useful product such as carbon rubber filler. An experimental study have been carried out to convert to solid waste of wood industries (kamper wood)to carbon rubber filler by a thermal cracking process. The thermal cracking processes of kamper wood were done in a reactor equipped with heater and temperature controller. The condensable gases formed were condensed and collected as the liquid product. The carbon solid material left in the reactor were counted as the solid carbon product. The uncondensable gases were counted as the product gas. The temperature reactor were varied from 523 to 723 K, and the resident time of the material processes were varied from 60 to 180 minutes. The result of the experimental showed that the amount of the products (solid carbon, liquid and gas)were influenced by the thermal cracking process conditions. The mechanism of the thermal cfacking process can be grouped as a first order reaction. The optimal thermal cracking conditions were the cracking temperature of 623 K and the reaction time of 90 minutes.

Pembuatan filer penguat barang karet dari limbah industri kayu dengan proses kimia thermalcracking (RUT VI), 1998-2000. SUPRANTO; TANGGONO; HERMINIWATI Yogyakarta: Fakultas Teknik UGM 320

59

12 Optimasi pembuatan arang aktif dari limbah kayu keruing sebagai filler barang karet. DARMADJI, PURNAMA; SUHARDI; SUPRANTO; HERMINIWATI; ZULHAIRI, ROFIQ RIZQI Prosiding Seminar Nasional Teknologi Pangan dan Gizi, Perhimpunan Ahli Teknologi Pangan Indonesia, Yogyakarta, 15 Des. 1998 Abstrak: Telah dilakukan penelitian pembuatan karbon aktif dari jenis kayu keruing sebagai bahan dasar pembuatan filer barang karet. Pembuatan karbon aktif ini dilakukan dengan proses karbonisasi kayu keruing yaitu dengan cara memanaskan dalam reaktor pirosila pada suhu 250 derajat celsius, 300 derajat celsius, 350 derajat celsius, 400 derajat celsius, dan 450 derajat celsius selama waktu 1; 1,5; 2, 2,5; dan 3 jam. Proses aktivasi dilakukan dengan cara perendaman arang hasil karbonisasi dalam larutan garam halida NaCl, NaBr dan NaF dengan masing-masing konsentrasi 0,5; 1,0 dan 1,5 N, dengan variasi lama perendaman 8; 12; 16; 20 dan 24 jam. Setelah perendaman dilakukan pemanasan pada 450 derajat celsius selama 2 jam. Serbuk yang lolos 200 mesh dianalisa dan kualitas karbon aktif ditentukan dengan karakterisasi yang meliputi: rendemen, porositas, berat jenis, kekerasan, serta surface area dengan didukung oleh data kadar air, kadar abu dan kadar arang terhadap kayu maupun karbonnya sendiri. Hasil penelitian menunjukkan bahwa arang yang paling mudah untuk diserbukkan dihasilkan pada pemanasan 450 derajat celsius selama 1,5 jam. Waktu dan suhu optimum untuk proses karbonisasi adalah 400 derajat celsius selam 1 jam, mengingat kualitas karbon yang dihasilkan serta mempertimbangkan suhu tidak bisa dipacu. Sedangkan aktivitas terbaik berturut-turut adalah NaCl, NaF, dan NaBr, dilihat dari besarnya daya serap terhadap iod. 14 Proses pembuatan filer karet olahan limbah kayu kamper. SUPRANTO Prosiding Seminar Teknik Kimia Soehadi Reksowardojo, Jurusan Teknik Kimia dan Himpunan Mahasiswa Teknik Kimia ITB, Bandung, 3-4 Nov. 2000 Abstrak: Indonesia merupakan penghasil karet alam nomor dua di dunia.Dalam pembuatan barang karet diperlukan filer berupa carbon black 50 per sen berat karet mentah. Carbon black dibuat dari senyawahidrokarbon minyak bumi dengan proses pembakaran parsial dan thermal cracking. Kebutuhan carbon black untuk industri karet Indonesia sampai sekarang masih diimpor. Indonesia merupakan penghasil kayu nomor satu di dunia. Dalam proses pengolahan kayu, hanya sekitar 60 persen kayu menjadi hasil akhir, dengan limbah sisa kayu mencapai jumlah sekitar 30 persen. Limbah organik padat ini perlu dikelola atau diolah menjadi bahan yang lebih bermanfaat, misalnya sebagai filer untuk karet. Percobaan pengolahan limbah kayu kamper menjadi filer barang karet dilakukan dengan proses thermal cracking. Proses thermal cracking dilakukan pada suatu reaktor tabung yang dilengkapi dengan sistem pemanas listrik dan kodensor produk gas. Sebagai produk gas terkondensasi dan ditampung sebagai hasil cair. Material padat yang tertinggi dalam reaktor dicatat sebagai hasil padat. Gas yang tidak terkondensasi dicatat sebagai hasil gas. Suhu proses divariasi antara 523 sampai 723 K dan waktu reaksi divariasikan dari 60 sampai 180 menit. Produk padat proses thermal cracking kemudian dihaluskan sampai lolos 400 mesh, dihasilkan filer olahan kayu kamper. Filer olahan kayu kamper ini kemudian digunakan sebagai filer pada pembuatan vulkanisat menggantikan carbon black. Hasil penelitian menunjukkan bahwa suhu 673 K dan waktu 90 menit merupakan kondisi proses yang relatif baik untuk thermal cracking. Pada kondisi proses ini produk karbon yang dihasilkan sebanyak sekitar 30 persen dengan kadar sisa kayu mendekati nol persen. Uji aplikasi filer olahan kayu kamper pada pembuatan karet menunjukkan bahwa filer olahan kayu kamper dapat dipakai sebagai subsituen carbon black. Formula kompon dengan filer olahan kayu kayu kamper sebanyak 60 phr (per hundred rubber)dapat menghasilkan vulkanisat karet dengan sifat mekanik: tegangan putus, perpanjangan putus, perpanjangan tetap, kekerasan, dan bobt jenis memenuhi syarat karet sol sepatu umum standar SNI 12-0172-1987.

60

11 Rancangan proses pengolahan limbah organik padat menjadi filer untuk karet. SUPRANTO; TRANGGONO; SUHARDI; DARMADJI, PURNOMO; TAHER, IQBAL; HERMINIWATI Manusia dan Lingkungan, 5 (14)1998: 37-50 Abstrak: Tahun-tahun akhir ini, pendapatan bersih Indonesia dari ekspor minyak bumi terus menurun. Keadaan ini perlu diantisipasi dengan pengembangan berbagai industri yang mempunyai landasan kuat di Indonesia, misalnya industri kayu. Indonesia merupakan penghasil kayu nomor satu di dunia. Pengembangan industri di Indonesia secara pasti dapat meningkatkan pendapatan negara. Namun, limbah yang tidak diinginkan selalu terbentuk sejalan dengan pengembangan industri. Misalnya dalam proses pengolahan kayu, hanya sekitar 60 persen kayu menjadi hasil akhir, dengan limbah sisa kayu dan serbuk gergajian mencapai jumlah sekitar 30 persen. Limbah organik ini perlu ditangani, misalnya dengan mengolahnya menjadi filer untuk karet. Beberapa usaha pengembangan teknologi pengolahan bahan organik seperti karet alam, plastik, sampah kota dan berbagai jenis kayu dengan proses thermal cracking menjadi bahan kimia, bahan bakar cair maupun asap cair, telah dipublikasi. Namun sampai dewasa ini, rancangan lengkap proses pengolahannya menjadi karbon filer untuk karet belum dapat ditemukan di pustaka. Suatu studi lebih mendalam telah dilakukan untuk merancang diagram alir lengkap proses produksi karbon filer untuk karet dari limbah organik padat. Hasil rancangan disampaikan dalam makalah ini. Karbon filer untuk karet diproduksi dari limbah organik dengan dua tahapan proses pokok, yaitu proses thermal cracking dan aktivasi. 13 Sifat filler kayu keruing terhadap vulkanisat karet. HERMINIWATI; SARENGAT, NURSAMSI; DARMADJI, PURNOMO; MEIDRIANTO, WIDYA Majalah Barang Kulit, Karet dan Plastik, 15 (2)1999: 13-23 Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sifat filler karu keruing dalam aplikasinya pada vulkanisat karet sol sepatu. Untuk mengetahui kesesuaiannya sebagai filler barang karet, maka filler kayu keruing diteliti sifat-sifatnya dengan pembanding carbon black N330. Filler kayu keruing dibuat melalui proses karbonisasi pada suhu 450 derajat celsius selama 1 jam dan proses aktivasi dengan NaCl 4 persen selam 24 jam diikuti dengan pirolisis pada suhu 500 derajat celsius selama 1 jam. Filler digiling dan diayak dengan ayakan 400 mesh. Formula standar kompon dibuat berdasar ASTM D 3192 dalam berbagai variasi kadar filler kayu keruing dan carbon black N330 secara sendiri maupun kombinasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan filler kayu keruing sebesar 30 sampai dengan 70 phr dapat memenuhi 75 persen persyaratan SNI 12-0172-1987: Sepatu kanvas untuk umum, sedangkan penggunaan carbon black N330 sebesar 30 sampai dengan 70 phr dapat memenuhi 87,5 persen persyaratan SNI 12-0172-1987. Kombinasinya dengan carbon black menunjukkan bahwa filler kayu keruing dapat mensubstitusi carbon black antara 25 sampai dengan 57 phr.

Pembuatan filer penguat barang karet dari limbah industri kayu dengan proses kimia thermalcraking (RUT VI), 1998-2000. SUPRANTO; TANGGONO; HERMINIWATI Yogyakarta: Fakultas Teknik UGM 324 SUPRANTO; TRANGGONO; SUHARDI Prosiding Seminar Nasional Fundamental Aplikasi Teknik Kimia 2000, Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industri ITS, Surabaya, 15-16 Nov. 2000

61

Abstrak: Indonesia is the world number two in natural rubber production. In the rubber process production carbon black is needed as the filler, as much as 50 percen of the raw rubber compound. Carbon black is produced by incomlete burning or by thermal cracking of hydrocarbons such as petroleum. Up to now, carbon black for Indonesia rubber industries is imported. Indonesia is the world number one in wood production. In wood processing, only about 60 percen of wood is converted to end product, with some of 30 percenof the rest is converted to organic solid waste. This organic solid waste needs to be handled or converted to some more useful products such as carbon rubber filler. An experimental study has been carried out to convert the solid waste of wood industries (kruing wood)to carbon rubber filler by thermal cracking process. The thermal cracking processes of kruing wood were done in a reactor equipped with heater and temperature controller. The condensable gases formed were condensed and collected as the liquid product. The carbon and solid meterial left in the reactor were counted as the solid product. The uncondensable gases were counted as the product gas. The temperetures of the reactor were varied from 523 to 723 K, and the resident time of the material processes were varied from 60 to 180 minutes. The solid product of thermal cracking process was powdered to 400 mesh size, producing the kruing filler product. This kruing filler product was used as the substitute of carbon black in the rubber compound processing. The result of the experiment showed that the temperature of 623 K and resident time of 90 minutes were realtively the best processcondition. At these process conditions, the carbon product formed was about 30 percen of the wood raw, with the wood contain in solid product was close to nol per cent. The application test of the kruing filler product in the rubber processing showed that the kruing filler product can be used as substitute of carbon black. The rubber compound with the kruing filler product of 60 phr (per hundred rubber)produced rubber vulcanization with the physical and mechanical properties: tensile strength, elongation at break, permanent set, hardness, and density met closely to the properties of rubber vulcanizate for general purpose shoes sole SNI 12-01-0172-1987.

Pembuatan konsentrat flavor alami buah-buahan Indonesia (RUT II), 1994-1997. BUDIJANTO, SLAMET; APRIYANTONO, ANTON; WIJAYA, HANNY; SYARIF, ATJENG M.; AHZA, ADIL BASUKI; ANTARA, NGAKAN TIMUR Bogor: Fakultas Teknologi Pertanian IPB 325 6 Characterisation and identification of flavour of durian (Durio zibethinus Murr.)fruit using GC, GC-MS and GC-olfactometry. APRIYANTO, ANTON; SEPTIANA, ENI E. Eurofood Chemistry VIII, Wina, Sep. 1995

8 Ekstraksi dan karatkerisasi sifat fisiko-kimia minyak kulit jeruk pontianak (Citrus nobilis var. microcarpa). APRIYANTONO, ANTON; NUGROHO, STEFANUS AGUNG Abstrak: Pontianak citrus (Citrus nobilis' var. microcarpa)is one of many Citrus varieties in Indonesia. This citrus has specific and unique flavor from its peel oil. Pontianak citrus peel oil was extracted by cold press and distilation methods (steam and steam-water distilation). Cold press yielded less peel oil (0.65 persen)than distilation (steam distilation 0.72 persen and steamwater distilation 0.80 persen), but it yelded oil with better sensory quality than distilation methods. Physicochemical properties of the oils were analized, included: specific gravity, refractive index, solubility in alcohol, evaporation residue, acid value and aldehyde contents. Specific gravity and evaporation residue of cold pressed oil were 0.8493 and 2.64, and distiled

62

oil were 0.8439 and 0.47. Those values meant cold pressed oil contained componets with high molecule weight more than distiled oil. Refractive indexes of cold pressed oil and distilation oil were 1.4741 and 1.4723, acid values were 0.14 both and aldehyde content were 0.13 and 0.17. Those oils were soluble in 85 persen alcohol in 8 volume both, and in 95 persen alcohol in 2.5 volume for cold pressed oil and 1.5 distiled oil. (Pengarang) 9 Ekstraksi komponen flavor cempedak (Artocarpus integer var. integer). UTAMA, IRWAN; WIJAYA, HANNY; ANTARA, NGAKAN TIMUR Abstrak: Cempedak, which is one of Indonesian unique tropical fruit, s a strong characteristic aroma that reminescent of durian and jackfruit. Considering of its unique aroma, there is a demand to know what kind of extraction is suitable to get cempedak aroma. Keeping cempedak pulp at 150 derajan can save the aroma better then t 25 derajat C. Dichlorometane is the most suitable solvent to extract cempedak's aroma and maceration is the best method. It is only than need 5 minute to stirr the pulp that immersing in dichlorometane, ban its keep on the cold room (28 derajat C)for 1/2 day. Threshold limit value 1.633 x 10-4. Aplication flavor extract n the simulated soft drink is acceptable by panels. identification using GC-MS only can predict 3-hydroxy-2-butanone, 3-methvl-l- butanol and 2,5-dimethyl-4-hydroxy-2(3H)furanone. (Pengarang) 2 Exploration on exotic tropical fruit flavour: optimisation of cempedak (Artocarpus integer (Thunb.)Merr.)flavour extraction. WIJAYA, HANNY; ANTARA, NGKAN TIMUR; UTAMA, IRWAN; SURYANI, EVI; APRIYANTONO, ANTON United Kingdom of Flavor Research Consortium Seminar, Glasgow, Jul. 1996 10 Pembuatan konsentrat flavor alam jambu biji (Psidium guajava, LINN). AJIE, FIRMAN BAYU; APRIYANTO, ANTON; BUDIJANTO, SLAMET Abstrak: Buah jambu biji merupakan hasil tanaman hortikultura yang dapat dijumpai sepanjang tahun dengan puncak musim panen dua kali, yaitu musim pertama pada bulan Februari sampai April dan musim kedua pada bulan September sampai Oktober. Produksi jambu biji pada tahun 1993 sebesar 197.234 ton (BPS, 1993)dengan sentra produksi terbesar di pulau Jawa sebesar 163.646 ton. Di Indonesia jambu biji banyak dikonsumsi dalam bentuk segar, selain itu jambu biji banyak dimanfaatkan untuk bahan baku pembuatan nektar, jam, jelly, dodol, manisan buah (Suyanthi, 1999). Untuk menangani kelebihan hasil panen pada puncak panen jambu biji dapat diolah menjadi produk-produk olahan lain karena jambu biji mudah mengalami kerusakan mekanis, khemis maupun mikrobiologis (Takiyah, 1992)Wilson dan Show (1978)dalam Morton dan Macleod (1982)menyatakan bahwa beta-karyopillen berperan penting dalam pembentukan aroma jambu biji Macleod dan De Troconis (1982)dalam Morton dan Macleod (1982)menyatakan bahwa selain beta-karyopillen, ada 40 jenis senyawa volatil yang berhasil diidentifikasi yang juga berperanan dalam pembentukan aroma jambu biji antara lain 2-metilpropil asetat, heksil asetat, dan benzaldehid. Steven et al. (1970)menyatakan bahwa beta-ionon berkontribusi pada puree jambu biji, dan juta beberapa senyawa aromatik yang berperanan dalam embentukan aroma jambu biji yang menyenangkan seperti metil benzoat, 2-phenetil asetat, metil sinamat, dan sinnamil asetat Sinanumi asetat merupakan senyawa yang paling banyak berperan dalam aroma jambu biji. Tujuan penelitian ini adalah optimasi pembuatan konsentrat jambu biji (Psidium guajava L.)dalam bentuk konsetnrat jus, tincture, dan enkapsulasi serta retensi komponen volatil jambu biji. (Pengarang) 3 Pembuatan konsentrat flavor alami kulit dan hati nenas subang (Ananas comosus, L. Merr.). APRIYANTONO, ANTON; BUDIJANTO, SLAMET; YUNANTO, ARIS

63

Abstrak: Pineapple (Ananas comosus, L. Merr.)is a tropical fruit which developed in fruits caming industries. This general aim of this research is to obtained the natural flavour concentrate from the core and peel of pineapple which has the same as the fresh fruit where as the particular aim is to study the effect of production methods toward the aroma of pineapple concentrate. The production methods of this natural flavour concentrate are evaporating by vacuum evaporator and spray dried by maltodekstrin and arabic gum as added materials. The best condition of evaporating is at 40 derajat C during 2 hours and 70 cmHg pressure gange. Spray dired done with comparison of maltodekstrin and arabic gum is 1:1 30 persen quantity of added materials. (Pengarang)

4 Pembuatan konsentrat flavor alami kweni (Mangivera odorata Griff). MUCHTADI, TIEN; WIJAYA, HANNY; TRI SETIAWATI Bul Tek dan Industri Pangan, 5 (3)1994: 50-53 Abstrak: Kweni (Mangifera odorata Griff)is akind of manggo whic has specific and strong aroma. The general aim of this research is to obtained the natural flaor concentrace which has the same as the fresh fruit where as the particular aim is to study the effect of extraction methods and conditions toward the aroma of kweni extract. The aroma of pulp and peel extract gave the values which have no significant differences if they are extracted with the same method. The maceration method with dietyl eter solvent gave the best result comparing wihother methods. The extraction length and amount of solvent gave no significant differences to the extract vielded from the pulp whereas in the extract of the peel. The longer the extraction time will gave undescrible value. The extract of kweni peel has stronger aroma then the extract of kweni pulp. (Pengarang) 11 Pembuatan perisa dari ekstrak flavor alami cempedak (Artocarpus integer var. integer). SURYANI, EVI; WIJAYA, HANNY; APRIYANTONO, ANTON; BUDIJANTO, SLAMET Abstrak: The objective of this research is to study the optimum process to produce cempedak flavouring as tincutre and encapsulation product. Optimum cempedak tincture is performed by using ethanol at 50 persen concentration and proportion of cempedak flesh and solvent at 1:1. While propylene glycol iv used at 100 persen concentration and the proportion of cempedak flesh and solvent is 1:2. Each gives a slight different characteristics of cempedak aroma. The threshold value of the tinctures (ethanol and propylene glycol)dissolved in sugar syrup are 1.225 x 10-3 and 4.725 x 10-3 respectively. The encapsulation product is produced by using ethanol tincture mixed with gum arbic and maltodextrin (1:1)at 35 persen concentration (persen/w/w tincture). The spray drier condition is justed to inlet temperature 170 derajat C, outlet temperature 90 derajat C with-flow rate 10 ml/min. (Pengarang) 7 Pembuatan perisa dari ekstrak flavor alami kweni (Mangifera odorata Griff). TJEAUW, MAY; WIJAYA, HANNY; APRIYANTONO, ANTON; BUDIJANTONO, SLAMET Abstrak: Optimation of producing flavouring from kweni as tincture and encapsulation product was studied. It was compered propilen glycol and ethanol to produce kweni tincture. The optimum condition to produce kweni tincture by ethanol and propillen glicol solvent, using concentration 90 persen and 100 persen with proportion of kweni flesh to solvent 2:2 and 2:3, respectively. To produce flavouring powder was used ethanol kweni tincture with filler guar gum and malto dextrin (1:1)in the concentration of 30 persen total solid. Condition optimum spray drying is inlet temperature 120 derajat C, out let temperature 90 derajat C with flow rate 12 ml/min. (Pengarang)

64

1 Preparation and analysis of flavour of durian concrete. APRIYANTONO, ANTON; BUDIJANTO, SLAMET; AZHAR, ELFIZAL International Conference on Tropical Fruit, MARDI, Kuala Lumpur, Jul. 1996 Abstrak: Durian is a tropical fruit which possesses a specific and unique flavour. However, production of durian is not available throughout the year. Therefore, it is advantage able to produce a flavour concentrate of durian. The present study was aimed to develope a process to produce a natural durian flavour concentrate in the form of concrete. Optimisation of production of durian concentrate was done in two steps, i.e, maceration and evaporation process. For extracting durian flavour using maceration process at a temperature of 4-8 derajta C, dichloromethane was the solvent of choice, since it gave an extract with a more resemble flavor of fresh durian compared to that of diethyl ether or isopropanol. The optimum time for the maceration process was 2 hours and the optimum ratio of solvent and durian flesh was 3:1. Durian flavour is very sensitive to heat, therefore, evaporation of the dichcloromethane extract was done at low temperature and reduced pressure. The optimum reduced pressure used at temperature of 40 derajat C for the preparation of the durian concrete (using 574.2 g of durian flesh and the ratio of solvent and dudan flesh was 2: 1)was obtained by using a gradient, i.e, 51, 31, 8 and 1 cmHg for 15, 15, 30 and 20 min, respectively. The yield of the concrete obtained was 0.31 persen and the residual solvent was not detected. The concrete produced had an aroma recognition threshold of l x 10 -4 (v/v). GC-MS analyses showed that major volatile compounds of durian concrete were the same as those of fresh durian. However, the quantity of some volatiles were decreased compared to that of fresh durian, e.g. 3-hydroxy-l-butanone, 3,4dimethyl-2-hexanol, and ethyl 2-methylbutanoate. The quantity of some volatile compounds of the concrete were larger compared to those present in fresh durian, e.g., diethyl ethanthiol disulfide, ethyl propyl disulfide and cis-11-tetradecane-l-ol. Several volatile compounds of fresh durian were not found in the concrete, they were 2,3-butanediol, cis-7-dodecanthiol and 2methyl-2-undecanthiol, whereas the quantity of ethyl 3-hydroxybutanoate, cis-3,5- dimethyl trithiolane and trans-2-tridecen-l-ol present in the concrete were relatively the same as those present in fresh durian. (Pengarang) 5 Volatile composition and physicochemical properties of pontianak tangerine (Citrus nobilis var. microcarpa)peel oil. NUGROHO, STEFANUS AGUNG; APRIYANTONO, ANTON United Kingdom of Flavor Research Consortium Seminar, Glasgow, Agu. 1995

Produksi enziim pemecah pati (RUT I-IV), 1993-1996. SOEMITRO, SOETIJOSO Bandung: PAU Bioteknologi ITB 336 1 Amylase of Endomycopsis fibuligera R64 and glucose isomerase of Streptomyces sp. Sr24 for high fructose syrup production. SOEMITRO, SOETIJOSO; SINDUMARTA, MULIAWATI; SASTRAMIHARDJA, IBRAHIM 3rd Asean Science and Technology Week, Asean Committee on Science and Technology (COST), National Science and Technology Board (NSTB), Singapore, 17-24 Sep. 1992 Abstrak: Endomycopsis fibuligera R64 produces an extracellular soluble amylase which can be purified 18-fold from the culture filtrate in 14 persen yield by fractionation with ammonium sulfate, followed by chromatography on DEAE-cellulose. Streptomyces sp. Sr24 produces an intracellular soluble glucose isomerase which can be purified 37-fold from cell-free extract in 43 persen yield by fractionation with ammonium sulfate, followed by chromatography on DEAE-cellulose. Both strains were selected from 136 isolates of different region in Indonesia which chosen due to their high amylolytic activity. Using cell or enzyme immobilized

65

techniques, both amylase and glucose isomerase were immobilized and studied for the production of high-fructose syrup from sago starch. (Pengarang)

Rekayasa untuk mengurangi hambatan reaksi kimia dalam sistem reaksi polifasa pada industri kimia (RUT V), 1997-2000. SUPRAPTO; DJOKO HARTANTO; ALTWAY, ALI Surabaya: Institut Teknologi Sepuluh Nopember 337 3 Agitation and mass trasfer aspect in poliphase reactor performance. SUPRAPTO; ALTWAY, ALI; PURWANTO W. International Conference on Mixing and Crystallization, Universiti Malaya, Malaysia, 22-25 Apr. 1998 Abstrak: The performance of gas-liquid agitated reactor where two substances in different phases react is beneficial to be studied. The effect of important performance parameters has to be evaluated. In relation with gas-liquid reactor, mass transfer from gas phase to liquid phase is becoming one of the problems to be considered because the reaction can not be running well if the mass transfer resistance is present. This is the reason why the determination and measurement of liquid phase mass transfer coefficient using dynamic method is studied in this research. The effect of agitation and gas rate (two key variable in agitation reactor)on mass transfer coefficient value has been studied in this research. Besides, the effect of measuring apparatus response has been considered in the determination of mass transfer coefficient, so that the computation result will be representative and accurate. 1 Analisis reaksi dua fasa gas cair: Kajian oksidasi asetaldehid dalam reaktor semi kontinyu berpengaduk mekanis. SUPRAPTO; ALTWAY, ALI; DJOKO HARTANTO; PERWITASARI, DYAH SUCI; SUPRAPTO Seminar Nasional Fundamental dan Aplikasi Teknik Kimia, ITS, Surabaya, 25-26 Nov. 1998 Abstrak: The air oxidation of acetalaehyde using homogenous catalyst Mn acetate has been investigated in this study. Semi-continous reactor used in this study is operated at atmospheric pressure. And the process variable such as the agitator speed, gas flow rate and the temperature are varied. At the operating condition studied, the conversion of reaction (based on acetaldehyde)is affected by gas flow rate, however the convertion speed of reaction is slightly affected by the gas flow rate above 6.10-5 m3/sec. The effect of agitation speed and and temperature on conversion is smaller compared to the effect of gas flow rate. The condition of slight agitation effect on the conversion is beneficial because in industries, the intensive mechanical agitation is rarely practiced. 4 Aspek perpindahan massa reaktif pada oksidasi asetaldehid. SUPRAPTO Temu Ilmiah Pengembangan Teknologi Oksidasi Asetaldehid, PT. Indoacidatama, Solo, 8 Jun. 1998 9 Aspek perpindahan massa reaktif pada oksidasi asetaldehid. SUPRAPTO IPTEK, (Agu.)2000 5 Aspek reaksi kimia dan perpindahan mass reaktif dalam reaksi polifasa gas cair. SUPRAPTO Pertemuan Teknis Pengembangan Teknologi Reaksi Polifasa, PT. Samathor, Gresik, 15 Jun. 1999 dan 27 Nov. 1999

66

6 Fenomena kompetitif antara perpindahan massa reaktif dan reaksi kimia pada oksidasi asetaldehid. SUPRAPTO Temu Ilmiah Pengetahuan Teknologi Oksidasi Asetaldehid, PT. Indoacidatama, Solo, 4 Des. 1999 10 Identifikasi regim reaksi kimia pada oksidasi asetaldehid sistem reaksi bifase gas cair. SUPRAPTO Media Teknik 7 Kinerja reaktor semi kontinyu berpengaduk untuk oksidasi dua fasa gas cair asetaldehid. SUPRAPTO Reaktor, 3 (1)1999: 12-17 8 Mass transfer aspect on polyphase gas liquid reaction: case study on acetaldehyde oxydation. SUPRAPTO Chemical Engineering Science 2 Pengaruh hambatan perpindahan massa terhadap kinerja reaktor teraduk untuk oksidasi asetaldehid. PERWITASARI, DYAH SUCI; SUPRAPTO; ALTWAY, ALI Seminar Nasional Rekayasa Kimia dan Proses, Universitas Diponegoro, Semarang, 27-28 Jul. 1999 Abstrak: Oksidasi asetaldehid menggunakan katalis homogen Mn asetat telah diteliti melalui kajian eksperimental. Reaktor dioperasikan secara semi kontinyu pada tekanan 1 atmosfir, dengan diameter reaktor 102 mm dan tinggi 165 mm. Variabel perancangan yang dipelajari adalah kecepatan putar pengaduk, laju alir gas dan suhu. Penelitian ini menunjukkan bahwa konversi reaksi asetaldehid naik dengan kenaikan laju alir gas dan suhu. Sedangkan pengaruh putaran pengaduk terhadap konversi cenderung kecil. hasil selektifitas asam asetat didapatkan kurang dari 30 persen dan harga selektifitas ini tidak banyak dipengaruhi oleh perubahan variabel perancangan yang dipelajari.

Studi kimia dan toksikologi tumbuhan Aglaia spp. sebagai sumber zat bioaktif insektisida (RUT VI), 1998-2000. SIMANJUNTAK, PARTOMUAN; JOKO PRIOYONO; SOEKSMANTO, ARIF Cibinong: Puslitbang Bioteknologi LIPI 347 2 Aktivitas insektisida ekstrak Aglaia spp. (Meliaceae)terhadap larva Crocidolomia binotalis zeller (Lepidoptera: pyralidae). JOKO PRIYONO; SIMANJUNTAK, PARTOMUAN; ISTIADI, BONJOK Seminar Nasional Peranan Entomologi dalam Pengendalian Hama yang Ramah Lingkungan dan Ekonomis. Perhimpunan Entomologi Indonesia Cabang Bogor, Program Nasional Pengendalian Hama Terpadu, Bogor, 16 Feb. 1999 Abstrak: Aktivitas insektisida ekstrak Aglaia spp. (Meliaceae)terhadap larva Crocidolomia binotalis Zeller (Lepidoptera: Pyralidae). Ekstrak etanol 17 jenis Aglaia (Meliaceae)diuji aktivitasnya terhadap larva Crocidolomia binotalis instar II. Jenis-jenis aglaia yang diuji adalah A. angustifolia, A. aquea, A. argentea, A. dookoo, A. elaeagnoidea, A. elliptica, A. eusideroxylon, A. formosana, A. ganggo, A. glabrata, A. grandis, A. harmsiana, A. latifolia, A. odorata, A. odoratissima, A. oxypetala, dan A. tomentosa. Bagian tanaman yang eiekstrak

67

adalah daun, ranting dan/atau kulit batang. Pada pengujian awal, setiap jenis ekstrak diuji pada konsetnrasi 0,5 persen (w/v), dan ekstrak yang aktif diuji lebih lanjut pada enam taraf konsentrasi untuk menentukan regresi probitnya. Pengujian dilakukan dengan metode residu pada daun dengan lama pemberian pakan daun 48 jam. Pengamatan dilakukan tiaphari hingga larvayang bertahan hidup mencapai instar IV. Ekstrak yang aktif (mengakibatkan kematian larva 80-100 persen)adalah ekstrak A. angustifolia (kulit batang), A. elliptica (ranting), A. harmsiana (daun dan ranting)dan A. odorata (ranting). Ekstrak daun A. elaeagnoidea dan A. odoratissima memiliki aktivitas rendah (kematian larva 15-25 persen). Ekstrak kulit batang A. angustifolia memiliki aktivitas insektisida yang kuat, dengan LC50 terhadap larva C. binotalis yang dihitung pada saat ganti kulit ke instar III dan ke instar IV masing-masing 243,0 dan 112,2 ppm. Sifat insektisida A. angustifolia belum pernah dilaporkan sebelumnya. Dengan demikian, tanaman tersebut merupakan sumber insektisida alami potensial yang baru. (Pengarang) 348 6 Development derangement in Crocidolomia binotalis Zeller (Lepidoptera: Pyrolidae)as affected by the treatment with extracts of three species of Aglaia (Meliaceae). JOKO PRIYONO; LINA, EKA CHANDRA; SIMANJUNTAK, PARTOMUAN Hayati, 7 (2)2000: 45-49 Abstrak: This study was conducted to compare the insect growth regulating activity of extracts of three species of Aglaia (Meliaceae), i.e. A. angustifolia (Miq)Miq., A. elliptica Blume, and A. harmsiana Perkins, against the cabbage cluster caterpillar Crocidolomia binotalis Zeller. The test larvae were fed extract-trated broccoli leaves for 2 days as second instar. The comparison of activity was done quantitatively using polytomous quantal response analysis based on the conditional logit model. The results showed that the stem bark extract of A. angustifolia possessed strong insect growth regulating activity against C. binotalis larvae as reflected by highly significant responses in the later insect life stages after the feeding treatment was removed. On the contrary, the feeding treatment with A. elliptica and A. harmsiana seed extracts resulted in highly significant responses only in the treated larval instar, and after the feeding treatment was removed, responses in the later life stages were insignificant or much less significant. This suggests that the activity of A. elliptica and A. harmsiana extracts on C. binotalis larvae was more insecticidal rather than insect growth regulating. (Pengarang) 5 Isolasi senyawa bioaktif antileukemia L1210 dari kulit simular, Aglaia argentea (Mediaceae)1. Identifikasi senyawa aglain B dalam fraksi etil asetat. ARYANTI; WINARNO, HENDING; SUMATRA, MADE; SIMANJUNTAK, PARTOMUAN Prosiding Seminar Nasional Himpunan Kimia Indonesia, Himpunan Kimia Indonesia, Serpong, 8 Sep. 1999 Abstrak: Dari ekstrak etilasetat kulit batang "simalur" Aglaia argentea (Meliaceae)telah berhasil diisolasi suatu senyawa bioaktif antileukemia L1210. Pemurnian dilakukan dengan kromatografi kolom dan kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT), identifikasi dilakukan berdasarkan analisis data spektrum ultralembayung, infra merah dan spektrometri massa. Senyawa yang memberikan reaksi positif terhadap reagen. Dragendroff diidentifikasi sebagai suatu senyawa turunan siklopentatetrahidrobenzofuran yang berikatan dengan suatu gugus 2aminopirolidin yang dikenal sebagai aglain B yang menyerap pada panjang gelombang 368 nm. Hasil uji bioaktivitas senyawa isolat terhadap sel leukemia L1210 memberikan nilai LC50 0,06 ppm. (Pengarang) 1 Pengujian daya toksik beberapa tumbuhan Aglaia spp. dengan BSLT. SIMANJUNTAN, PARTOMUAN; BUSTAMI, SAUMITIRA; SANJAYA, SONY Duta Farming, 16 (3)1998: 12-19



  • href="http://www.payooclub.com/pages/index.php?refid=hasan7226">payooclub.comborder="0"
    src="http://www.payooclub.com/images/banner.gif"/>











  • Gabung disini



  • Gabung disini



  • Gabung disini



  • 68